Gempa bumi tersebut bermagnitudo 7,4 dengan pusat gempa bumi berada di 167 km arah barat daya kota Sumur, Banten, pada kedalaman 10 km.
Sekitar 5 menit kemudian BMKG memberi peringatan bahwa gempa tersebut memiliki potensi tsunami dengan tinggi gelombang antara 0,5-3 meter.
Pukul 21.35 WIB BMKG akhirnya mencabut peringatan dini tsunami.
Dikutip Tribunnewswiki dari kompas.com, meskipun titik pusat gempa berada di Banten, namun guncangan juga terasa di beberapa daerah.
Baca: BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami Akibat Gempa 7,4 Magnitudo di Selat Sunda
Baca: Gempa 7,4 SR di Selat Sunda, Air Pantai Sempat Surut, Warga Pelabuhan Ratu Mengungsi ke Tempat Aman
Berdasarkan pantauan BMKG, guncangan terjadi di Lebak dan Pandeglang berskala IV-V MMI; Jakarta III-IV MMI; Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen II-III MMI; Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar II MMI.
Pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, Gayatri Indah Marliyani, mengatakan sebaran getaran gempa juga sampai Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Gayatri Indah Marliyani memberikan keterangan tersebut kepada Kompas.com pada Jumat, (2/8/2019).
Gayatri Indah Marliyani menjelaskan, fenomena getaran gempa yang terasa hingga wilayah Indonesia timur tersebut dapar terjadi ketika pusat gempa berada di bagian dalam dari zona subduksi, atau intra-slab.
Hal tersebut terjadi karena terdapat lempeng samudera yang pecah, retak, atau patah, sehingga hiposenter berada di kawasan yang cukup dalam serta menimbulkan getaran gempa yang dapat terasa hingga ratusan bahkan ribuan kilometer.
Karakteristik gempa yang demikian umumnya berupa sesar yang terjadi di lempeng samudra dan tidak bisa dipetakan.
Gempa di lempeng samudera memiliki karakteristik 'lebih liat', artinya tidak membentuk patahan yang konsisten atau bergerak, berbeda dengan jenis gempa megathrust.
Gayatri Indah Marliyani juga menerangkan bahwa gempa yang terjadi di zona intra-slab jarang memunculkan gempa susulan.
Gempa tersebut tidak seperti gempa dangkal yang memiliki sesar-sesar kecil dan menimbulkan gempa-gempa susulan yang kekuatannya kecil.
Jadi jika gempa di yang titik pusatnya lebih dalam cenderung lebih cepat pulih atau kembali ke posisi awal.