Profil
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Maria Walanda Maramis adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Minahasa.
Perjuangan Maria Walanda Maramis dimulai setelah menikah dengan Josef Frederik Calusung Walanda, seorang guru yang mengajar bahasa Belanda.
Tekad untuk memajukan kaum perempuan mulai terkobar di dadanya.
Di Minahasa, Maria Walanda Maramis dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi perempuan di bidang politik dan pendidikan.
Maria Walanda Maramis pun mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) yang kemudian tersebar dan memiliki cabang di daerah-daerah lain. (1)
Masa Kecil
Bernama asli Maria Josephine Catherine Maramis, Maria Walanda Maramis lahir pada 1 Desember 1872 di Kema, Sulawesi Utara.
Maria Walanda Maramis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.
Sang kakak bernama Aantje dan Andries Alexander Maramis.
Maria Walanda Maramis dilahirkan dari pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu.
Keduanya meninggal saat Maria Walanda Maramis berusia 6 tahun karena penyakit Kolera.
Setelah itu, paman dan bibinya mengasuh dan menyekolahkan Maria Walanda Maramis.
Sayangnya Maria Walanda Maramis dan Aantje hanya dapat mengecam pendidikan dasar, sementara Andries melanjutkan hingga ke Hoofden School di Tondano.
Hal itu disebabkan karena pada saat itu perempuan tidak diperbolehkan bersekolah tinggi-tinggi.
Maria Walanda Maramis adalah orang yang haus akan ilmu pengetahuan.
Sejak saat itu, muncullah semangat untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam hal pendidikan.
Rotinsulu, paman Maria, termasuk orang yang terpandang dan mempunyai kenalan yang luas dan banyak, teman-temannya kebanyakan orang terpelajar dan umumnya orang-orang Belanda.
Maria Walanda Maramis belajar mengurus rumah tangga, memasak, dan cara-cara menerima tamu-tamu yang berpangkat tinggi.
Seringkali Maria Walanda Maramis belajar cara bergaul ditengah-tengah lingkungan terpelajar.
Awal Perjuangan
Pada tahun 1890 Maria Walanda Maramis menikah dengan Yoseph Frederik Calusung Walanda, seorang guru.
Mereka memiliki tiga orang putri, Wilhelmina Frederika, Anna Paulina dan Albertine.
Menjadi ibu dari ketiga orang perempuan, Maria Walanda Maramis mulai terpacu semangatnya untuk meningkatkan pendidikan anak-anaknya kelak.
Pada awal abad ke-20 jumlah sekolah di Minahasa masih sangat terbatas.
Dengan keinginan yang kuat, akhirnya Maria Walanda Maramis berhasil memperjuangkan pendidikan anak-anaknya bahkan menyekolahkan mereka ke Jawa.
Organisasi PIKAT
Maria Walanda Maramis mulai mengumpulkan beberapa orang temannya untuk mendirikan sebuah organisasi yang akan berusaha memajukan pendidikan kaum wanita.
Organisasi itu diberi nama 'Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya' yang disingkat menjadi PIKAT.
Rapat terbuka yang dapat dihadiri masyarakat Manado diselenggarakan pada 8 Juli 1917.
Dengan berdirinya organisasi itu Maria Walanda Maramis mulai bekerja sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citanya.
Maria Walanda Maramis mulai mengirim surat kepada wanita-wanita terkemuka di beberapa tempat di Minahasa untuk mengajak pendirian cabang PIKAT.
Sukses, PIKAT memiliki cabang di beberapa tempat seperti di Sangirtalaud, Gorontalo, Poso dan lain-lain.
Bahkan kemudian cabang PIKAT berdiri pula di Ujungpandang dan di luar Sulawesi seperti di Jakarta, Bogor, Malang, Surabaya, Bandung, Cimahi dan Magelang.
Di Kalimantan pun terdapat cabang PIKAT, yakni di Balikpapan, Sangu-sangu dan Kotaraja.
Maria Walanda Maramis menggunakan surat kabar untuk mempropaganda cita-cita PIKAT hingga membuat beberapa orang Belanda yang memiliki Politik Etis (Politik Balas Budi) tertarik dan memberi bantuan.
Pada tanggal 2 Juli 1918 di Manado didirikan sekolah rumah tangga untuk gadis-gadis, yaitu Huishoud School PIKAT.
Di sekolah ini, mereka diberi pelajaran dan bimbingan dalam cara-cara mengatur rumah tangga seperti memasak, menjahit, pekerjaan tangan, membuat kue-kue, memelihara kebersihan rumah, menghias rumah dan pekarangan, menanam bunga-bunga, bahkan merawat bayi dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan pun diajarkan.
Guru-guru yang memberi pelajaran tidak digaji, kecuali Kepala Sekolah dan ibu pemimpin asrama.
Mereka bekerja dengan sukarela demi kemajuan gadis-gadis Minahasa dan untuk membuktikan simpati mereka kepada cita-cita Maria.
Anak Maria sendiri ikut membantu mengajar, seperti Anna Paulina yang mengajar bahasa Belanda.
Sang suami juga turut aktif membantu, seringkali hadir dalam rapat-rapat PIKAT untuk mencatat masalah-masalah yang dibicarakan.
Dalam tahun 1932 PIKAT mendirikan Opleiding school voor Vak Onderwijs zeressen (Sekolah Guru Puteri Kejuruan).
Sekolah ini merupakan lanjutan dari Huishoudschool. (1)
Minahasa Raad
Tidak hanya di bidang pendidikan, Maria Walanda Maramis juga aktif berjuang memajukan kaum perempuan di bidang politik.
Minahasa Raad ( semacam Badan Perwakilan Rakyat Daerah) didirikan pada 1919.
Awalnya hanya kaum pria yang menjadi anggota.
Namun berkat Maria Walanda Maramis, perempuan juga dapat dipilih menjadi wakil rakyat bahkan di badan perwakilan rakyat lain semacam Locale Raad dan Gemeentse Raad. (2)
Pahlawan Nasional
Menginjak usia 51 tahun, Maria Walanda Maramis meninggal pada 22 April 1924.
Jenazahnya dimakamkan di Maubi, di pemakaman keluarga.
Patung Walanda Maramis yang terletak di Komo Luar, Manado, menunjukkan sosok perempuan yang mengenakan kain dan berdiri gagah sambil memegang tangan seorang anak perempuan.
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969, Pemerintah RI menganugerahi Ibu Maria Yosephine Catharina Walanda Maramis gelar Pahlawan Pergerakan Nasional.