Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sultan Ageng Tirtayasa merupakan pahlawan nasional yang lahir di Kesultanan Banten pada 1631.
Sultan Ageng Tirtayasa meninggal pada 1692.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma.
Dahulu Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad berkuasa pada periode 1640 - 1650.
Sultan Ageng Tirtayasa sejak kecil sudah bergelar Pangeran Surya.
Ketika ayahnya wafat, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat menjadi Sultan Muda dan memiliki gelar Pangeran Dipati.
Kemudian ketika kakeknya meninggal pada 10 Maret 1651, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat menjadi Sultan Banten ke 6 dan memiliki gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa didapatkannya ketika Sultan Ageng Tirtayasa mendirikan sebuah keraton di dusun Tirtayasa. (1)
Perjuangan
Sultan Ageng Tirtayasa memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan di Kota Banten.
Terutama Sultan Ageng Tirtayasa memberikan perhatian yang penuh terhadap pendidikan Islam.
Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan guru-guru dari wilayah Arab, Aceh, dan lainnya untuk memperkuat mental prajurit yang berada di Banten.
Syekh Yusuf Tajul Khalwati seorang ulama besar yang dijadikan mufti agung berasal dari Makassar dan merupakan guru besar Sultan.
Baca: Krystal Jung
Baca: Panjat Pinang
Sultan Ageng Tirtayasa membuka politik bebas aktif, politik tersebut memberikan peluang kepada siapapun dan semua kalangan untuk dapat bekerjasama dengannya.
Namun jika ada orang lain yang dianggap mengganggu kedaulatan kerajaan Banten, maka dianggap tidak bersahabat.
Kesultanan Banten bersahabat baik dengan kerajaan-kerajaan lainnya, satu diantaranya dengan kerajaan Trunojoyo.
Kerajaan Trunojoyo merupakan kerajaan yang hendak memberontak kepada kerajaan Mataram.
Sultan Ageng Tirtayasa juga memperluas kekuasaannya seperti di daerah Priangan, Cirebon, dan daerah lainnya yang berada disekitar Batavia.
Tujuan perluasannya adalah untuk mencegah VOC berkuasa dengan monopoli perdagangan secara paksa di Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa berjasa di bidang ekonomi dengan memajukan sistem pertanian yang unggul dengan irigasi.
Penduduk di kesultanan Banten sejahtera karena kebutuhan pokok dan sekundernya mampu terpenuhi.
Pedagang dari dalam negeri maupun dari luar negeri juga ramai mengunjungi Banten.
Kesultanan Banten berkembang dengan kebudayaan di bidang arsitektur dan bangunan.
Sultan Ageng Tirtayasa memberikan pembaharuan yang besar, banyak fasilitas yang berbahan kayu diganti dengan berbahan beton oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Bahkan Sultan Ageng Tirtayasa memanggil arsitek bernama Xakradana yang berasal dari Cina untuk memimpin proyek pembaharuan bangunan tersebut.
Pasukan militer kesultanan Banten merupakan pasukan militer yang kuat.
Bahkan Belanda membutuhkan biaya yang banyak ketika harus menyerang Banten. (2)
Perang
Di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa terjadi konflik antara Kesultanan Banten dan Belanda yang semakin meruncing.
Hal ini terjadi karena Belanda berusaha ikut campur dalam urusan interal kesultanan Banten.
Belanda melakukan politik adu domba menghasut Sultan Haji (Abu Nasr Abdul Kahar) melawan saudaranya sendiri yakni Pangeran Arya Purbaya.
Baca: PAHLAWAN NASIONAL - Ki Bagoes Hadikoesoemo
Akhirnya Sultan Haji mengira jika pembagian tugas tersebut akan menyingkirkan dirinya sebagai pewaris tahta kesultanan Banten yang kemudian akan diberikan kepada adiknya yang bernama Pangeran Arya Purbaya.
Sultan Haji kemudian didukung oleh Belanda yang akan menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa.
Kemudian terjadi perang keluarga, pada saat itu pasukan yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji.
Namun pada saat itu pasukan dari Belanda membantu pasukan Sultan Haji. (3)
Wafat
Kemudian kesultanan Banten menjadi melemah.
Kemudian Belanda berhasil menangkap Sultan Ageng Tirtayasa dan dibawa menuju ke Batavia.
Sultan Ageng Tirtayasa dikurung dalam waktu beberapa tahun.
Pada 1692 Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia.
Sultan Ageng Tirtayasa lalu dikebumikan di Kompleks Pemakaman Raja Banten. (4)
Penghargaan
Sultan Ageng Tirtayasa mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional melalui surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970 pada tanggal 1 Agustus 1970.