17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Depati Amir

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Depati Amir (1805-1869)


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Depati Amir adalah pahlawan nasional yang berasal dari Provinsi Bangka Belitung.

Leluhur Amir adalah keturunan bangsawan setempat yang mengabdi di Kesultanan Palembang.

Depati Amir lahir di Mendara, Bangka tahun 1805 dan wafat pada 28 September Tahun 1869 pada usia 71 Tahun.

Peperangan melawan Belanda pertama kali disebabkan karena masalah pribadi Amir.

Amir marah kepada Belanda dalam urusan keluarga dan uang.

Namun kemudian beranjak semakin besar pada permasalahan bangsa.

Perlawanan yang diberikan kepada Belanda, membuat Amir sering ditangkap dan diasingkan.

Amir pernah diasingkan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Sebagian pengikutnya juga ikut diasingkan ke Ambon, Banda, dan Ternate.

Berkat perlawanannya terhadap Belanda, Depati Amir diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2018. [1]

Depati Amir menjadi tokoh lokal yang disegani. Namanya diabadikan menjadi Bandara di Kabupaten Bangka Belitung. (Grid.id)

  • Kehidupan Pribadi


Leluhur Depati Amir adalah bangsawan Bangka yang mengabdi pada Kesultanan Pelembang.

Amir mempunyai ayah bernama Depati Barin yaitu pemimpin lokal dengan wilayah kekuasaan Kampung Mendara dan Mentandai.

Ketika Belanda datang dan mengeruk timah di daerah kekuasaan ayahnya, membuat Amir naik pitam.

Amir kecewa karena tuan kongsi atau juragan dagang Belanda di daerah Sungailiat tak mau membayar 150 gulden yang merupakan utang pemerintah Belanda kepada ayahnya, Barin.

Barin yang merupakan ayah Amir menjual timah kepada pihak Belanda, namun pembayarannya belum dilunasi.

Parit timah milik Barin adalah yang parit terbesar di daerah Merawang. [2]

  • Pengangkatan Sebagai Depati


Depati adalah istilah jabatan tradisional yang setara dengan pemimpin satu atau beberapa desa.

Gelar depati diberikan oleh Sultan Palembang kepada para petinggi di Bangka.

Pada tahun 1830, Amir diangkat menjadi depati menggantikan ayahnya, Barin.

Pengangkatan menjadi Depati bukanlah posisi yang didamba Amir.

Amir kemudian minta berhenti dan memilih jadi orang biasa.

Namun demikian, walau menjadi orang biasa, Amir tetap memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat Bangka.

Ketokohan Amir di masyarakat Bangka menyebabkan pemerintah kolonial Belanda kerap menaruh curiga. [3]

  • Masa Peperangan


Permintaan Amir dimentahkan pemerintah Belanda. Amir mengancam akan menyerang dan menghancurkan Sungailiat dan Merawang. Amir bahkan menambah tuntutannya menjadi 600 gulden setahun dengan alasan ia berhak mendapatkannya selaku putra depati.

Menurut tulisan di Historia, Residen Belanda di Bangka, F. van Olden, menilai sikap Amir hanya bentuk provokasi situasi di daerah itu.

Belanda kemudian bertindak.

Sejumlah pejabat yang punya peran penting dikerahkan untuk menangkap Amir.

Di antaranya, Kepala Polisi Letnan Campbell, kepala kongsi Belanda di Pangkal Pinang De Bley, dan Kepala Jaksa Demang Arifin.

Semua pejabat lokal Belanda di Bangka tak mampu menangkap Amir.  

Tak disangka, banyak rakyat Bangka yang mendukung Amir.

Tekanan akibat kerja paksa yang dirasakan penduduk kampung Bangka membuat banyak ytang mengalami tekanan.

Kerja paksa ini dilakukan untuk membangun infratruktur dan kepentingan birokrasi pemerintah.

Selain rakyat Melayu Bangka, kuli-kuli parit timah asal Tionghoa juga ikut berjuang bersama Amir.

Lewat jaringan tersebut, penyelundupan senjata dari Singapura yang pembayarannya ditukar dengan timah dapat diperoleh pasukan Amir dan rombongannya untuk mempersenjatai diri.

Tercatat sejumlah demang (pemimpin lokal) dan batin (penghulu adat) memiliki pengaruh sebagai sekutu Amir.

Demang Suramenggala dan Terentang membantu Amir dalam penyediaan senjata, lembing, dan keris.

Haji Abubakar, pemuka masyarakat, secara terbuka memihak Amir.

Dalam urusan pertempuran, Amir dibantu para panglima seperti Budjang Singkip, Kai Sam, Bangul, Tata, Darip, dan Dahan.

Orang-orang ini secara tegas melawan beberapa penguasa lokal yang memihak Belanda.

Pada 19 Desember 1848, rekan-rekan Amir ini berhasil menangkap putra Batin Mendo Timur di kampung Lukok.

Kampung Lukok kemudian ikut dibakar dalam peristiwa penangkapan ini.

Perlawanan Amir selanjutnya meluas di berbagai wilayah di sepanjang pantai timur Bangka, seperti di wilayah Terentang, Ampang, Toboali, Jebus, Sungailiat.

Amir bersama rekan-rekannya terus bertahan dari incaran pejabat lokal dan pemerintah Belanda dengan menggalakkan pertempuran kecil satu per satu.

Pemberontakan Amir adalah isu yang cukup serius di Hindia Belanda seperti dicatat pejabat kolonial dalam Koloniaal Verslaag tahun 1851 dan 1852.

Pihak Belanda yang kewalahan harus mendatangkan pasukan tambahan dari Palembang dan Batavia.

Residen van Olden dalam bukunya De Muiterij van Amir op Banka 1850 seperti dikutip Historia, dalam tulisan "Depati Amir, Pahlawan dari Pulau Timah" menulis satu kisah lengkap tentang perlawanan Amir.

Banyak serdadu Belanda yang mati karena jebakan-jebakan tak terduga, seperti termakan racun.

Dalam peperangan, pasukan Amir sempat diuntungkan dengan mewabahnya penyakit disentri yang saat itu disebut “Demam Bangka” di kalangan serdadu Belanda.

Perjuangan Amir dapat dikalahkan setelah gantian dilakukan strategi suap.

Pihak Belanda menyuap uang sebesar 1000 dollar Spanyol kepada 7 orang panglima dan 36 pasukan.

Mereka (pasukan Amir) terpaksa menyerah lantaran kekurangan logistik dan kelelahan fisik dalam perang.

Pada 7 Januari 1851, Amir berhasil ditangkap dalam kondisi sakit di distrik Sungaiselan. 

Amir harus diasingkan karena dianggap pemberontak yang meresahkan.

Berdasarkan keputusan tanggal 11 Februari 1851, pemerintah Hindia Belanda mengasingkan Amir ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. [4]

  • Wafat


Setelah Amir diasingkan, Belanda semakin leluasa menjarah timah di bumi Bangka.

Namun perjuangan Amir tak berhenti.

Selama di tempat pengasingan, Amir tetap berjuang sebagai penasihat perang bagi raja-raja Timor yang juga sedang berjuang melawan penguasaan kolonial.

Pada 28 September 1869, Amir wafat dan dimakamkan di Pemakaman Muslim Batukadera, Kupang. [5]

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)

JANGAN LUPA SUBSCRIBE CHANNEL YOUTUBE TRIBUNNEWSWIKI



Informasi Detail


Nama Amir


Gelar Depati


Lahir 1805


Wafat 1869


Ayah Barin


Provinsi Bangka Belitung


Diasingkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur


Makam Pemakaman Batudera, Kupang


Sumber :


1. bangka.tribunnews.com
2. historia.id
3. historia.id
4. historia.id
5. tirto.id


Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: haerahr

Berita Populer