Profil
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Cut Nyak Meutia adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Aceh yang bergerilya melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda.
Pada tahun 1901, Cut Nyak Meutia mulai berjuang mengangkat senjata melawan Belanda di Aceh Utara.
Sang suami, Teuku Tjik Tunong dihukum mati oleh Belanda.
Cut Nyak Meutia kemudian menikahi Pang Nanggroe.
Cut Nyak Meutia berhasil menyerbu pos-pos Belanda, membunuh dan merampas senjata tentara Belanda pada 1907.
Ketika Pang Nanggroe gugur ditembak Belanda, Cut Nyak Meutia masih melanjutkan perjuangan untuk tanah air.
Pada tanggal 24 Oktober 1910, Cut Nyak Meutia gugur di Alue Kurieng, Aceh. (1)
Masa Kecil
Cut Nyak Meutia dilahirkan di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, tahun 1870.
Cut Nyak Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dikeluarganya.
Empat saudara laki-laki Cut Nyak Meutia yaitu Teuku Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan dan Teuku Muhammad Ali.
Sang ayah, Teuku Ben Daud Pirak dikenal sebagai pemimpin pemerintahan yang bijaksana dan tegas.
Sementara sang ibu bernama Cut Jah.
Teuku Ben Daud Pirak juga dikenal sebagai seorang ulama di daerah tersebut.
Daerah Pirak sendiri merupakan daerah yang memiliki sistem pemerintahan tersendiri. (2)
Awal Perjuangan
Suami pertama Cut Nyak Meutia adalah Teuku Syamsarif yang dikenal dengan sebutan Teuku Chik Bintara.
Pernikahan keduanya tidak berlangsung lama karena Teuku Syamsarif tunduk dengan Belanda.
Setelah cerai, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Teuku Tjik Tunong.
Awal perjuangan Cut Nyak Meutia dimulai pada tahun 1901.
Perang sengit terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh suami Cut Meutia yakni Teuku Chik Muhammad melawan Belanda yang terjadi dari Juni hingga agustus 1902.
Sepanjang tahun 1901 hingga 1905, Belanda kewalahan menghadapi serangan-serangan yang diotaki oleh Cut Meutia dan suaminya.
Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.
Sebelum meninggal, Teuku Tjik Di Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Gugur dalam Perang
Pada tahun 1905, Cut Nyak Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe.
Cut Nyak Meutia bergabung dengan pasukan dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe.
Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Cut Nyak Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan.
Pang Nagroe sendiri tetap memberikan perlawanan dan meninggal pada 26 September 1910. (3)
Bersama-sama para pejuang lain, Cut Nyak Meutia termasuk golongan yang pantang tunduk.
Pengejaran yang dilakukan Belanda semakin intensif.
Cut Nyak Meutia kemudian memindahkan kedudukan pasukannya ke Gayo untuk menggabungkan diri dengan pasukan lain yang masih ada di daerah itu.
Dipersimpangan Kreung Peutu, yaitu di Alue Kurieng, pasukan mereka diserang saat sedang beristirahat.
Pertempuran terjadi dibawah pimpinan Christoffel.
Pasukan Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan.
Tertembak tiga pelur, Cut Nyak Meutia jatuh dan gugur saat itu juga. (4)
Pahlawan Nasional
Berdasarkan keputusan Presiden RI No.107/Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964 Cut Nyak Meutia dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Cut Nyak Meutia diabadikan dalam mata uang kertas pecahan Rp. 1000.