Ulasan Singkat
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Joko Anwar adalah sutradara ternama asal Medan, Sumatera Utara.
Semasa kecil, Joko Anwar hidup di kawasan perkampungan miskin di Medan.
Pria kelahiran 3 Januari 1976 ini telah tertarik dengan film sejak kecil.
Di usia lima tahun, ia sudah jalan-jalan ke bioskop.
Film yang sering ia tonton saat itu adalah kungfu dan horror.
Karena bukan berasal dari keluarga kaya, ia lebih sering menonton film melalui lubang angin-angin bioskop yang menampilkan sorotan cahaya adegan demi adegan film.
Ketika ia masih duduk di bangku SD, ia sudah tahu bahwa film itu dibuat oleh seseorang.
Sehingga ia sudah memiliki keinginan untuk membuat film.
Saat duduk di bangku SMP kelas satu, ia mulai mencoba menulis dan menyutradarai pertunjukan drama untuk sekolah. Ia mengadaptasi karya Shakespeare yang berjudul “The Merchant of Venice”.
Di bangku SMA, dia mulai mencoba-coba membuat film.
Sutradara Janji Joni itu meminjam kamera seorang kawannya untuk merekam domba.
Mengutip wawancaranya dengan CNN, saat itu ia membuat film tentang keseharian domba dengan durasi tujuh menit yang masih diedit secara manual.
Setelah tamat dari SMA, ia berkesempatan untuk menempuh pendidikan selama setahun di negeri Paman Sam di Wheeling Park High School, West Virginia.
Ketika akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hasratnya untuk belajar film masih menggebu.
Tapi apa daya kondisi keuangan orang tuanya tidak memungkinkannya untuk belajar film yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
Akhirnya, ia pun memutuskan untuk masuk ke universitas negeri dengan harapan bisa mendapatkan biaya kuliah yang lebih rendah. Joko kemudian kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) mengambil jurusan Teknik Penerbangan di tahun 1994.
Selama berkuliah di ITB, ia mencoba menyalurkan minatnya di dunia sinematografi dengan bergabung klub universitas yang berhubungan dengan film, seperti teater ataupun sinematografi.
Sayangnya setelah audisi, ternyata ia tidak diterima.
Di tahun 1999, ia berhasil lulus kuliah.
Tapi ia tidak ingin berkarier sebagai insinyur seperti kebanyakan lulusan sarjana teknik pada umumnya.
Dia bekerja menjadi wartawan The Jakarta Post, lalu kemudian menjadi seorang kritikus film untuk mengisi artikel The Jakarta Post.
Meskipun belum bisa mewujudkan mimpi menjadi seorang sutradara, Joko tidak pernah berhenti bermimpi.
Ia selalu mengupayakan beragam cara agar tetap dekat dengan impiannya.
Pekerjaan menjadi kritikus film dilakoninya karena ia memang tetap ingin dekat dengan dunia film. (1)
Kerier
Nama Joko Anwar dikenal lewat film Janji Joni yang ia tulis dan sutradarai sendiri.
Film tersebutlah yang membuat nama Joko Anwar kian diperhitungkan di jajaran sineas tanah air.
Sebenarnya, karier Joko Anwar di dunia film berawal saat ia bertemu dengan sutradara produser kenamaan Nia Dinata.
Saat itu Joko masih bekerja sebagai wartawan di The Jakarta Post.
Melihat Joko, Nia pun terkesan dan mengajak nya untuk menulis protek film berjudul Arisan! (2003).
Film tersebut luar biasa sukses, baik secara komentar maupun pujian dari para kritikus dan memenangkan beberapa penghargaan di dalam dan luar negeri.
Arisan! pun diganjar dua penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia dan Best Movie di MTV Indonesia Movie Awards pada 2004.
Joko anwar tak hanya berkiprah sebagai penulis, ia juga menyutradarai film pertamanya, Janji Joni (Joni’s Promise) tahun 2005.
Film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Mariana Renata ini sukses besar di pasaran.
Joko Anwar menulis film ini sejak duduk di bangku kuliah di tahun 1998.
Lagi-lagi film yang garapnya kembali mendapat anugerah Best Movie di MTV Indonesia Movie Awards 2005.
Tak hanya itu SET Foundation yang diketuai oleh pembuat film Garin Nugroho memberikannya penghargaan khusus untuk "cara bercerita yang inovatif' dalam film itu.
Janji Joni juga masuk seleksi berbagai festival film internasional bergengsi, seperti Sydney Film Festibal, dan Pusan International Film Festival. (2)
Pada tahun 2007, Joko anwar menyutradarai film Kala, yang disebut-sebut sebagai film noir pertama dari Indonesia yang mendapat pujian dari para kritikus internasional.
Film ini bercerita tentang pembunuhan acak di sebuah kota tak bernama yang saling berhubungan.
Bahkan Sight & Sound, majalah film terkemuka di Inggris, memilih film ini sebagai salah satu yang terbaik di tahun itu.
Majalah tersebut juga menamakan Joko Anwar sebagai salah satu sutradara tercerdas di Asia.
Film yang dibintangi oleh Fachri Albar dan Shanty itu juga memboyong Jury Prize Newa York Asian Film Festival.
Bahkan The Hollywood Reporter menyandingkan karya Joko Anwar ini dengan karya Fritz Lang, Alex Proyas dan Kiyoshi Kurosawa.
Di tahun yang sama, Joko Anwar menggarap film Jakarta Undercover (2007) DAN FILM KOMEDI Quickie Express (2007) dan berhasil memenangkan kategori Best Film di Jakarta International Film Festival.
Suksesnya film tersebut membuat Joko bersemangat menulis scenario film Fiksi (2008) yang lagi-lagi mendapat pujian dari kritikus film internasional dan meraih Film Terbaik dan Skenario Terbaik DI Festival Film Indonesia (FFI) 2008.
Lewat film bergenre thriller berjudul Pintu Terlarang (2009) yang dibintangi oleh Marsha Timothy dan Fachri Albar, Joko Anwar disebut sebagai ‘sutradara cerdas sekaligus sakit’ oleh Majalah Time. (3)
Menyuguhkan konsep cerita yang tidak biasa, film ini cukup berjaya untuk masuk dalam seleksi di beberapa festival internasional seperti International Film Festival Rotterdam, New York Asian Film Festival, dan Dead by Dawn. (1)
Dalam ajang Puchon International Fantastic Festival 2009, film ini meraih penghargaan tertinggi sebagai Film Terbaik. (3)
Kemudian pada tahun 2017, Joko Anwar menggarap ulang film Pengabdi Setan yang sempat tayang pada tahun 1986.
Digarap dengan versi yang lebih modern, film ini berhasil laris di pasaran dan merupakan salah satu film tersukses sepanjang karier Joko sebagai sutradara.
Tidak hanya mendapat tanggapan positif dari penonton dalam negeri, film ini juga berhasil menduduki daftar film box office di beberapa negara seperti Hong Kong, Malaysia, Singapura, dan Meksiko.
Kesuksesan Joko yang mampu menyutradarai beraneka ragam genre film membuatnya terlibat kerjasama dengan HBO Asia untuk membuat serial televisi berjudul Halfworlds (2015) lalu dilanjutkan film serial Folklore berjudul A Mother’s Love (2018).
Tak puas hanya bekerja di balik layar, Joko anwar juga tampil sebagai aktor di beberapa judul film.
Untuk pertama kalinya ia menjajal menjadi aktor dengan film perdananya Babi Buta yang Ingin Terbang (2008).
Selanjutnya, ia ikut ambil peran dalam film Madame X (2010), Demi Ucok (2013), 3Sum (2013), Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014), Melancholy is a Movement (2015), Ave Maryam (2018). (1)
Filmografi
- Biola Tak Berdawai (2003) (asisten sutradara 2)
- Arisan! (2003) (penulis)
- Janji Joni a.k.a. "Joni's Promise (Judul Inggris) (2005) (penulis/sutradara)
- Jakarta Undercover (2007) (penulis)
- Kala (2007) (penulis/sutradara)
- Quickie Express (2007) (penulis)
- fiksi. (2008) (penulis)
- Tarzan ke Kota (2008) (pengisi suara)
- Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) (pemeran)
- Pintu Terlarang (The Forbidden Door) (Judul Inggris) (2009) (penulis/sutradara)
- Rumah Dara (2009) (bintang tamu)
- Meraih Mimpi (2009) (pengisi suara)
- Madame X (2010) (pemeran)
- Modus Anomali (2012) (penulis/sutradara)
- Demi Ucok (2013) (pemeran) sebagai produser film
- 3Sum (2013) (pemeran) - segmen Impromptu
- Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014)(pemeran)
- Melancholy Is A Movement (2015) (pemeran)
- A Copy of My Mind (2015) (sutradara/penulis)
- Stip & Pensil (2017) (penulis)
- Pengabdi Setan (2017) (sutradara/penulis)
- Ave Maryam (2018) (pemeran)
- Orang Kaya Baru (2019) (penulis)
- Gundala (2019) (sutradara/penulis