Saat berkunjung ke kota Solo maupun kota Jogja, banyak didapati masyarakat yang mengenakan blangkon.
Walau sekilas tampak sama, ternyata blangkon dari kota Solo dan kota Jogja berbeda.
Baca: Generasi Ketiga Pengrajin Blangkon di Kampung Blangkon
“Kalau blangkon Solo, bagian belakangnya trepes (datar) gitu, tipis, kalau Jogja ada tonjolannya gitu. Ini namanya mondolan,” terang Rosmiati salah satu pembuat blangkon di Kampung Blangkon, Kelurahan Serengan, Kecamatan Serengan, Solo, pada Selasa (23/7/2019).
Pada jaman dahulu mendolan diibaratkan sebagai pengganti rambut pada kaum pria masyarakat Jawa.
“Ini kan pengganti, kalau dulu pengganti rambut gitu aja, rambut kan diikat, dikucir gitu aja, jadinya kan mbendol (menonjol),” kata Rosmiati sambil mengilustrasikan cara mengucir rambut.
Baca: Jefri Nichol Dikabarkan Ditangkap Polisi Terkait Narkoba
Selain itu, kain yang digunakan untuk membuat blangkon Jogja cenderung berwarna putih, salah satunya seperti batik Bledak.
Sedangkan untuk blangkon Solo biasanya menggunakan kain batik dengan warna cenderung kecoklatan, salah satunya adalah kain batik Sogan.
Pada bagian belakang blangkon terdapat kain di pinggir belakang yang sering disebut jebeh.
Jebeh berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ujung dari ikat kepala.
Bentuk jebeh juga mengikuti dari mama asal blangkon tersebut, blangkon Solo dan Jogja pun memiliki perbedaan.
“Jebeh Solo segitiga, nah kalau Jogja seperti kupu-kupu,” ujar sulung dari empat bersaudara itu sambil menunjukkan jebeh blangkon Solo dan Jogja.
Baca: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
Untuk membuat satu buah blangkon dibutuhkan satu hari dengan cuaca yang panas.
Sebab sinar matahari mempengaruhi kualitas penjemuran blangkon tersebut.
Ada dua macam pembuatan blangkon, yaitu blangkon prapatan dan blangkon paron.
Prapatan berasal dari kata prapat yang dalam Bahasa Jawa berarti seperempat.
Sedangkan paron berasal dari kata separo atau separuh yang mengindikasikan setengah.
Blangkon prapatan terbuat dari kain batik yang dibagi menjadi empat, dan blangkon paron dibuat dari kain batik yang dibagi dua.
Baca: Fakta Pesawat Cessna yang Jatuh di Indramayu, Evakuasi hingga Tak Ada Firasat Keluarga Korban
“Justru kalau blangkon paron hampir nggak menghasilkan limbah, karna setiap potong terpakai. Kaya ini bisa buat jebeh segitiga,” tutur perempuan berusia 44 tahun tersebut sembari memegang potongan kain batik.
Pada zaman dahulu kain batik yang digunakan untuk membuat blangkon dibeli langsung dari Sragen, namun sekarang kain-kain batik dapat dijumpai di Pasar Klewer dan daerah Solo lainnya sehingga memudahkan pengrajin blangkon mencari bahan dasar.
Kerumitan antara blangkon paron dan blangkon prapatan berbeda, blangkon paron membutuhkan ketelitian yang tinggi ketika membuatnya.
Bentuk lipatan yang berada di bagian samping-samping blangkon harus kuat dan rapi.
Setiap hari karyawan Rosmiati dapat membuat hingga 30 biji blangkon prapatan dan 5 blangkon paron per orangnya.
Pembuatan blangkon yang pertama adalah mengukur congkeng agar sesuai dengan ukuran cetakan.
Congkeng merupakan kain yang ada di bagian dalam blangkon.
Setelah diukur dan dijahit, cetakan kayu dilapisi dengan plastik agar tidak terkena lem.
Lalu congkeng dipasang kembali dan di lem, lem ini terbuat dari pati kanji yang telah dimasak.
Selain lem dari tepung kanji, pembuatan blangkon juga menggunakan lem kayu agar blangkon lebih kuat.
Congkeng kemudian dilapisi oleh kertas sebanyak enam kali supaya kerangka yang dihasilkan kokoh dan tidak mudah peyok.
Uniknya, congkeng ditahan menggunakan jarum supaya tidak bergeser.
Selanjutnya lapisan kertas tersebut dilapisi lagi dengan kain batik yang ditata dan dilem dengan rapi.
Bagian belakang blangkon dipasangi mendolan sesuai modelnya, datar untuk blangkon Solo dan menonjol untuk Jogja, kemudian direkatkan dengan lem.
Untuk meratakan lem tersebut, biasanya pengrajin menggunakan sendok.
Isi dari jebeh tersebut terbuat dari serbuk kayu yang diikat dengan kain.
Tahap selanjutnya adalah pemasangan wiron, atau kain batik yang dilipat kecil dan rapi, dilanjutkan dengan waton, tutupan serta jebeh.
Blangkon yang sudah jadi lalu dijemur di bawah sinar matahari hingga kering sebelum masuk proses finishing.
Pada proses finishing, blangkon akan dijahit dan dibersihkan agar lebih kuat dan rapi.
Jangan lupa subscribe Youtube channel TRIBUNNEWSWIKI di TribunnewsWIKI Official