Ramai Soal Kabar Potensi Tsunami di Pantai Selatan Jawa, Begini Pernyataan dari BMKG

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peta potensi tsunami di Indonesia, garis merha menunjukkan daerah rawan tsunami termasuk daerah pantai selatan Pulau Jawa

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Pekan ini netizen masih ramai membicarakan bencana masif yang mengintai daerah pantai selatan Jawa dan Bali.

Kabarnya akan terjadi gempa bumi megathrust bermagnitudo 8,8 disertai dengan tsunami setingi 20 meter dengan jarak rendaman 3-4 kilometer.

Informasi tersebut membuat masyarakat menjadi resah.

Dikutip Tribunnewswiki.com dari Kompas.com, potensi gempa dan tsunami Pantai Selatan memang ada.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono pada (20/07/2019) melalui pesan singkat.

Kenyataan jika wilayah Indonesia memang rawan gempa dan tsunami memang tidak terbantahkan.

Indonesia rawan gempa bumi dan tsunami karena berada di kawasan lempeng bumi yang terus bergerak yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik (lipi.go.id)

Terlebih Daryono juga mengingatkan kembali bahwa di wilayah selatan Jawa terdapat zona subduksi atau pertemuan Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

Hal tersebut yang menjadi faktor utama mengapa potensi tsunami 20 meter bukanlah berita bohong.

Namun, informasi yang beredar mengenai potensi tsunami harus disikapi dengan bijak.

Justru dengan adanya informasi dini masyarakat diharapkan dapat lebih mempersiapkan diri.

Baca: Terjadi Bersama Erupsi, Ini Penjelasan PVMBG tentang Banjir di Kaldera Gunung Bromo

Baca: Pasca Erupsi, Para Wisatawan Gunung Bromo Diminta Tetap Berhati-hati dan Membawa Masker

Persiapan yang diperlukan misalnya perlu dilakukan upaya mitigasi struktural maupun non struktural dengan membangun bangunan aman gempa, penataan tata ruang pantai yang aman tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan tsunami.

Humas Badan Nasional Prnanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo juga turut mengimbau agar masyarakat tetap siaga dalam menghadapi potensi gempa dan tsunami tersebut.

BNPB telah memberikan fasilitas agar masyarakat dapat mengenali potensi ancaman di lokasi tempat gempa berlangsung dengan menggunakan aplokasi InaRISK melalui laman https://inarisk.bnpb.go.id

Agus mengimbau warga yang bermukim di pinggir pantai untuk mampu menerapkan prinsip 20-20-20.

Prinsip tersebut merupakan strategi mitigasi tsunami dimana jika warga merasakan gempa selama 20 detik, warga harus segera melakukan evakuasi karena tsunami diestimasikan datang dalam 20 menit.

Setelah itu warga harus berlari mencari bangunan yang memiliki ketinggian minimal 20 meter agar dapat menyelamatkan diri.

Agus memberikan tips penting bahwa tidak sembarang bangunan dapat dijadikan sebagai tempat perlindungan.

Bangunan yang aman dan memiliki spesifikasi tahan gempa adalah bangunan yang telah diuji oleh pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Evakuasi juga dapat dilakukan di bangunan yang dekat dengan pantai sekalipun asalkan bangunan tersebut masih berdiri kokoh setelah gempa berhenti.

Masyarakat yang bermukim di pinggir pantai juga diharapkan membangun bangunan atau rumah tahan gempa dengan melakukan retrofikasi.

Misalnya dinding bangunan yang sudah tidak bagus diberi perkuatan dengan ditambah tulangan yang baru atau kolong yang lebih berat.

(TRIBUNNEWSWIKI/Kompas.com/Magi)

Untuk terus update informasi tribunnewswiki.com, ikuti kami di:

Instagram @tribunnewswiki

Fanpage Facebook Tribunnews Wiki

Youtube TribunnewsWiki Official 

 



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi

Berita Populer