Sosok berusia 89 tahun tersebut wafat karena komplikasi kesehatan terkait usia.
"Dia meninggal hari ini pagi setelah menderita selama sekitar tiga pekan," kata sekretaris politik dan persnya, Sunil Shuva Roy, dikutip Tribunnewswiki.com dari Al Jazeera, Minggu (14/7/2019).
Ershad mendapat perawatan selama 10 hari di rumah sakit militer di Dhaka, Bangladesh.
Mantan penguasa militer itu mengalami gangguan fungsi hati dan ginjal.
Ershad dikenal terlibat dalam sejumlah peristiwa besar di Bangladesh.
Baca: Respons Pertemuan Jokowi dan Prabowo: Amien Rais Protes hingga Dahnil Ungkap Kekecewaan Relawan
Saat menjabat sebagai kepala staf angkatan darat, ia merebut kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada 24 April 1982.
Kemudian, Ershad menyatakan dirinya sebagai presiden Bangladesh.
Ershad memerintah Bangladesh hingga Desember 1990.
Kala itu, Ershad dipaksa mengundurkan diri saat menghadapi pergolakan massa yang melakukan protes anti-pemerintah.
Ershad sempat mendekam ke dalam penjara.
Pasalnya, ia dituduh melakukan praktik korupsi.
Namun, Ershad tetap aktif di panggung politik Bangladesh dan menjadi ketua partai oposisi utama di parlemen saat ini, Partai Jatiya Bangladesh.
Partai tersebut ia dirikan pada 1985.
Baca: Pernah Pisah Rumah Sebulan, Nagita Slavina Beber Jawaban Saat Raffi Ahmad Izin Poligami
Pemerintahan Ershad ditandai dengan keputusan kontroversial, yakni dengan menjadikan Islam agama dari Bangladesh.
Padahal mayoritas rakyat Bangladesh menganut aliran Muslim sekuler.
Dalam komentar yang dibuat kepada wartawan lokal dari penjara pada 1996, Ershad mengatakan "kegagalan terbesarnya adalah menjalankan negara dengan lembut dan hati seorang penyair."