Sejarah
Asrama Perguran Islam (API) Tegalrejo didirikan oleh KH Chudlori, pada 15 September 1944.
KH Chudlori merupakan menantu dari KH Nahrowi (Mbah Dalhar), pengasuh Ponpes Darus Salam, Watucongol, Muntilan, Magelang. (1)
Pada 1948, bangunan dan kitab referensi milik Ponpes API dirusak dan dibakar oleh Belanda.
Peristiwa ini mengakibatkan Ponpes API vakum selama satu tahun.
Pada 1950, Ponpes API kembali beroprasi lagi.
Nama Asrama Perguruan Islam sendiri memiliki filosofi.
KH Chudlori berharap agar para santri kelak mau berperan sebagai guru di tengah masyarakat, mengembangkan ajaran agama Islam.
Pada tahun 1977, jumlah santri API sudah mencapai sekitar 1500 santri.
Pada tahuh ini pula KH Chudlori wafat.
Kegiatan operasional Ponpes API dilanjutkan oleh kedua putranya, KH Abdurrohman Ch dan KH Achmad Muhammad.
Pada tahun 1980, jumlah santri sempat menurun hingga sekitar 760 santri.
Pada tahun 1992, jumlah santri mencapai 2689 santri.
KH Achmad Muhammad meninggal dunia 10 Rabiul Awwal 1430 H, disusul KH Abdurrahman pada 24 Januari 2011.
Dengan bimbingan Nyai Chudlori, Ponpes API diasuh oleh KH Mudrik Chudlori dann KH Chanif Chudlori, dibantu adik-adiknya.
Pada tahun 2014, jumlah santri tercatat sekitar 5000 santri. (1)
Salah satu alumni Ponpes API Tegalrejo adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden Republik Indonesia yang keempat. (2)
(Lokasi Ponpes API Tegalrejo)
Perkembangan
Saat ini, Ponpes API Tegalrejo telah memiliki SMP dan SMK Syubbanul Wathon, dibawah naungan Yayasan Syubbanul Wathon.
Sekolah ini diresmikan pada 6 Maret 2011 oleh Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh.
Yayasan ini dipimpin oleh KH M Yusuf Chudlori, atau yang akrab disapa Gus Yusuf.
SMP & SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo merupakan salah satu dari 151 sekolah di Indonesia yang menjadi Pilot Project Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Agama RI, sebagai Sekolah Berbasis Pesantren (SBP).
Pendidikan Formal
SMP Syubbanul Wathon I
SMP Syubbanul Wathon II
SMA Syubbanul Wathon
SMK Syubbanul Wathon I
SMK Syubbanul Wathon II (4)
Pendidikan Salaf
Pendidikan salaf merupakan pendidikan keagamaan yang diterapkan di pesantren klasik, mempelajari kitab kuning.
Bentuk pendidikan salaf Ponpes API berupa madrasah yang terdiri dari 7 kelas.
Kurikulum yang digunakan khusus mempelajari ilmu agama, baik itu fikih, aqidah, akhlaq, tasawuf dan ilmu alat (nahwu dan sharaf).
Semua kitab yang menjadi referensi santri merupakan kitab berbahasa arab.
Kitab yang diajarkan di bidang fikih antara lain Safinatun Najah, fathul Qarib, Minhajul Qowim, Fathul Wahhab, al- Mahalli, Fathul Mu’in, dan Uqdatul-Farid.
Di bidang Ushul Fiqh adalah kitab Faraidul Bahiyah.
Di bidang tauhid kitab ‘Aqidatul ‘Awam.
Di bidang akhlaq/tasawwuf adalah kitab Ihya Ulumuddin.
Masyarkat lebih mengenal kelas santri dengan nama kitab yang dipelajari.
Tingkat I dikenal dengan nama Jurumiyah Jawan.
Tingkat II, Jurumiyah.
Tingkat III, Fathul Qarib.
Tingkat IV, Alfiyah.
Tingkat V, Fathul Wahab.
Tingkat VI, Al Mahalli.
Tingkat VII, Fathul Mu’in.
Tingkat VIII, Ihayah Ulumuddin. (3)
Ekstrakurikuler
Pidato bahasa Arab
Pidato bahasa Inggris
Pidato Bahasa Indonesia
Pelatihan wirausaha
Kursus bahasa Arab
Kursus bahasa Inggris
Seni kaligrafi Al-Qur’an
Seni baca Al-Qur’an
Tahfiz Al-Qur’an
Morning conversation
Keterampilan tangan
Beladiri
Pramuka
Drum band
Teater
Kursus computer
Fasilitas
Masjid
Asrama putra dan putri terpisah
Koperasi
Kantin
Kantor
Gedung-gedung Sekolah dan Madrasah
Mess guru
Pengolahan air bersih
Kklinik kesehatan
Perpustakaan
Lapangan serbaguna
Perpustakaan
Gudang
MCK
Lab Komputer
Lab bahasa asing
Parkir mobil dan motor
Untuk terus update informasi tribunnewswiki.com, jangan lupa ikuti kami di:
Instagram @tribunnewswiki
Fanpage Facebook Tribunnews Wiki
Youtube TribunnewsWIKI Official