Sejarah
Candi Sari diperkirakan dibangun pada abad ke- 8 M, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran.
Pembangunan Candi Sari bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan.
Kedua candi tersebut memiliki banyak kemiripan, baik dari segi arsitektur maupun reliefnya.
Keterkaitan kedua candi ini diterangkan dalam Prasasti Kalasan (700 Saka / 778 M).
Dalam Prasasti Kalasan dimuat bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha.
Baca: Ira Koesno
Untuk pemujaan Dewi Tara dibangunlah Candi Kalasan, sedangkan untuk asrama pendeta Buddha dibangunlah Candi Sari.
Fungsi Candi Sari sebagai asrama atau tempat tinggal.
Hal itu terlihat dari bentuk keseluruhan dan bagian-bagian bangunan.
Dari stupa yang terdapat di puncaknya, dapat disimpulkan Candi Sari merupakan candi Buddha.
Gambaran
Candi Sari berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 17,30 x 10 m.
Konon, denah dasar asli Candi Sari lebih panjang dan lebih lebar, karena kaki yang asli menjorok keluar sekitar 1,60 m.
Tinggi keseluruhan Candi Sari dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17-18 meter.
Gerbang Candi Sari memiliki lebar kira-kira sepertiga lebar dinding depan dan tinggiseparuh dari tinggi dinding candi.
Kini gerbang itu sudah tidak ada lagi.
Baca: Byun Baekhyun
Yang tersisa hanya bekas tempat bertemunya dinding pintu gerbang dengan dinding depan Candi Sari.
Candi Sari pada awalnya merupakan bangunan bertingkat dua atau tiga.
Lantai atas digunakan untuk menyimpan barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dan sebagainya.
Tembok Candi Sari dilapisi dengan vajralepa (brajalepa), lapisan pelindung yang juga didapati di dinding-dinding Candi Kalasan.
Dari luar terlihat tubuh Candi Sari terbagi menjadi dua tingkat.
Pembagian tersebut dapat diamati dari adanya dinding yang menonjol melintang seperti "sabuk" mengelilingi bagian tengah tubuh Candi Sari.
Pembagian itu diperjelas dengan adanya tiang-tiang rata di sepanjang dinding tingkat bawah dan relung-relung bertiang di sepanjang dinding tingkat atas.
Relung-relung di sepanjang dinding luar Candi Sari saat ini dalam keadaan kosong.
Diperkirakan, relung-relung tersebut sebelumnya dihiasi dengan arca-arca Buddha.
Dinding luar Candi Sari dipenuhi pahatan arca dan hiasan lain.
Ambang pintu dan jendela masing-masing diapit oleh sepasang arca lelaki dan wanita dalam posisi berdiri memegang teratai.
Jumlah arca secara keseluruhan adalah 36 buah, terdiri dari 8 arca di dinding depan (timur), 8 arca di dinding utara, 8 di dinding selatan, dan 12 di dinding barat (belakang).
Ukuran arca-arca itu sama dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya.
Pada bagian dinding yang lain dipenuhi dengan pahatan berbagai bentuk, seperti Kinara Kinari (manusia burung), suluran, dan kumuda (daun dan bunga yang menjulur keluar dari sebuah jambangan bulat).
Di atas ambang jendela dan relung-relung dihiasi Kalamakara tanpa rahang bawah dalam bentuk yang dekoratif.
Seperti yang terdapat pada dinding Candi Kalasan, dinding Candi Sari juga dilapisi oleh lapisan Vajralepa, yang berfungsi memberikan warna cerah dan mengawetkan batu.
Tangga naik ke permukaan kaki candi telah hancur.
Di sisi tangga terdapat sebuah umpak batu.
Tidak jelas apakah umpak batu itu memang berada di tempatnya semula, namun tampaknya bagian bawah umpak tadinya terbenam dalam tanah.
Pintu masuk berada di tengah sisi yang panjang di sebelah Timur Candi Sari.
Ambang pintu di dinding candi tersebut terletak dalam bilik penampil yang menjorok keluar.
Saat ini bilik penampil tersebut sudah tidak bersisa, sehingga pintu masuk ke ruang dalam candi dapat langsung terlihat.
Hiasan di bingkai dan Kalamakara di atas ambang pintu terlihat sederhana.
Di dalam Candi Sari terdapat tiga ruangan berjajar yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m.
Kamar tengah dan kedua kamar lainnya dihubungkan oleh pintu dan jendela.
Bilik-bilik ini diyakini dibangun sebagai bilik bertingkat.
Tinggi dindingnya dibagi dua dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang.
Baca: Plengkung Nirbaya
Dari fakta tersebut, Candi Sari memiliki 6 ruangan.
Dinding bagian dalam kamar polos tanpa hiasan.
Pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi.
Rak ini dulu dipergunakan sebagai tempat upacara agama dan menempatkan arca.
Di lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca.
Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini.
Pada dinding kamar utara dan kamar selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan.
Lantai dan bagian bangunan yang terbuat dari kayu sekarang sudah tidak ada, tetapi pada dinding masih terlihat lubang-lubang bekas tempat menancapkan balok penyangga.
Di dinding bilik yang paling selatan masih bisa dijumpai batu-batu yang dipahat menyerong.
Batu tersebut berfungsi sebagai penyangga ujung tangga yang terbuat dari kayu.
Atap Candi Sari berbentuk persegi datar dihiasi 3 buah relung di masing-masing sisi.
Bingkai relung dihiasi dengan pahatan sulur-suluran.
Di atas ambang relung dihiasi oleh Kalamakara.
Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah stupa di pertengahan sisi atap. (1)
Waktu Operasional
Candi Sari buka setiap hari dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Harga Tiket
Dewasa: Rp 2000
Anak: Rp1500 (2)
Waktu operasional dan harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu.