Sebagai gantinya, mereka mengidentifikasinya sebagai bagian dari Palestina.
Dikutip dari Media Rusia RT, perubahan tersebut memicu kemarahan dari komunitas Yahudi.
RT mengarsipkan lembar fakta itu sebelum dihapus dari laman resmi keimigrasian.
Peta itu menunjukkan wilayah yang ada saat ini secara status quo miliki Israel, diidentifikasi sebagai 'Palestina'.
Kemudian, Tepi Barat tidak termasuk dalam area yang disorot.
Lantas, gambar yang sama juga mengidentifikasi Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Dalam penjelasan gambar tersebut, ada tulisan tentang "penindasan besar-besaran terhadap Palestina" yang disebabkan oleh Israel selama Intifada Kedua, dan menunjuk pada sanksi ekonomi Israel dan blokade Negeri Bintang David terhadap Jalur Gaza, eksklave Palestina di tepi Laut Mediterania.
Baca: Alat Bukti Tak Bisa Diverifikasi, Tim Hukum Prabowo-Sandi Tarik 94 Kotak Berisi C1
Hal tersebut kemudian membuat Israel Institute of NZ, kelompok Yahudi pro-Israel di Selandia Baru angkat bicara.
Mereka mendesak Keimigrasian Selandia Baru meminta maaf.
Sebab, gambar tersebut dianggap telah menyinggung dan tidak mencerminkan kebijakan pemerintah.
Mereka juga meminta adanya penyelidikan atas insiden tersebut.
Direktur institut, Ashley Church menganalogikan insiden seperti halnya Wales dan Skotlandia dihapus dari peta.
Baca: Tim Hukum Jokowi-Maruf Ditegur Tiga Hakim MK saat Ajukan Pertanyaan untuk Saksi Kubu Prabowo-Sandi
Yang menjadi ironis, Selandia Baru adalah salah satu negara yang kerap luput dari pemetaan.
Pada Februari 2019 lalu, Selandia Baru luput dari pencantuman geografis pada produk raksasa furnitur Swedia, IKEA.
Wellington juga menyadari tentang situasi yang mereka alami.