Kenali Gejala Sindrom Baby Blues pada Ibu Baru Melahirkan dan Cara Mengatasinya

Editor: Widi Pradana Riswan Hermawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ibu baru melahirkan

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Istilah baby blues tidaklah asing di tengah masyarakat.

Baby blues merupakan kondisi perubahan psikologis secara mendadak yang dialami seorang ibu pasca melahirkan.

Ibu yang mengalami sindrom baby blues akan merasa sedih, bahagia, sendu, tiba-tiba menangis, gelisah, cemas, kesepian, dan lain sebagainya.

Meski hanya berlangsung sementara sekitar satu sampai dua minggu pasca melahirkan, namun hal tersebut harus tetap ditangani dengan serius.

Dikutip dari Kompas.com pada Rabu (12/06/2019), dr. Ekarini, SpOG dari Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang ibu mengalami sindrom baby blues.

Faktor tersebut diantaranya adalah bayi tidak dikehendaki dan mental sang ibu yang belum siap untuk memiliki buah hati.

Jika kebanyakan perempuan merasa sangat bahagia ketika mengetahui dirinya hamil, sebagian kecil dari mereka justru merasa kehamilan bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

Hal ini biasanya terjadi karena sang ibu mengalami perubahan bentuk tubuh, kemudian harus melawan rasa sakit ketika proses persalinan.

"Nah, bagi beberapa wanita yang tidak siap dengan hal tersebut, dia akan merasa menjadi korban," ujar dokter Eka seperti yang dimuat oleh Kompas.com Jumat (3/5/3019).

Eka juga memberikan contoh ketidakseiapan mental tersebut sangat mungkin dirasakan oleh korban pemerkosaan.

Ketika janin di dalam rahimnya makin besar dan mulai menunjukkan kehidupan seperti tendangan, sang ibu biasanya merasa sang janin yang dikandungnya sebagai mahluk asing.

Selain itu, faktor eksternal seperti lingkungan dan keluarga juga bisa menumbuhkan sindrom baby blues.

Misalnya seorang ibu menerima banyak tekanan saat ada di rumah dari keluarga, pekerjaan rumah menggunung yang harus diselesaikan, dan tetap harus mengurus bayi.

Lebih lanjut, Ekarini juga menjelaskan bahwa ketika seorang perempuan hamil, maka hormone di dalam tubuhnya akan naik agar ia siap menerima bayi.

Ketika seorang ibu hamil di awal kehamilan mengeluh nyeri di bagian perut bawah, itu sebenarnya tanda dia memiliki sedikit hormon progesteron ketika janin mulai tumbuh dan rahim membesar.

"Mungkin ada yang bertahan sampai melahirkan. Ketika bayi lahir dan ari-ari atau plasenta keluar (plasenta juga menghasilkan hormon progesteron), hormon pada tubuh wanita anjlok, hilang," jelas Eka.

"Kondisi ini persis seperti saat perempuan mau haid, di mana semua hormon drop dan suasana hati langsung berubah atau pengin makan apa. Perubahan suasana hati ini sama," tambahnya.

Gejalanya hampir sama seperti gejala Premenstrual Syndrome (PMS), tapi melahirkan lebih berat.

Apabila PMS perubahan psikologis akan selesai ketika masa haid selesai, bagi ibu melahirkan dengan sindrom baby blues hal itu tidak berlaku.

Hal ini karena ketika memiliki bayi sang ibu harus siap menjaga, memberi susu, serta memandikan bayinya.

Sedangkan di sisi lain, sang ibu mungkin juga seorang pekerja atau seorang ibu rumah tangga dengan pekerjaan yang banyak.

"Hal seperti itu membuat wanita jadi depresi sedepresi-depresinya dan menyebabkan baby blues," ujar Eka.

Selain itu, pendarahan yang dialami seorang ibu juga sangat mungkin menyebabkan baby blues.

Oleh karena itu, setiap dokter atau bidan biasanya selalu memberi resep penambah darah untuk diminum supaya sang ibu tidak mengalami pendaraham.

Faktor makanan juga memiliki pengaruh yang cukup besar, seorang ibu dengan asupan gizi kurang sangat mungkin terkena sindrom baby blues. (1)

Lalu bagaimana caranya mengatasi sindrom yang biasa dialami oleh ibu pasca melahirkan ini?

Seorang ibu setelah melahirkan harus mendapat perhatian dan dukungan lebih dari lingkungan sekitarnya, khususnya keluarga dan suami.

Psikolog anak, Roslina Verauli menyarankan supaya sang ibu tidak melakukan beban pekerjaan yang terlalu berat setidaknya tiga bulan pasca melahirkan.

Seorang ibu tidak perlu mengurus bayinya seorang diri dan sebaiknya dibantu oleh orang lain seperti suami ataupun keluarga lainnya.

“Karena ikatan anak itu baru mulai kelihatan di usia tiga sampai empat bulan. Jadi tiga bulan pertama yang ngasuh nenek, papa, kakek, it’s okay,” kata Roslina Verauli seperti dimuat oleh Kompas.com.

Di sini, peran suami menjadi sangat penting bagi pertumbuhan anak, terutama dalam mengatasi baby blues sang istri.

Lanjut Roslina, sang suami seharusnya bisa membuat istrinya yang baru melahirkan merasa nyaman dan tidak lelah.

“Riset mengatakan, ayah yang sejak (istri) hamil sudah menunjukan dia peduli dengan mengantar ke dokter, mijetin istrinya, itu adalah ayah yang diprediksi kelak yang menjadi ayah terlibat dalam pengasuhan,” pungkas Vera. (2)

(TribunnewsWIKI/Kompas.com/Gloria Setyvani Putri/Kahfi Dirga Cahya/Widi)

Jangan lupa subscribe channel Youtube TribunnewsWIKI Official

Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Taman Sari Yogyakarta

Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Pasar Triwindu Ngarsopuro

Baca: Trailer Frozen II Rilis, Apa yang Akan Terjadi pada Elsa dan Anna?

Baca: Bukan Diikat, Begini Seharusnya Pertolongan Pertama Jika Digigit Ular Berbisa



Editor: Widi Pradana Riswan Hermawan
BERITA TERKAIT

Berita Populer