Kehidupan Pribadi
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Saldi Isra lahir di Paninggahan, Solok, Sumatera Barat pada 20 Agustus 1968.
Saldi Isra lahir dari pasangan suami istri Ismail dan Ratina. Semula, namanya hanya Sal, namun ketika hendak mendaftar SD, Kepala Sekolahnya menanyakan nama yang terlalu pendek itu.
Akhirnya sang ayah menambahi “-di” di belakang, sehingga namanya menjadi Saldi. Baru ketika kelas 6 SD, sang ayah menambahkan nama “Isra” di namanya.
Isra ini sendiri merupakan gabungan dari nama sang ayah dan ibu, yakni Ismail dan Ratina.
Saldi Isra menikah dengan seorang perempuan bernama Leslie Annisaa Taufik. Dari pernikahan itu, mereka memiliki tiga orang anak yaitu Wardah A. Ikhsaniah Saldi, Aisyah ‘Alfiah Izzaty Saldi, Muhammad Haifan Saldi. (1)
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H., M.Hum.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Juri Ardiantoro
Riwayat Pendidikan
Setelah lulus dari SMA, Saldi Isra kemudian berusaha mengejar mimpinya untuk berkuliah ke ITB. Memilih jurusan Fisika saat SMA membuat keinginannya untuk bisa kuliah di ITB sangat besar, terlebih ia memiliki nilai di atas rata-rata.
Karena itu, Saldi Isra kemudian mengikuti PMDK ke ITB, namun ternyata ia masih gagal. Tak mau menyerah terlalu dini, Sadil Isra kemudian mengikuti Sipenmaru pada 1988 mengambil jurusan Geologi ITB.
Lagi-lagi Saldi Isra harus menelan pil pahit karena gagal lagi menjadi mahasiswa ITB.
Setahun berikutnya, Saldi Isra kembali mengikuti UMPTN 1989 dengan mendaftar ke ITB lagi. Lagi-lagi dia gagal.
Tiga kali gagal, Saldi Isra kemudian merantau ke Jambi untuk mencari kerja.
Setelah uang yang dimilikinya dirasa cukup untuk masuk kuliah, akhirnya pada tahun 1990 Saldi Isra kembali mencoba peruntungan untuk mendaftar UMPTN.
Saldi Isra memilih tiga jurusan, yakni Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya sebagai pilihan pretama, Teknik Sipil Universitas Andalas, serta Ilmu Hukum Universitas Andalas sebagai pilihan terakhir.
Ilmu Hukum sendiri merupakan pilihan yang tidak ia pikirkan karena ia cantumkan untuk mengisi jurusan IPS saja.
Namun siapa sangka Saldi Isra justru lulus UMPTN di Jurusan Ilmu Hukum yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Setelah melakukan brebagai pertimbangan, Saldi Isra akhirnya mantap untuk mengambil jurusan tersebut.
Untuk mencukupi perekonomian keluarga, setiap Minggu Saldi mengajar di Madrasah Aliyah dekat kampung halamannya untuk menopang perekonomian keluarga.
Meski merupakan pengalaman yang sama sekali baru, namun Saldi Isra mampu menyesuaikan diri dengan jurusan barunya itu.
Bahkan Saldi bisa menyelesaikan studinya pada tahun 1995 dengan predikat Summa Cum Laude dengan IPK 3,86.
Saldi Isra kemudian melanjutkan kuliah S2 di Universitas Malaya, Malaysia mengambil Master of Public Administration dan berhasil lulus pada tahun 2001.
Berhasil meraih gelar master tidak membuat Saldi Isra puas di situ. Ia kemudian mengambil program doktoral di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Akhirnya gelar doktor berhasil diraihnya pada tahun 2009 dari UGM. Setahun berikutnya, Saldi Isra dikukuhkan sebagai Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andalas. (2)
Riwayat Karier
Lulus sebagai sarjana hukum terbaik dari Universitas Andalas membuat Saldi Isra langsung dipinang oleh Universitas Bung Hatta untuk menjadi dosen di sana.
Namun Saldi Isra hanya mengajar tak sampai setahun. Pada Oktober 1995, Saldi Isra pulang ke almamaternya, Universitas Andalas dan mengajar di sana.
Sambil mengajar, Saldi Isra juga melanjutkan kuliah S2-nya di Malaysia dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selain mengajar, Saldi Isra juga aktif menulis. Beberapa buku telah berhasil ia tulis dan diterbitkan oleh beberapa penerbit.
Sebenarnya Saldi Isra sudah aktif menulis sejak masih kuliah dengan menulis di beberapa media.
Saldi Isra juga didapuk sebagai Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas yang memperhatikan isu-isu ketatanegaraan.
Saldi Isra juga dikenal sebagai aktivis antikorupsi, ia terlibat dalam berbagai gerakan antikoripsi.
Beberapa bukunya juga memperlihatkan perhatiannya yang sangat besar terhadap gerakan antikorupsi.
Saldi Isra juga pernah mendapat penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award pada 2004. Penghargaan tersebut diraih Saldi setelah mengungkap korupsi di DPRD Sumatera Barat yang berlangsung sejak 1999.
Selain itu, Saldi Juga menerima penghargaan Megawati Soekarnoputri Award untuk kategori Pahlawan Muda bidang Pemberantasan Korupsi. Penghargaan itu diraihnya pada 2012 lalu. (3)
Pada 11 April 2017, Saldi Isra berhasil mencapai mimpinya menjadi hakim konstitusi di Mahkamah Konstitusi.
Ia dilantik langsung oleh Presiden Joko Widodo sebagai pengganti Patrialis Akbar yang terjerat kasus suap oleh KPK.
Saldi Isra berhasil menempati peringkat pertama seleksi calon hakim MK di atas dosen universitas Nusa Cendana, Bernard L. Tanya dan Wicipto Setiadi, pensiunan Kementerian Hukum dan HAM.
Adapun indikator yang diuji dalam seleksi tersebut mencakup karya tulis analisis hasil putusan MK, wawancara, dan penelusuran rekam jejak. (4)
Namun sebelumnya Saldi Isra sempat bimbang. Alasannya adalah adanya pergolakan batin dalam dirinya yang merasa belum mumpuni dari sisi usia hingga beratnya hati untuk menanggalkan status sebagai dosen.
Namun setelah mendapat nasihat dari Mahfud MD, Saldi pun mantap untuk mendaftarkan diri pada proses seleksi hakim konstitusi tahun 2017 yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Saldi Isra sendiri sebenarnya sudah sering datang ke MK dalam brebagai sidang uji materi. Adapun kehadirannya di sidang-sidang tersebut biasanya adalah sebagai pemberi keterangan ahli baik dari pihak pemohon maupun pihak terkait.
Karya Tulis
Obstruction of Justice, 2015, diterbitkan oleh Themis Books, Jakarta.
Pemilihan Umum Serentak, 2014, diterbitkan oleh Rajawali Pers, Jakarta.
10 tahun bersama SBY, 2014, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Sahabat Bicara Mahfud MD, 2013, diterbitkan oleh Murai Kencana-Rajawali Pers dan Yayasan 135, Jakarta.
Membangun Demokrasi, Membongkar Korupsi, 2010, diterbitkan oleh Rajawali Pers, Jakarta.
Pergeseran Fungsi Legislasi; Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia, 2010, diterbitkan oleh Rajawali Pers.
Jalan Berliku Amendemen Komprehensif, 2009, editor, diterbitkan oleh Kelompok DPD di MPR RI.
Kekuasaan dan Perilaku Korupsi, 2009, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Reformasi Hukum Tata Negara Pasca Amendemen UUD 1945, 2006, diterbitkan oleh Andalas University Press, Padang.
Dinamika Ketatanegaraan Pasca Transisi 2002-2005, 2006, diterbitkan oleh Andalas University Press, Padang.
Kampanye Dengan Uang Haram, 2004, diterbitkan oleh Citra Budaya Indonesia, Padang.
Konstitusi Baru Melalui Komisi Konstitusi Independen, 2002, editor, diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan and Koalisi Untuk Konstitusi Baru, Jakarta.
Teknik Penyusunan Produk Hukum Daerah, 2001, editor, diterbitkan oleh Anggrek Law Firm, Padang.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA
Baca: TRIBUNNEWSWIKI: Prof. Dr. Arief Hidayat S.H., M.S.
Penghargaan
Megawati Soekarnoputri Award sebagai Pahlawan Muda Bidang Pemberantasan Korupsi (2012).
Tokoh Muda Inspiratif versi Kompas (2009).
Universitas Andalas (UNAND) Award bidang Penelitian (2007)
Award of Achievement for People Who Make a Difference dari The Gleitsman Foundation, USA (2004)
Bung Hatta Anti-Corruption Award (2004)
SCTV Award sebagai Dosen Favorit Universitas Andalas dalam Rangkaian Kegiatan SCTV Goes to Campus (2003)
Dosen Teladan II Universitas Andalas Tahun 2002.
Dosen Teladan I Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2002.
Lulusan Terbaik (S1) Universitas Andalas dengan prediket Summa Cumlaude Wisuda Maret 1995.
Mahasiswa Berprestasi Utama Tingkat Nasional Tahun 1994.
Mahasiswa Berprestasi Utama I Universitas Andalas tahun 1994.
Mahasiswa Berprestasi Utama I Fakultas Hukum Universitas Andalas tahun 1994.
Jangan lupa subscribe channel Youtube TribunnewsWIKI Official