Profil
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang memiliki nama asli Gusti Raden Mas Dorojatun lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912.
GRM Dorojatun merupakan anak dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah atau yang dikenal sebagai Kanjeng Ratu Alit.
GRM Dorojatun memiliki 5 istri dan dikaruniai 15 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.
Namanya resmi berubah menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono IX setelah dinobatkan sebagai raja yang menggantikan ayahnya pada 18 Maret 1940.
Dalam masa pemerintahannya sebagai raja di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Bowono IX memiliki andil besar, yaitu menyatakan bergabungnya Yogyakarta sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX tercatat sebagai wakil presiden RI kedua mendampingi Presiden Soeharto.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat di George Washington University Medical Center pada 2 Oktober 1988 saat menjalani medical check-up tahunannya. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja di Imogiri.
Masa Kecil
Walaupun seorang anak Sultan, GRM Dorojatun tidak besar di lingkungan keraton.
Sejak berusia empat tahun GRM Dorojatun dititipkan kepada pasangan keluarga Belanda.
GRM Dorojatun diasuh oleh keluarga Mulder, seorang kepala sekolah Neutrale Hollands Javanesche Jongen School (NHJJS).
Tujuan GRM dibesarkan di luar lingkungan keraton agar GRM Dorojatun bisa menjadi pribadi yang mandiri. Saat diasuh di keluarga Belanda, GRM Dorojatun dipanggil Henkie, nama yang jauh dari kesan kebangsawanan keraton.
GRM Dorojatun menghabiskan masa-masa pendidikan dasarnya di Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, GRM Dorojatun menghabiskan masa-masa sekolah di Yogyakarta.
Pendidikannya dimulai dari Frobel School (sekolah taman kanak-kanak), kemudian melanjutkan di Eerste Europe Lagere School B. Lulus dari Eerste Europe Lagere School B, GRM Dorojatun melanjutkan di Neutrale Europese Lagere School.
Setelah menyelesaikan Pendidikan dasarnya GRM Dorojatun melanjutkan pendidikan di luar Yogyakarta, yaitu di Hogere Burgerschool Semarang dan Bandung.
Tidak sampai lulus, GRM Dorojatun dikirim ke Belanda oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII bersama beberapa saudaranya.
Setelah menyelesaikan Gymnasium GRM Dorojatun melanjutkan pendidikannya di Semarang dan Bandung.
idak sampai selesai pendidikannya, GRM Dorojatun dikirim untuk melanjutkan pendidikan di Belanda oleh ayahnya.
Riwayat Karier
Karier GRM Dorojatun bermula saat meletusnya Perang Dunia II.
Pada 1939, saat peta politik dunia bergerak cepat, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII menyuruh GRM Dorojatun untuk pulang ke tanah air. Saat itu GRM Dorojatun belum menyelesaikan studinya di Belanda.
Tibanya di tanah air, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII menyerahkan Keris Kyai Joko Pinurun kepada GRM Dorojatun.
Siapaupun yang mengenakan keris tersebut dianggap sebagai calon penerus tahta keraton. Selang beberapa hari setelah penyerahan Keris Kyai Joko Piturun, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII mengembuskan nafas terakhirnya.
Sebelum menjadi raja di Kasultanan Yogyakarta, ada prosedur yang harus dilakukan yaitu menandatangani kesepakatan Bersama Belanda.
Dalam proses perundingan kesepakatan tersebut antara GRM Dorojatun dan politisi senior Belanda, Dr. Lucien Adams berjalan alot.
Penyebabnya hal itu terjadi adalah GRM Dorojatun tidak setuju apabila jabatan Patih merangkap sebagai pegawai kolonial (agar tidak terjadi konflik kepentingan).
GRM Dorojatun juga tidak setuju apabila dewan penasihatnya ditentukan oleh Belanda dan menolak pasukan/prajurit keraton mendapat perintah langsung dari Belanda.
Perundingan tersebut tidak memperoleh kesepakatan selama empat bulan.
Setelah empat bulan berlalu, GRM Dorojatun bersedia menerima semua usulan Dr. Lucien Adams. Alasan GRM Dorojatun tiba-tiba menyetujui kesepakatan tersebut karena mendapatkan bisikan bahwa tidak lama lagi Belanda akan pergi dari bumi Mataram.
Perjanjian tersebut resmi ditandatangani di Tratag Prabayeksa pada 12 Maret 1940. Kontrak perjanjian tersebut berisi 17 bab dari 59 pasal dan akan berlaku mulai GRM Dorojatun naik tahta.
Penobatannya sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudbja Radja Putra Narendra Mataram digelar pada 18 Maret 1940.
Setelah itu dilanjutkan penobatan sebagai raja dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kandjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panaatagama Kalifatullah Kaping IX.
Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta, pada 17 Agustus 1945, dua hari setelahnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberikan ucapan selamat kepada keduanya.
Pada 5 September 1945, Sri Sultan HB IX Bersama Paku Alam VIII mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia mengalami tekanan dari kolonial yang datang kembali.
Saat itu Sri Sultan HB IX mengundang para tokoh ke Yogyakarta dan menyatakan bahwa Yogyakarta siap menjadi ibukota negara Indonesia.
Selama pemerintahan berada di Yogyakarta, segala kebutuhan negara diambil dari kas keraton. Hal ini meliputi gaji presiden dan wakil presiden, staff, operasional TNI hingga biaya perjalanan dan akomodasi delegasi-delegasi yang dikirim ke luar negeri.
Bagi sultan hal ini merupakan bagian dari perjuangan untuk negara. Sultan juga mewanti-wanti pada penerusnya agar tidak pernah mengungkit apalagi meminta kembali harta keraton yang pernah diberikan untuk republik Indonesia.
Pada 1949, Soekarno-Hatta dan seluruh jajaran staff kabinet RI harus kembali ke Jakarta. Sri Sultan HB IX berpesan bahwa Yogyakarta sudah tidak memiliki apa-apa lagi dan mempersilahkan pemerintahan untuk dilanjutkan di Jakarta.
Saat pemerintahan diambil alih oleh Soeharto, kepercayaan negara-negara dunia kepada Indonesia hilang.
Negara-negara lain meragukan Soeharto karena tidak ada satu pemimpin pun yang mengenal dirinya. Selain itu pada masa akhir pemerintahan Orde Lama Indonesia sedang dijauhi oleh negara-negara lain karena sikap anti asingnya.
Untuk menangani krisis tersebut Sri Sultan HB IX berkeliling dunia untuk meyakinkan para pemimpin negara-negara lain bahwa Indonesia tetap ada dan Sri Sultan masih tetap menjadi bagian dari negara Indonesia.
Rasa kepercayaan dari negara lain terhadap Indonesia secara berlahan kembali.
Sebagai bagian dari Indonesia, Sri Sultan HB IX telah mengabdikan dirinya di berbagai posisi dalam pemerintahan.
Sri Sultan HB IX tercatat sebagai Menteri Negara di era Kabinet Syahrir (2 Oktober-27 Juni 1947) hingga Kabinet Hatta I (29 Januari 1948-4 Agustus 1949).
Di masa kabinet Hatta II (4 Agustus 1949-20 Desember 1949) hingga masa RIS (20 Desember 1949-6 September 1950) beliau menjabat Menteri Pertahanan.
Dan menjadi Wakil Perdana Menteri di era Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951).
Puncaknya adalah saat Sri Sultan HB IX menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang kedua, mendampingi Presiden Soeharto. Pada 23 Maret 1978, Sri Sultan HB IX mengundurkan diri dari jabatannya.
Sri Sultan HB IX juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Sri Sultan HB IX menyandang medali Bronze Wolf dari World Scout Committee (WSC) sebagai penghargaan atas sumbangsihnya kepada kepanduan dunia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center pada 2 Oktober 1988 saat menjalali medical check-up tahunannya.
Sri Sultan HB IX dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja di Imogiri.
Berdasar SK Presiden Repulik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990, pada 30 Juli 1990, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Salah satu peninggalan Sri Sultan HB IX adalah Selokan Mataram.
Selokan Mataram dianggap sebagai salah satu karya yang paling monumental.
Selokan ini menghubungkan Sungai Progo dengan Kali Opak yang membelah Yogyakarta dari barat ke timur.
Selokan ini juga memberikan pengairan yang tidak pernah berhenti untuk lahan pertanian di sekitarnya.
Dibangunnya selokan mataram berhasil menyelamatkan penduduk Yogyakarta dari kerja paksa Jepang yang disebut Romusha dan tetap memberikan manfaat sampai sekarang.
Peninggalannya yang tak kalah penting adalah dukungannya terhadap berdirinya Universitas Gadjah Mada.
Sri Sultan HB IX menyumbangkan tanahnya di Budak Sumur untuk dibangun gedung utama UGM, yaitu Balairung UGM yang rancangannya dibuat sendiri oleh Presiden Soekarno.
Di bidang seni, Sri Sultan HB IX juga memberikan peninggalan berupa tari klasik Golek Menak yang diciptakannya.
Tari ini terinspirasi dari cerita wayang golek dan mencerminkan karakter khas gerak tari gaya Yogyakarta.
Selain itu Sri Sultan HB IX juga menciptakan tari Bedhaya Sapta dan Bedhaya Sanghaskara (Manten).
Penghargaan
- Didaulat sebagai Bapak Pramuka Indonesia dalam Munas Gerakan Pramuka (1988)
- Mendapatkan Bronze Wolf Award World Scout Committee (WSC)
- Ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia oleh presiden Megawati Soekarnoputri (8 Juni 2003)
(TRIBUNNEWSWIKI/Yonas)