Informasi awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Khanduri Blang, begitulah sebutan tradisi yang mengalir dari nenek moyang bagi patani di Aceh.
Khanduri blang bermakna kenduri sawah yaitu acara syukuran disertai doa dan makan bersama yang dilaksanakan oleh para petani ketika musim tanam dimulai.
Tradisi ini dilaukan turun temurun oleh petani di Aceh, untuk mengharapkan berkah, sekaligus bermunajat kepada Allah agar sawah mereka bebas dari hama, saat musim tanam hingga panen tiba.
Dahulu, kegiatan ini berlangsung setahun sekali.
Seiring perkembangan zaman, di mana musim tanam telah berlangsung dua kali setahun, maka kegiatan kenduri blang ini juga dilakukan dua kali dalam setiap tahun.
Dalam pelaksanaan kegiatan para petani para petani mengelar syukuran untuk mendoakan tanaman padi mereka agar bisa meningkat produksinya dan sawah terbebas dari hama.
Setiap tahun di hari tertentu, warga di sana berkumpul di areal persawahan untuk makan bersama.
Sebelum makan, mereka berziarah ke lokasi makam ulama setempat.
Seperti hal pantauan SerambiWIKI di Desa Lam Aling, Kecamatan Kuta Cot Glie Aceh Besar berapa waktu lalu.
Petani di desa itu setiap tibanya waktu kenduri melakukan ziarah pada makam ulama Teungku Hana Nan yang terletak kaki bukit Cot Kubu Leupung Awe.
Kesana mereka membawa segala perlengkapan dapur seperi belanga, piring, sendok, gelas dan lainnya.
Kaum perempuan memasak kari ayam dengan cara tradisional, sementara pria menyambut tamu dari desa lainnya yang telah diundang.
Tamu undangan dari berbagai desa, turut memberikan doa bersama di samping kuburan ulama dengan kusyuk, agar tanaman padi mereka juga bisa tumbuh subur.
Begitulah sekilas suasana khanduri blang di sana, yang merupakan salah satu kearifan lokal di Aceh yang masih eksis hingga sekarang ini.
Setelah makan bersama, tugas kaum perempuan selanjutnya membubuhkan tiga jenis dedaunan, yaitu daun pinang, daun bungur, dan daun ramai yang telah diteteskan darah ayam.
Tiga jenis dedaunan itu kemudian diletakan di areal persawahan.
Peletakan dedaunan dilakukan bersama dengan air yang telah dicampuri beras, diletakan pada pinggiran sawah.
Menurut petani Kanduri ini dilakukan oleh petani di desa tersebut untuk seluruh masyarakat.
Selain untuk doa bersama, juga untuk merasakan kemudahan dari petani.
Juga sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas rezeki yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta.
Kenduri syukuran, doa dan makan bersama ini memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk memulai musim tanam dengan harapan tanaman padi mereka akan lebih berkah dan hasil panen berlimpah.
Trandisi ini telah dijalani secara turun menurun oleh para petani di Aceh. (*)