Viral Kafe di Bali Semua Pegawainya Berkebutuhan Khusus, Begini Kisahnya

Kafe Piduh Charity Cafe di Gianyar, Bali sengaja didirikan untuk memberdayakan orang-orang berkebutuhan khusus.


zoom-inlihat foto
Orang-berkebutuhan-khusus-yang-bekerja-di-Piduh-Charity-Cafe-Bali.jpg
DOK. Piduh Charity Cafe Bali
Orang berkebutuhan khusus yang bekerja di Piduh Charity Cafe Bali.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Piduh Charity Cafe di Gianyar, Bali, mendidik orang-orang berkebutuhan khusus melalui Yayasan Widya Guna sejak kecil, lalu melatih keterampilan mereka di kafe yang baru didirikan.

Pemilik Piduh Charity Cafe, Nyoman Sri Wahyuni, mengatakan bahwa kafe ini sengaja didirikan untuk memberdayakan orang-orang berkebutuhan khusus.

"Setelah lulus sekolah, mereka sudah menginjak usia 20 tahun ke atas, yang normalnya di usia tersebut, mereka sudah bisa bekerja," kata Nyoman saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/7/2024).

Namun, tak banyak perusahaan yang membuka pintunya untuk orang-orang berkebutuhan khusus sehingga Yayasan Widya Guna kembali menyediakan ruang bagi mereka.

"Kalau mereka diam di rumah, tidak ada pemberdayaan apa pun. Bahkan, mereka dikucilkan karena masyarakat belum bisa menerima kondisinya dengan baik," tambah dia.

Orangtua dari orang-orang berkebutuhan khusus tersebut menyerahkan pemberdayaan anaknya kepada yayasan, untuk kembali diajar sekaligus dilatih bekerja.

Orang berkebutuhan khusus yang bekerja di Piduh Charity Cafe Bali 2
Orang berkebutuhan khusus yang bekerja di Piduh Charity Cafe Bali.

Latihan Kerja

Mulanya, Nyoman melatih delapan orang berkebutuhan khusus yang sudah dewasa pada tahun 2021 lalu.

Orang-orang berkebutuhan khusus ini meliputi penderita autisme, cerebral palsy, dan keterbelakangan mental.

Saat ini ada sembilan orang berkebutuhan khusus asli Bali dengan rentang usia dari 19 sampai 35 tahun yang ditempatkan di area berbeda.

Mereka yang dilihat memiliki bakat memasak, ditugaskan ke bagian dapur.

Sebagian yang pandai mencocokkan (matching), ditugaskan sebagai pelayan.

Adapun orang berkebutuhan khusus yang lain, diajarkan membuat jus, menu utama Piduh Charity Cafe.

Tentu perjalanannya tidak mudah.

Nyoman mengakui, melatih orang berkebutuhan khusus butuh waktu lama, sampai dua tahun.

Piduh Charity Cafe resmi didirikan pada tahun 2023, setelah seluruh karyawan berkebutuhan khusus mulai dilatih pada 2021.

Selama dua tahun, mereka dilatih membuat makanan dan minuman.

Tidak lupa persiapan bahan memasak yang juga dilakukan orang berkebutuhan khusus.

"Mereka yang tidak cacat fisik, tidak bisa baca tulis. Jadi, semua pekerjaan dilatih dengan instruksi gambar," tutur Nyoman.

Misalnya, cara memasak nasi goreng.

Instruksi memotong-motong bahan, menyiapkan nasi, dan memasaknya, dijelaskan dalam bentuk gambar.

Sementara itu, bagi orang dengan kondisi cacat fisik, ditugaskan menyiapkan seluruh bahan makanan dan minuman.

Mereka yang dianggap lancar menulis dan membaca, tapi memiliki keterbatasan gerak, terampil menimbang resep-resep jus dan makanan yang ditawarkan di kafe.

Baca: Viral Ibu Marah di Minimarket Gara-Gara Susu UHT, Benarkah Harus Disimpan di Kulkas? Ini Kata Ahli

Sistem Order Tidak Biasa

Begitu operasional kafe berjalan, Piduh Charity Cafe menciptakan sistem khusus yang memudahkan orang berkebutuhan khusus.

Seluruhnya berkaitan dengan gambar dan warna.

Mulai dari daftar menu dan kotak bahan makanan yang ditempel gambar orang berkebutuhan khusus, hingga kursi dengan stiker berwarna.

Setiap orang dijadikan simbol menu kafe.

Ada foto Made Mira di menu Nasi Goreng, Putu Dewi di menu Chicken Honey, Sintya di menu Chicken Teriyaki, Juli mewakili Bakmie, dan Gung Mira di foto Spaghetti Tuna with Sambal Matah.

Sistem pemesanannya dimulai dari pelayan yang mengantar menu ke kursi pelanggan, lalu pelanggan memilih pesanan dengan menunjuk foto orang berkebutuhan khusus di samping nama menunya.

Selanjutnya, pelayan akan membawa kertas pesanan yang sudah ditandai ke meja dapur.

Tim dapur pun menyiapkan pesanan dengan mengambil bahan makanan yang juga sudah dipisahkan menurut foto para rekannya.

"Mereka lebih bisa mengenal wajah daripada membaca dan menulis. Jadi, pelanggan pun tidak boleh berganti tempat duduk karena setiap kursi sudah ditempel stiker, yang menjadi petunjuk bagi pelayan saat mengantar pesanan," jelas Nyoman.

Operasional kafe dipegang penuh oleh seluruh karyawan berkebutuhan khusus, tanpa campur tangan orang lain.

Hanya ada satu manajer kafe, Ni Kadek Suartini atau Kacu, yang memantau jalannya operasional kafe setiap Senin-Jumat pukul 10.00 Wita-14.45 Wita.

Suasana Hati yang Berubah

Kacu juga merupakan mantan anak didik Yayasan Widya Guna sejak awal.

Ia yang sudah selesai menempuh pendidikan, kembali datang dan mengajar rekan lainnya di yayasan.

Kacu berperan besar selama persiapan kerja orang berkebutuhan khusus sebelum kafe dibuka.

Ia melihat bahwa orang berkebutuhan khusus memiliki suasana hati yang cepat berubah sehingga tidak bisa bekerja lama layaknya durasi pekerjaan normal.

"Kalau kafenya ramai, mereka juga merasa capek. Biasanya, ada yang marah-marah sampai cakar jidatnya sendiri," tutur Kacu.

Hal itu diatasi dengan beberapa hal, seperti konsultasi dengan orangtua mengenai suasana hati sang buah hati saat berangkat kerja, sampai rekan kerja berkebutuhan khusus lain yang memberi hiburan.

Belum lagi, mereka yang lebih dewasa juga mengalami keterbatasan dalam beberapa hal.

Misalnya Putu, karyawan tertua di kafe yang usianya 35 tahun.

Kacu menuturkan, penglihatan Putu mulai rabun, pergerakannya pun lebih lambat dibandingkan saat berlatih beberapa tahun silam.

Harapan

Menurut Nyoman, orang-orang berkebutuhan khusus merasa senang selama bekerja di kafe.

Bukan hanya karena aktivitas baru bagi mereka, melainkan penghasilan perdana yang diterima mereka.

"Semenjak anak-anak bekerja di kafe, mereka juga merasa bangga karena bisa menghasilkan uang dan membantu orangtua untuk membayar listrik atau lainnya," tutur Nyoman.

I Ketut Sadia, suami Nyoman sekaligus pendiri yayasan dan kafe, juga menyampaikan kebanggaannya melihat perkembangan anak didik berkebutuhan khusus.

"Setelah pendidikan dan pemberdayaan, target kami adalah masa tua mereka. Kami harus pikirkan itu," ujar Ketut.

Hal ini mengingat sebagian orang berkebutuhan khusus merupakan yatim piatu, juga ada yang tinggal dengan neneknya.

"Ingin membuatkan suatu wadah atau tempat bagi mereka untuk menjalankan masa tua nanti, pelan-pelan," tambahnya.

Rencana lain, Ketut mengungkapkan, adalah mengadakan kelas memasak dan aktivitas lain, seperti laundry dan tempat cuci motor, yang bisa menghasilkan uang bagi orang berkebutuhan khusus.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved