Pimpinan Jemaah Aolia Gunungkidul Jawab Soal Pernyataan Telepon Allah untuk Tentukan 1 Syawal

Mbah Benu mengatakan ditetapkannya Lebaran jatuh pada Jumat berdasarkan keyakinan perjalanan spiritualnya.


zoom-inlihat foto
Imam-Jamaah-Masjid-Aolia-K-H-Ibnu-Hajar-Sholeh-Pranolo-atau-akrab-dipanggil-Mbah-Benu.jpg
KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO
Imam Jamaah Masjid Aolia K H Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jemaah Aolia viral di media sosial lantaran melaksanakan salat Idulfitri pada Jumat (5/4/2024).

Pimpinan Jemaah Aolia Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) KH Raden Ibnu Hajar Pranolo atau Mbah Benu mengaku dirinya melaksanakan Lebaran setelah melepon Allah.

Jemaah Aolia menunaikan ibadah puasa ramadan lima hari lebih cepat dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.

Mereka juga memulai puasa ramadan pada 7 Maret 2024.

Sehingga 1 Syawal 1445 H bagi jemaah Aolia jatuh pada Jumat (5/4/2024) kemarin.

Dari video yang beredar terlihat KH Raden Ibnu Hajar Pranolo bersama sejumlah jemaahnya menyampaikan pernyataannya terkait bagaimana cara menentukan jatuhnya 1 Syawal 1445 Hijriah.

Berikut adalah pernyataan yang disampaikan KH Raden Ibnu Hajar Pranolo.

"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah taala, ya Allah kemarin tanggal 4, malem 4, ya Allah ini sudah 29 (hari puasa ramadan), 1 syawalnya kapan," kata Mbah Benu dikutip dari video yang beredar.

Dia melanjutkan: "Allah taala cerito tanggal limo jumuah (5, Jumat). kui lah ngomong, lah mangke nek disalahke uwong, ora opo2 urusane Gusti Allah (begitu ngomongnya, nanti kalau disalahkan orang, ngga apa-apa urusannya Gusti Allah)," katanya.

Akhirnya Minta Maaf

Mbah Benu akhirnya minta maaf terkait pernyataanya terkait menelepon Allah. 

Menurut dia, apa yang disampaikannya itu hanya sebuah istilah, bukan dalam arti sebenarnya bahwa dia menelepon Allah.

"Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah. Dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT."

Imam Jamaah Masjid Aolia K H Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu
Imam Jamaah Masjid Aolia K H Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu (KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO)

Mbah Benu meminta maaf jika pernyataannya telah menyinggung pihak lain.

"Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terima kasih," kata Mba Benu.

Warga hormati adanya jemaah Aolia

Lurah setempat, Sutarpan, menyebutkan, aktivitas puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia sudah dilakukan sejak dulu.

Warganya terbiasa dengan penetapan hari raya idul fitri lebih awal yang ditentukan oleh jemaah Aolia.

"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," ucapnya dilansir dari TribunJogja.com.

Dia mengaku, selama ini hubungan jemaah Aolia dan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis.

Mereka saling memahami.

"Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu,"ujarnya.

Hubungan harmonis itu dapat dilihat saat perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sementara itu, Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas, mengatakan perayaan Idulfitri yang lebih awal dilakukan oleh ratusan jemaah Aolia adalah keyakinan mereka dan harus dihormati.

"Itu keyakinan mereka dan kita harus hormati," ujarnya kepada Tribunnews.com, Jumat malam.

Baca: Sosok Mbah Benu, Pimpinan Jemaah Masjid Aolia yang Gelar Idul Fitri Lebih Awal, Ngaku Telepon Allah

Namun demikian, Anwar menilai para ulama maupun kiai di daerah setempat tersebut juga perlu untuk berdialog dalam rangka mengetahui cara penentuan jatuhnya bulan Ramadan maupun Idulfitri.

"Tetapi tidak ada pula salahnya jika para ulama dan kyai yang ada di daerah setempat atau yang berdekatan dengannya untuk mengajak mereka berdialog tentang bagaimana cara mereka menentukan bulan Ramadan," ungkapnya.

Anwar mengatakan, penentuan Ramadan dilakukan berdasarkan ketentuan dari Al-Qur'an.

Maka, apabila jemaah Aolia sudah mengerjakannya beberapa hari sebelum wujudul hilal atau sebelum posisi bulan berada pada posisi imkanur ru'yah, maka berarti bulan Ramadan saat itu belum masuk.

Di sisi lain, Anwar pun turut mempertanyakan jemaah Aolia menentukan jatuhnya Idulfitri pada Jumat kemarin, padahal belum memasuki 1 Syawal 1445 H.

"Terus yang kedua, bagaimana kok mereka sudah melaksanakan Idul Fitri, padahal Idul Fitri itu jatuh pada tanggal 1 Syawal, sementara menurut perhitungan ilmu hisab, posisi bulan juga belum menunjukkan terjadi pergantian bulan," jelasnya.

Menurutnya, hal seperti ini yang harus didiskusikan dan didialogkan agar Ramadan maupun Idulfitri ditentukan berdasarkan waktu yang seharusnya.

"Hal-hal seperti inilah yang perlu didiskusikan dan didialogkan dengan mereka agar mereka dapat melaksanakan puasa dan Idulfitri sesuai dengan waktu yang seharusnya," tuturnya.

Diberitakan, para jemaah Aolia melaksanakan Salat Ied di Masjid Aolia yang berlokasi di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Jemaah Aolia pimpinan KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu.

Mbah Benu mengatakan ditetapkannya Lebaran jatuh pada Jumat berdasarkan keyakinan perjalanan spiritualnya.

"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini tapi tersebar di seluruh Indonesia," kata dia, Jumat (5/4/2024).

Ia pun meminta kepada para jemaahnya saling menghormati dengan masyarakat yang belum merayakan Idulfitri.

"Jemaah untuk menjaga toleransi antar umat beragama dan menghargai keputusan yang ada," tutur dia.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS/TRIBUNNEWS.COM)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved