Kembali Viral, Pernyataan Mahfud Soal Pihak Kalah Pemilu Selalu Tuduh Pemenang Curang

Adanya video cuplikan Mahfud MD tersebut beredar usai hasil quick count sejumlah lembaga dan real count KPU menunjukkan Prabowo-Gibran unggul


zoom-inlihat foto
Tribunnewscomccpl.jpg
Tribunnews.com
Mahfud MD klarifikasi pernyataan yang kalah pemilu selalu sebut pemenang curang Kembali Viral, Pernyataan Mahfud Soal Pihak Kalah Pemilu Selalu Tuduh Pemenang Curang


TRIBUNNWSWIKI.COM - Media sosial digegerkan dengan potongan video viral Mahfud MD yang melontarkan pernyataan bahwa pihak kalah pemilu selalu tuduh pemenang curang 

Adanya video cuplikan Mahfud MD tersebut beredar usai hasil quick count sejumlah lembaga dan real count KPU menunjukkan Prabowo-Gibran unggul.

Kini Mahfud MD mengklarifikasi video terkait yang viral di media sosial.

"Saya memang pernah mengatakan bahwa setiap Pemilu pihak yang kalah selalu menuduh yang menang itu curang," kata Mahfud saat ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Jalan Salemba Raya, Senen, Jakarta, Sabtu (17/2/2024).

Calon wakil presiden Mahfud MD menghadiri debat pilpres terakhir di Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta pada 21 Januari 2024.
-
Kembali Viral, Pernyataan Mahfud Soal Pihak yang Kalah Pemilu Selalu Tuduh Pemenang Curang
Calon wakil presiden Mahfud MD menghadiri debat pilpres terakhir di Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta pada 21 Januari 2024. - Kembali Viral, Pernyataan Mahfud Soal Pihak yang Kalah Pemilu Selalu Tuduh Pemenang Curang (Yasuyoshi CHIBA / AFP)

Mahfud mengatakan, dirinya menyampaikan itu saat pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dipimpin Hasyim Asy'ari.

Dia menjelaskan, pernyataan itu disampaikannya pada awal 2023 sebelum tahapan Pemilu 2024 dimulai.

"Tapi jangan diartikan bahwa penggugat selalu kalah. Sebab, memang sering terjadi kecurangan terbukti itu secara sah dan meyakinkan," ujar Mahfud.

Mahfud menuturkan, ketika menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), dirinya pernah memutuskan pembatalan hasil Pemilu dan memerintahkan menggelar Pemilu ulang.

Baca: Makin Uhuy, Komeng Raup Lebih dari 1,4 Juta Suara Kalahkan Suara Ganjar-Mahfud di Jawa Barat


"Sehingga yang menang dinyatakan diskualified dan yg kalah naik. Jadi, bisa Pemilu ulang itu bisa," ucapnya.

Dia mencotohkan kasus pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Timur pada tahun 2008, yakni Khofifah Indar Parawansa dinyatakan kalah dari Soekarwo alias Pakde Karwo.

"Kita batalkan hasilnya dan diulang," ungkap mantan Menko Polhukam ini.

"Dua, hasil Pilkada Bengkulu Selatan yang menang didiskualifikasi, yang bawahnya langsung naik. Tiga, hasil Pilkada Kota Waringin Barat sama dengan Bengkulu Selatan dan banyak lagi kasus di mana ada pemilihan ulang, terpisah, daerah tertentu, desa tertentu, dan sebagainya," tutur Mahfud menambahkan.

Seperti yang diketahui, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri resmi mengumkan bahwa Menko Polhukam Mahfud MD resmi menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo.

Pengumaman tersebut disampaikan Megawtai dalam acara di kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 18 Oktober 2023, pagi.

Baca: Cak Imin Puji Mahfud MD Mundur dari Menkopolhukam: Prabowo dan Gibran Harusnya Meniru

"Hari ini hari Rabu tanggal 18 Oktober 2023, saya dengan mantap, ini saya telah mengambil keputusan semuanya. Saya tunjukkan sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat bangsa dan negara. Karena itulah dengan mengucapkan bismillah hirohmanirrohim maka calon wakil presiden yang dipilih oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang akan mendampingi Bapak Ganjar pranowo adalah Bapak Profesor Doktor Mahfud MD," kata Megawati.

Dalam kesempatan itu, Mahfud MD hadir memakai baju batik hijau.

Deklarasi Ganjar-Mahfud MD dihadiri oleh Plt Ketua Umum PPP M Mardiono, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang, serta Ganjar Pranowo.

Saat menyampaikan pengumuman ini, Presiden kelima RI itu didampingi Mardiono, Oesman Sapta Odang, Hary Tanoesoedibjo, Puan Maharani, dan sejumlah anggota Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo.

Ganjar dan Mahfud MD adalah pasangan bacapres-bacawapres kedua yang melakukan deklarasi kedua setelah pasangan Anies-Cak Imin yang dideklarasikan pada 2 September 2023 lalu.

Sedangkan, cawapres dari pendamping Prabowo Subianto hingga saat ini belum diumumkan.

Diberitakan sebelumnya, Waketum Partai Hanura Benny Rhamdani telah mengungkapkan sosok cawapres Ganjar, yakni inisial M.

Akan tetapi, Benny enggan mengungkapkan nama lengkap dari sosok itu.

Nama Mahfud MD pun menguat.

Baca: Mahfud MD Mundur, Ini Calon Pengganti yang Cocok Jadi Menkopolhukam, Ada SBY hingga Yusril

Pada Selasa, 17 Oktober 2023 malam, beredar foto mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu bersama Megawati di kediaman Megawati di Jakarta Pusat.

Adapun sosok dari cawapres pendamping Ganjar ini telah dinanti-nanti oleh para pendukungnya sejak lama.

Sebelum itu, Megawati sempat memastikan bahwa penentuan cawapres Ganjar telah disiapkan dengan matang, pada Senin, 16 Oktober 2023..

"Saya telah mempertimbangkan dengan matang nanti siapa sosok yang paling tepat mendampingi Pak Ganjar Pranowo," ujar Megawati.

Megawati juga mengatakan bahwa ia menerima berbagai masukan terkait siapa yang akan menjadi bakal cawapres Ganjar di Pilpres 2024.

Ia juga memastikan dirinya tidak akan salah memilih pendamping Ganjar yang akan berlaga di kontestasi pilpres 2024 .

Untuk diketahui, Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U. merupakan politisi, akademisi dan hakim berkebangsaan Indonesia.

Mahfud MD pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013.

Sebelumnya Mahfud MD adalah anggota DPR dan Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional.

Mahfud MD meraih gelar Doktor pada tahun 1993 dari Universitas Gadjah Mada.

Sebelum diangkat sebagai Menteri, Mahfud MD adalah pengajar dan Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

Mahfud MD lahir dari rahim Siti Khadidjah di sebuah desa di Kecamatan Omben, Sampang, Madura, 13 Mei 1957, dengan nama Mohammad Mahfud.

Dengan nama itu, sang ayah, Mahmodin, berharap anak keempat dari tujuh bersaudara itu menjadi orang yang terjaga.

Ia dilahirkan ketika ayahnya bertugas sebagai pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

Ketika Mahfud MD berusia dua bulan, keluarga Mahmodin pindah ke Pamekasan, daerah asalnya.

Di sana, di Kecamatan Waru, Mahfud MD menghabiskan masa kecilnya.

Kala itu, surau dan madrasah diniyyah adalah tempat Mahfud MD belajar agama Islam.

Ketika berumur tujuh tahun, ia dimasukkan ke Sekolah Dasar Negeri.

Sore harinya, ia belajar di Madrasah Ibtida’iyyah.

Malam sampai pagi hari, ia belajar agama di surau.

Mahfud MD lalu dikirim ke pondok pesantren Somber Lagah di Desa Tegangser Laok, untuk mendalami agama.

Ketika itu ia masih kelas 5 SD. Sekolahnya pun ia lanjutkan di sana.

Pondok Pesantren Somber Lagah adalah pondok pesantren salaf yang diasuh Kiai Mardhiyyan, seorang kiyai keluaran Pondok Pesantren Temporejo atau Temporan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (KOMPAS/DIAN DEWI PURNAMASARI)

Pondok pesantren itu sekarang diberi nama Pondok Pesantren al-Mardhiyyah, memakai nama pendirinya, Kiai Mardhiyyan, yang wafat pertengahan 1980-an.

Meski nilai ujiannya bagus, Mahfud MD tidak melanjutkan sekolah ke SMPN favorit.

Orang tuanya memasukkan dia Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan.

Pada waktu itu, ternyata ada tiga murid yang namanya sama dengannya.

Untuk membedakan, akhirnya Mahfud MD menambahkan inisial MD di belakang namanya.

Tanpa sengaja, nama itu tertulis dalam ijazahnya.

Kini, inisial menetap di belakang nama Mahfud MD seperti gelar akademik medical doctor, sebagaimana anggapan sebagian orang.

Sehabis menamatkan PGA selama empat tahun pada 1974, Mahfud MD terpilih untuk melanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama di Yogyakarta yang merekrut lulusan terbaik dari PGA dan Madrasah Tsanawiyah seluruh Indonesia.

Mantan Menteri Koperasi Zarkasih Noer, mantan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi, tokoh Majelis Ulama Indonesia Amidhan, dan Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar merupakan sebagian alumninya.

Kini, PHIN diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

Pada 1978, Mahfud MD tamat dari PHIN.

Ia lalu meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII).

Pada saat yang sama ia juga kuliah Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM).

Di Fakultas Hukum, Mahfud MD mengambil jurusan Hukum Tata Negara.

Padahal, ketika itu ayahnya sudah pensiun.

Untuk membiayai dua kuliahnya, Mahfud MD aktif menulis di surat kabar umum seperti Kedaulatan Rakyat agar mendapat honorarium.

Ia juga sibuk berburu beasiswa.

Sebagai mahasiswa terbaik, Mahfud MD berhasil mengantongi beasiswa Rektor UII, beasiswa Yayasan Dharma Siswa Madura, juga beasiswa Yayasan Supersemar.

Mahfud MD mendapat beasiswa penuh dari UII untuk melanjutkan program pasca sarjana di UGM.

Ketika itu, ia mengambil studi ilmu politik.

Ia kembali mendapat beasiswa dari Yayasan Supersemar dan dari Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan S3.

Ia kembali mendalami ilmu hukum tata negara ketika mengambil program doktor di UGM.

Sejak SMP, Mahfud MD remaja tertarik menyaksikan ingar bingar kampanye pemilihan umum.

Di situlah bibit-bibit kecintaannya pada politik terlihat.

Semasa kuliah, kecintaannya pada politik semakin membuncah.

Ia lalu malang melintang di berbagai organisasi kemahasiswaan intrauniversitas seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, dan pers mahasiswa.

Mahfud MD juga aktif di organisasi ekstra universitas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pilihannya pada HMI didorong oleh pemahamannya terhadap medan politik di UII.

Sebab, saat itu untuk bisa menjadi pimpinan organisasi intra kampus harus berstempel aktivis HMI.

Sekalipun begitu, dari sejumlah organisasi intra kampus yang pernah ia ikuti, hanya Lembaga Pers Mahasiswa yang paling ia tekuni.

Ia pernah menjadi pimpinan di majalah mahasiswa Fakultas Hukum UII, Keadilan.

Demikian pula majalah mahasiswa UII, Muhibbah.

Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, majalah Muhibbah yang dipimpinnya dibreidel sampai dua kali.

Pertama, dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo pada 1978.

Terakhir, dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada 1983.

Lulus dari Fakultas Hukum pada 1983 Mahfud MD bekerja sebagai dosen di almamaternya dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ketika itu ia melihat, hukum tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena selalu diintervensi oleh politik.

Energi politik selalu lebih kuat daripada energi hukum.

Kekecewaannya pada hukum yang selalu dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik menyebabkan Mahfud MD ingin belajar ilmu politik.

Kesempatan itu ia ambil ketika kuliah S2.

Ia banyak berdiskusi dengan dosen-dosen ilmu politik ternama seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.

(TRIBUNE-Network/TRIBUNNWSWIKI.COM)

Baca berita terkait di sini





BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved