TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menuding Hamas menghalangi evakuasi warga Palestina dari wilayah Gaza bagian utara.
Sebelumnya, pada hari Jumat, (13/10/2023), Israel telah meminta 1,1 juta warga Palestina di Gaza utara untuk berpindah ke selatan.
Juru bicara IDF Jonathan Conricus menyebut saat ini ada banyak warga sipil yang menuju Gaza bagian selatan.
Menurut dia, warga yang memilih mengevakuasi diri telah melakukan hal yang tepat demi keselamatan mereka dan keluarga mereka.
Namun, Conricus berujar bahwa evakuasi itu dihalangi oleh Hamas. Dia juga menuding Hamas menggunakan warga sipil sebagai "tameng manusia".
Conricus mengaku "sangat sedih dan khawatir" karena Hamas berusaha mencegah evakuasi.
"Saya pikir hal itu adalah sinisme tertinggi. Kenyataannya ialah bahwa Hamas tidak hanya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, tetapi Hamas juga menyusup ke dalam masyarakat sipil dan berusaha menggunakan mereka untuk menyamar," ujar Conricus dikutip dari Sky News, Sabtu, (14/10/2023)
"Mereka menyembunyikan infrastruktur mereka di bawah infrastruktur sipil."
Baca: Turuti Perintah Evakuasi dari Militer Israel, 70 Warga Palestina Justru Tewas Kena Serangan
Baca: Serangan Israel di Lebanon Selatan Bunuh Jurnalis, Zionis Disebut Bungkam Media
Kata Conricus, pihaknya kini bersiap menghadapi tahapan perang selanjutnya. Menurut dia, Israel ingin menghancurkan Hamas dan militernya.
"Sekarang sepekan setelah kejahatan itu (serangan tiba-tiba Hamas ke Israel)."
"Ingatlah bagaimana ini bermula."
"Ketika kami melakukannya, mengingat bagaiman ini bermula. Bukan karena inisiatif kami, bukan karena pilihan kami dan pastinya bukan karena target yang kami pilih. Semuanya ulah Hamas," katanya.
Ramai-ramai tinggalkan Gaza utara
Warga Palestina mulai beramai-ramai meninggalkan wilayah Gaza utara setelah militer Israel mengeluarkan ultimatum untuk melakukan evakuasi.
Ultimatum Israel itu disebut menjadi tanda bahwa akan ada serangan darat terhadap Hamas.
Akan tetapi, ultimatum tersebut dikritik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurut PBB, upaya mengevakuasi seluruh warga Gaza utara justru bisa mendatangkan bencana.
PBB kemudian meminta Israel untuk mencabut ultimatumnya. Akan tetapi, PBB menyebut sudah ada puluhan ribu warga yang meninggalkan Gaza utara.
Baca: Selamatkan Diri, Puluhan Ribu Warga Palestina Tinggalkan Gaza Utara setelah Diultimatum Israel
Di pihak lain, Hamas meminta warga Palestina untuk mengabaikan ultimatum Israel. Hamas menyebut perintah Israel itu sebagai "perang psikologis".
Menurut Hamas ultimatum tersebut bertujuan untuk mengganggu solidaritas warga Palestina. Namun, tidak ada tanda bahwa Hamas melarang evakuasi itu.
Sejumlah warga Palestina menganggap bertahan di Gaza utara ataupun pindah ke selatan sama saja karena tidak ada tempat aman untuk bersembunyai. Di samping itu, tenaga medis mengaku tidak bisa meninggalkan para pasien.
Israel kerap menuding Hamas menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng. Oleh karena itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Israel ingin memisahkan militan Hamas dari warga sipil.
"Jadi, yang ingin menyelamatkan diri, tolong pindah ke selatan," kata Gallant saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dikutip dari Associated Press.
Baca: WNI Terjebak dalam Serbuan Total Israel : Belum Dievakuasi, Stok Makanan Menipis, Gaza Bak Kota Mati
Warga Palestina susah mengevakuasi diri
Seorang warga Kota Gaza bernama Khaled Abu Sultan mengaku awalnya tidak percaya bahwa perintah evakuasi itu benar-benar nyata. Namun, dia tak tahu ke mana harus membawa keluarganya.
"Kami tidak tahu apakah ada wilayah aman di sana (Gaza selatan). Kami tak tahu apa pun," kata Sultan.
Banyak juga warga Palestina yang takut tidak bisa kembali ke rumah atau nantinya harus mengungsi ke Sinai, Mesir.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tak mungkin bisa mengevakuasi para korban luka dari rumah sakit.
"Kami tidak bisa mengevakuasi rumah sakit dan meninggalkan korban luka hingga meninggal," kata Ashraf al-Qidra selaku juru bicara kementerian itu.
Sementara itu, seorang staf Palang Merah Palestina bernama Farsakh mengatakan para tenaga medis menolak meninggalkan pasien. Mereka justru menelepon teman-temannya untuk berpamitan.
"Kami punya pasien yang terluka, lansia, dan anak-anak di rumah sakit," kata Farsakh.
Baca: Arti Diam Putin Atas Tindakan Hamas ke Israel, Moskow Tolak Sebut Hamas Kelompok Teroris
Badan PBB untuk urusan pengungsian di Palestina, UNRWA, mengaku tak akan mengevakuasi sekolah yang dikelolanya. Namun, UNRWA mengatakan akan merelokasi markasnya ke Gaza selatan.
"Besarnya dan cepatnya krisis kemanusiaaan saat ini sangat mengerikan. Gaza dengan cepat menjadi neraka dan berada di ambang kehancuran," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
(Tribunnewswiki)
Baca berita lain tentang perang Hamas-Israel di sini.