TRIBUNNEWSWIKI.COM - Salah satu tradisi yang selalu hadir saat Idul fitri yakni Halalbihalal.
Biasanya Halal bihalal dilakukan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga, saudara, dan kerabat.
Pada acara Halal bihalal, tiap orang akan saling memaafkan dan bersalam-salaman.
Halal bihalal menjadi tradisi yang terus berkembang hingga saat ini.
Halal bihalal juga berkembang menjadi ajang "open house", di mana sebuah rumah atau instansi mengundang orang untuk datang bersilaturahmi.
Di masa pandemi, open house ditiadakan dan Halalbihalal dilakukan secara daring.
Halal bihalal ternyata memiliki sejarah sendiri di Indonesia.
Baca: Resep Opor Ayam, Hidangan Makan Besar Bersama Keluarga saat Hari Raya Idul Fitri
Baca: Ucapan Selamat Idul Fitri: Pesan dan Kutipan Bermakna untuk Teman di Hari Raya
Tradisi ini merupakan tradisi asli Indonesia yang tak dapat ditemukan di negara-negara lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Halal bi Halal diartikan sebagai hal maaaf-memaafkan yang dilakukan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan.
Kegiatan tersebut biasanya diadakan di sebuah tempat oleh sekelompok orang.
Sedangkan di dalam Ensiklopedia Indonesia tahun 1978, Halal bi Halal berasal dari Bahasa Arab yang artinya silaturahmi.
Meskipun begitu, asal muasal kegiatan Halal bi Halal ini masih sulit untuk ditentukan sejarahnya.
Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, kegiatan ini mula-mula digelar oleh KGPAA Mangkunegara I, yang masyhur dipanggil Pangeran Sambernyawa.
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, fikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Semua punggawa dan prajurit melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Drs H Ibnu Djarir menulis bahwa sejarah dimulainya Halal bi Halal ada banyak versi.
Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, kegiatan ini mula-mula digelar oleh KGPAA Mangkunegara I, yang masyhur dipanggil Pangeran Sambernyawa.
Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, fikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Semua punggawa dan prajurit melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Pada perkembangannya, kegiatan ini ditiru oleh Ormas-ormas Islam dengan nama Halal bi Halal.