Tingkatkan Kesadaran Tentang Depresi, Johnson & Johnson Indonesia Luncurkan Kampanye #MoreThanBlue

Gangguan depresi mempengaruhi 86 juta orang di Asia Tenggara dan itu hanyalah puncak gunung  es dari pasien yang sadar dan paham akan depresi.


zoom-inlihat foto
ilustrasi-stres-dan-depresi-1.jpg
Unsplash: Jude Beck / @judebeck
Ilustrasi Stres dan Depresi


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kesehatan jiwa memiliki prioritas rendah di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan membangun basis pengetahuan kesehatan jiwa, termasuk  depresi, di negara-negara Asia Tenggara merupakan salah satu prioritas terendah saat ini.

Depresi juga tidak dipahami dengan baik di Asia Tenggara, stigma dan kesadaran yang rendah  menghambat akses pasien terhadap pengobatan.

Akibatnya, pasien terus-menerus merasa  frustrasi dan tidak berdaya.

Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di  antara pasien, perawat, dan profesional medis umum pada akhirnya membuat gejala dan  pengalaman sering dianggap sama untuk setiap penderita.

Depresi itu seperti samudera dan  lautan biru yang sangat luas, semakin dalam kita masuki akan semakin gelap, dan semakin dekat  ke permukaan akan ada peluang lebih baik untuk bertahan hidup. 

Gangguan depresi mempengaruhi 86 juta orang di Asia Tenggara dan itu hanyalah puncak gunung  es dari pasien yang sadar dan paham akan depresi.

Pada umumnya, orang mengira mereka tahu  tentang depresi, tetapi mereka tidak memahaminya. Penanganan depresi saat ini di Asia baru menyentuh puncak gunung es.

Bahkan, terdapat stigma sosial seputar depresi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia – masyarakat terus menstigmatisasi (memberikan stigma negatif) orang  dengan depresi karena alasan budaya, agama, atau profesional.

Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi (ukat.co.uk)

Hal ini dapat menyebabkan pasien merasa malu, minder dan merasa tidak diterima. 

Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta  penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional, dan lebih dari 12 juta  penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi

Kampanye Edukasi Tentang Depresi #MoreThanBlue 

Johnson & Johnson, di tingkat global telah berdedikasi untuk meningkatkan tingkat kesembuhan  penderita gangguan jiwa selama lebih dari 60 tahun.

Bahkan selama lebih dari setengah abad  terakhir, Janssen Pharmaceutical Companies of Johnson & Johnson telah menemukan, mengembangkan, dan meluncurkan banyak pengobatan inovatif untuk kondisi yang memengaruhi  otak dan sistem saraf pusat.

Johnson & Johnson juga memperluas akses ke perawatan kesehatan  mental untuk populasi yang paling rentan dan kurang terlayani di dunia, dimulai di Rwanda. Selain 

itu, perusahaan juga mendukung program kesehatan mental yang menyediakan sumber daya  untuk mendukung petugas kesehatan garis depan di seluruh dunia.

Dokumen White Paper di wilayah Asia Pasifik yang dipublikasikan pada tahun 2021 bertajuk  “Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum” yang disponsori  oleh Johnson & Johnson Pte. Ltd. Dan dilakukan oleh KPMG Singapura, mengungkapkan bahwa  Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di dunia. Dokumen tersebut menyoroti bahwa orang yang hidup dengan depresi 40 persen kurang produktif daripada individu yang sehat.  

Baca: Gandeng Kemenkes, Johnson & Johnson Indonesia Gelar Webinar Depresi hingga Perilaku Bunuh Diri

Johnson & Johnson Indonesia hari ini (10/12) bertempat di Unika Atma Jaya secara resmi  meluncurkan kampanyenya di Indonesia yang bertajuk Let's get to know depression! The Great  Blue Sea of Depression dengan tagline #MoreThanBlue untuk meningkatkan kesadaran akan  depresi dan menekankan pentingnya mencari pengobatan.

Seminar secara hybrid (luring dan daring) dan terbuka bagi masyarakat umum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang  depresi dan dihadiri oleh peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa, termasuk rekan-rekan media.

Kampanye serupa juga digulirkan di beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya oleh  Johnson & Johnson. 

Pada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang  dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson.

Karakter yang dibuat  untuk media sosial ini akan menggambarkan masalahnya, memanusiakan kondisi depresi, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengubah persepsi bahwa depresi semuanya sama dengan menunjukkan bahwa depresi itu dapat timbul dalam berbagai bentuk dan gejala yang tidak terduga dan dapat menimpa semua orang. 

Sebagai bagian dari peluncuran kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan  penggunaan cerita komik, melalui karakter Alex, sebagai cara untuk menyebarkan edukasi tentang  depresi.

Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan  mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya.

Program ini mendorong orang untuk mendapatkan informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya), mendapatkan skrining (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat  disembuhkan), dan mendapatkan bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional  dan menerima perawatan yang tepat). 

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membantu pasien mengenali gejala depresi dengan  menciptakan percakapan bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, dan  memberdayakan para penderita untuk mencari pengobatan yang tepat.

Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu kaum muda mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong  orang lain untuk melakukan hal yang sama. 

Beberapa gejala gangguan depresi mayor adalah rasa sedih yang terus menerus, pesimis, rasa  tidak berdaya, gampang tersinggung, insomnia, sulit makan, menarik diri hingga melakukan usaha  untuk bunuh diri.

Maka, apabila Anda atau keluarga atau teman Anda mengalami gejala-gejala  tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga  kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog. 

Mitos umum tentang depresi adalah bahwa gangguan ini tidak dapat diobati. Namun, sebenarnya depresi adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling bisa diobati.

Tanpa pengobatan,  penyakit dan gangguan jiwa dapat mempengaruhi hubungan individu dengan keluarga dan teman teman mereka, karir profesional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Orang yang menderita depresi dapat menghadapi konsekuensi yang berbahaya dan bahkan fatal karena  hampir tidak mungkin mereka mampu menghadapi depresi sendirian. 

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs for Johnson & Johnson  Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia mengatakan, “Kita perlu menghilangkan stigma  terhadap depresi di Indonesia.  Ini adalah kondisi yang dapat diobati, terutama ketika orang dapat  mengenali gejalanya sejak dini dan mencari pengobatan jika diperlukan. Kampanye  #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab,  gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli.” 

Meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan  bantuan yang mereka butuhkan. Dalam seminar ini, Psikiater Dr Eva Suryani, Sp.KJ mengatakan bahwa kondisi penderita gangguan kesehatan jiwa, termasuk depresi dapat menjadi  lebih buruk.

Ia menjelaskan, “Depresi itu seperti samudera biru yang dalam. Orang dengan  depresi sering merasa seperti tenggelam di bawah ombak. Depresi juga datang pada berbagai  tingkat kedalaman; semakin dalam depresinya, semakin gelap warnanya. Orang harus menyadari  bahwa memahami kondisi dan gejalanya dapat membantu pasien. Ketidakseimbangan kimia  dapat menyebabkan depresi, namun depresi dapat dikelola dan diobati oleh tenaga kesehatan profesional.” 

Unika Atma Jaya menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif Johnson & Johnson Indonesia untuk  secara terbuka membahas tentang depresi dan memberikan edukasi. Wakil Rektor Bidang  Kemahasiswaan dan Alumni Unika Atma Jaya Dr. Agustinus Prajaka Wahyu Baskara, S.H.,  M.Hum. menyadari pentingnya diadakannya program ini, terutama di kalangan mahasiswa dan  generasi muda.

“Unika Atma Jaya terus berkomitmen sebagai pendamping mahasiswa selama di  kampus dalam mengembangkan diri dan berproses menjadi pribadi yang mempunyai iman kuat,  unggul, professional dan saling peduli,” ujarnya.

Menurutnya kaum muda berpotensi menghadapi  banyak stress, tentunya peran orang terdekat juga mempunyai pengaruh kuat. Peran kampus juga  menjadi teman untuk memberi ruang bagi kaum muda dalam berdinamika mengenal dan  mengembangkan dirinya. 

Fadhil Farendy, S, Psi., C.Me., merupakan perwakilan dari Into The Light Indonesia Suicide  Prevention Community for Advocacy, Research, and Education (SP-CARE), sebuah komunitas berbasis kepemudaan yang didirikan pada tahun 2013 dengan fokus menjadi pusat advokasi, penelitian, dan pendidikan tentang pencegahan bunuh diri dan kesehatan mental di Indonesia.  

Organisasi ini menjunjung tinggi pendekatan berbasis bukti dan hak asasi manusia dalam  kerjasamanya dengan berbagai universitas, komunitas, organisasi sosial, kementerian, dan  organisasi nasional dan internasional. 

Acara seminar juga turut dihadiri oleh Fadhil Farendy, S, Psi., C.Me., yang merupakan perwakilan  dari Into The Light Indonesia Suicide Prevention Community for Advocacy, Research, and  Education (SP-CARE), sebuah komunitas berbasis kepemudaan yang didirikan pada tahun 2013 dengan fokus menjadi pusat advokasi, penelitian, dan pendidikan tentang pencegahan bunuh diri  dan kesehatan mental di Indonesia.

Selain Fadhil, Maureen Audreyla selaku Ketua dari  WELCOME (We Love Counseling and Mental Health) di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya.

Selaku Unit Kegiatan Mahasiswa, WELCOME bertujuan meningkatkan kesadaran akan kesehatan jiwa di kalangan mahasiswa termasuk di ranah media sosial mereka, dan membantu mengatur  sesi konseling bagi siswa. 

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved