Pertamina Klaim Masih Rugi Jual Pertamax Rp 14.500, Beberkan Rincian Hitungannya

Pertamina sudah memiliki hitung-hitungan bisnis agar perusahaan tetap untung meski Pertamax dijual rugi.


zoom-inlihat foto
Ilustrasi-Pertamax5.jpg
KOMPAS.com/FATHAN RADITYASANI
Ilustrasi SPBU penjualan Pertamax


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, bicara blak-blakan tentang penjualan BBM jenis Pertamax.

Nicke mengatakan, bensin dengan oktan 92 itu masih dijual rugi.

Padahal harga Pertamax sudah mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Sementara, harga minyak mentah dunia juga saat ini sudah mengalami penurunan.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Nicke mengungkapkan, Pertamina sudah punya hitung-hitungan bisnis agar perusahaan tetap untung meski Pertamax dijual rugi.

"Iya secara produk, iya jual rugi (Pertamax). Namanya kita jualan, kita selalu maintain button line," beber Nicke dikutip dari live streaming kanal Youtube TV Parlemen, Jumat (9/9/2022).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati (Tribunnews.com)

Berdasarkan hitungan Pertamina, harga jual Pertamax Rp 14.500 per liter masih belum mampu menutup biaya produksi dan distribusinya.

Apalagi, kebutuhan BBM di dalamnya tak bisa dicukupi dari kilang Pertamina yang hanya memasok kebutuhan domestik sekitar 60 persen saja.

Dengan begitu, kekurangan pasokan harus diimpor dari luar.

Nicke sempat menyebutkan bahwa harga keekonomian Pertamax seharusnya di kisaran Rp 17.000 per liter.

Baca: Panduan Cek Penerima BLT BBM Rp600 Ribu dengan KTP

Pertamina selama ini mengandalkan subsidi silang dalam bisnisnya, berbeda dengan Solar dan Pertalite, di mana selisih harganya ditanggung pemerintah melalui subsidi BBM.

Kerugian penjualan Pertamax, selama ini ditutup dari keuntungan besar penjualan minyak di hulu. 

"Saat harga (minyak mentah) naik, kita untung di hulu. Tapi beban (rugi) di hilir. Makanya tahun lalu kita masih untung," ungkap Nicke.

Nicke melanjutkan, Pertamina harus menerima konsekuensi penugasan pemerintah untuk mengurangi dampak negatif dari kenaikan harga minyak.

Porsi penjualan BBM Pertamina sebagian besar dikontribusi dari BBM subsidi.

Dengan begitu, hitungan untung rugi perusahaan masih sangat bergantung pada subsidi yang diberikan APBN.

"Sekarang BBM subsidi 87 persen dari total penjualan, PSO. Itulah BUMN (yang membedakan dengan swasta), itu (jual rugi Pertamax) beban Pertamina," kata Nicke.

"Ini yang harus dilihat pemerintah 3 yang balance (seimbang) yakni daya beli masyarakat, badan usaha sehat, dan APBN sehat," tambah dia.

Nicke mengatakan, Pertamax dijual rugi sepenuhnya ditanggung Pertamina.

Sementara APBN menanggung selisih harga Pertalite dan Solar.

"Kalau kita lihat kategorinya (Pertamax) dalam regulasi adalah JBU (Jenis BBM Umum) yang harganya itu fluktuatif disesuaikan ICP, floating price. Tapi Pertamax kemudian pemerintah mengendalikan juga harganya," ucap dia.

Pertamina juga tidak menaikkan harga Pertamax terlalu tinggi karena dikhawatirkan masyarakat penggunanya akan beralih ke Pertalite.

"Karena kalau pertamax disesuaikan dengan market price, maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite," beber Nicke.

Selama ini, kerugian menjual Pertamax ditanggung Pertamina, berbeda dengan Solar yang masuk kategori Jenis BBM Tertentu (JBT) maupun Pertalite yang tergolong Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).

"Pertamax selisihnya itu yang menanggung Pertamina, jadi tidak diganti pemerintah, tidak ada. Tidak masuk. JBT adalah Solar, JBKP Pertalite, untuk Pertamax itu JBU secara aturan," terang Nicke.

"JBU lain selain Pertamax itu floating price, makanya kemarin ICP turun, itu turun juga," imbuh dia.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved