Tunggul Ametung

Tunggul Ametung adalah tokoh dalam kitab Pararaton yang menjabat sebagai kepala daerah zaman Kerajaan Kediri.


zoom-inlihat foto
Diorama-Penculikan-Ken-Dedes-oleh-Tunggul-Ametung-di-Museum-Mpu-Purwa.jpg
Wikimedia Commons/Risa Herdahita
Diorama Penculikan Ken Dedes oleh Tunggul Ametung di Museum Mpu Purwa.

Tunggul Ametung adalah tokoh dalam kitab Pararaton yang menjabat sebagai kepala daerah zaman Kerajaan Kediri.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tunggul Ametung adalah tokoh dalam kitab Pararaton yang menjabat sebagai akuwu atau kepala daerah Tumapel zaman Kerajaan Kediri.

Ia menjabat di wilayah tersebut yang berada di Singasari, Malang, pada sekitar awal abad ke-13.

Tumapel sendiri merupakan pecahan dari kerajaan besar yang dahulu adalah Kerajaan Jenggala. Kerajaan tersebut lalu dihancurkan oleh Kerajaan Kadiri. (1)

Tunggul Ametung memiliki istri bernama Ken Dedes. Akan tetapi, istrinya itu pula yang akhirnya membuatnya meninggal di tangan Ken Arok. (2)

Ilustrasi patung Ken Arok dan Ken Dedes
Ilustrasi patung Ken Arok dan Ken Dedes (Wikipedia dan Koleksi Museum Nasional)

Baca: Pangeran Abdul Mateen

  • Menjadi Akuwu #


Asal-usul Tunggul Ametung kurang diketahui. Pasalnya, namanya hanya dijumpai dalam naskah Pararaton yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit.

Berasal dari golongan sudra dalam agama Hindu, Tunggul Ametung dikisahkan saat menjabat sebagai akuwu (camat) wilayah Tumapel memiliki berbagai masalah.

Ia dikenal sebagai akuwu yang membebani rakyatnya dengan pajak yang sangat tinggi.

Beban pajak itu adalah tekanan dari Kediri yang menuntut Tumapel memberikan upeti dalam jumlah besar.

Akibatnya, pemerintahan Tunggul Ametung dihantui teror perampokan yang menargetkan orang-orang kaya yang rakus.

Tidak hanya itu, teror perampokan pun menyasar pengiriman upeti dari Tumapel ke Kediri.

Teror perampokan ini ternyata dilakukan oleh Ken Arok yang dibantu oleh banyak pengikutnya.

Setelag mengetahui hal itu, Raja Kertajaya dari Kediri menugaskan Tunggul Ametung untuk menangkap Ken Arok.

Namun, berbagai usaha yang dilancarkan Tunggul Ametung selalu gagal sehingga Raja Kertajaya mengancam akan mendepaknya dari jabatan sebagai akuwu Tumapel.

Permasalahan itu pun membuatnya berada dalam posisi sulit. (2)

Baca: Raden Aria Wangsakara

  • Menculik Ken Dedes #


Pada suatu hari, seorang brahmana atau resi Tumapel memberi kunci kesuksesan kepadanya. Ia menceritakan bahwa Mpu Parwa mempunyai anak gadis yang sangat cantik dan memiliki aura kewanitaan yang memancarkan cahaya.

Dijelaskan pula bahwa siapa pun yang dapat menjadikannya sebagai istri, maka semua ambisi akan mudah tercapai.

Tunggul Ametung yang mendengarnya pun langsung tergugah untuk memperbaiki nasibnya. Ia bahkan berambisi menghabisi Raja Kertajaya dan menguasai seluruh wilayah Kerajaan Kediri.

Suatu ketika, Tunggul Ametung pergi berburu dan singgah di Desa Paniwijen. Desa ini disucikan sebagai tempat belajar agama Hindu, serta ditinggali Empu Parwa bersama sang anak, Ken Dedes.

Saat bertemu dengan Ken Dedes, Tunggul Ametung pun kagum akan kecantikannya. (2)

Meski baru pertama kali bertemu, Tunggul Ametung ingin segera meminangnya. Namun, gadis itu memintanya untuk menunggu hingga kepulangan Mpu Parwa yang kala itu tengah berada di dalam hutan.

Karena tak sabar, Tunggul Ametung lantas menculik Ken Dedes dan membawa paksa ke Tumapel untuk dijadikan permaisurinya.

Jejak arkeologi menyebutkan lokasi penculikan tersebut terjadi di Situs Polowijen di Kelurahan Polowijen, Kota Malang. Tempat ini berupa sumber air yang sudah mengering dan penduduk setempat memberi nama dengan Sendang Dedes atau Sumur Windu.

Sepulangnya Empu Purwa, ia mendengar sang gadis diculik. Hal itu membuatnya sangat murka, bahkan ia mengeluarkan kutukan bahwa siapa pun yang menculik putrinya akan mati karena tikaman keris.

“Demi semesta serta isinya, aku menyumpahimu untuk tidak bahagia, tidak mengenyam kenikmatan dan terbunuh dengan keris dengan sekali tebasan. Aku juga bersumpah demi langit serta penghuninya, keringlah sumur penduduk Panawijen dan kolamnya tak mengeluarkan air.”

Menurut tata pemerintahan Jawa Kuno, ada perundang-undangan agama yang diambil dari kitab Kutara Manawa.

Meski pejabat berkuasa, kehendak brahmana tak dapat dipaksakan. Peraturan ini melarang para pejabat yang berkuasa untuk melarikan anak pendeta. Jika sampai melanggar, pejabat tersebut harus mati. (1)

Baca: Raden Patah

  • Mengangkat Ken Arok #


Ken Arok yang menjadi dalang perampokan orang kaya dan upeti untuk Kediri ternyata memiliki guru seorang resi yang sangat terkenal dan dihormati di seluruh Jawa, yakni Resi Lohgawe.

Ia memiliki keyakinan bahwa Ken Arok bakal menjadi orang besar bahkan pemimpin di wilayah Kediri. Resi Lohgawe pun meminta Ken Arok untuk mengabdi kepada Tunggul Ametung.

Ken Arok kemudian diantar oleh Resi Lohgawe menghadap dan mengabdi kepada Tunggul Ametung.

Dengan berat hati, Tunggul Ametung menerima Ken Arok bersama pengikutnya menjadi prajurit di Tumapel.

Ken Arok lantas diberi tugas menjadi tentara penjaga perbatasan dengan Kediri, yang tengah berada dalam situasi memanas.

Ken Arok lantas diangkat menjadi pengawal Tunggul Ametung karena kemampuannya. (2)

Baca: Raden Roro Ayu Maulida

  • Kematian Tunggul Ametung #


Saat bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung, Ken Arok tertarik kepada Ken Dedes. Keinginannya untuk memiliki Ken Dedes makin kuat saat Lohgawe meramal bahwa Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa.

Untuk menyingkirkan Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian memesan keris kepada seorang pandai besi terkenal bernama Empu Gandring di Desa Lulumbang (kini dikenal dengan Blitar).

Empu Gandring pun menyanggupi akan menyelesaikan pesanan keris itu dalam waktu dua tahun.

Akan tetapi, selang beberapa bulan, Ken Arok sudah tak sabar dan nekat mengambil paksa keris itu meski belum sempurna. Bahkan, Ken Arok menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas.

Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang raja, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Setelah kembali ke Tumapel, Ken Arok sengaja meminjamkan kerisnya kepada Kebo Hijo, rekannya.

Malam berikutnya, Ken Arok mengambil keris dari Kebo Hijo dan menyusup ke kamar Tunggul Ametung lalu membunuhnya.

Keeskokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati lantaran keris yang diduga miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.

Meski Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya, ia luluh oleh rayuan Ken Arok.

Setelah itu, Ken Arok menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes.

Ketika dinikahi Ken Arok, saat itu Ken Dedes tengah mengandung anak Tunggul Ametung, yang kemudian diberi nama Anusapati.

Anusapati inilah yang nantinya membalas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok menggunakan keris Empu Gandring juga. (2)

Baca: Raden Mattaher

  • Silsilah Tunggul Ametung #


Apabila diamati, kisah dalam Pararaton menyiratkan bahwa sebenarnya Ken Dedes dan Ken Arok memang saling mencintai.

Pasalnya, Ken Dedes lah yang menjadi saksi mata pembunuhan suaminya. Namun, ia justru menikahi si pembunuh yaitu Ken Arok.

Pararaton lantas mengisahkan bahwa Anuspati berhasil membunuh Ken Arok melalui tangan pembantunya yang menjadikannya raja Tumapel kedua.

Ia kemudian menurunkan raja-raja selanjutnya seperti Ranggawuni atau dikenal dengan Wisnuwardhana dan Kertanagara.

Meski Raden Wijaya, pendiri Majapahit bukanlah keturunan Tunggul Ametung, istrinya yang bernama Gayatri adalah putri Kertanagara.

Dari Gayatri lahirlah Tribhuwana Tunggadewi, raja pertama Kerajaan Majapahit. Ia juga menurunkan raja-raja selanjutnya seperti Hayam Wuruk dan juga Wikramawardhana.

Apabila yang ditulis dalam Pararaton benar, bisa dipastikan Tunggul Ametung merupakan leluhur para raja Singhasari dan Majapahit. (1)

Baca: Hayam Wuruk

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya)



Nama Tokoh Pararaton Tunggul Ametung
Jabatan Akuwu (camat) wilayah Tumapel, sekitar abad ke-13
Istri Ken Dedes
Anak Anuspati
   


Sumber :


1. quipper.com
2. kompas.com


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved