TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pakar Fisika IPB, Prof. Husin Alatas menyampaikan prediksi soal pandemi Covid-19 menggunakan ilmu fisika.
Menurutnya, fenomena alam saat ini adalah hasil akumulasi dari interaksi yang terjadi di antara berbagai komponen alam yang terkait.
Dirinya mencontohkan, pandemi Covid-19 sebagai salah satu fenomena dengan karakteristik yang juga mengikuti kaidah interaksi dalam fisika.
Dengan demikian dapat dimodelkan dan diprediksi.
"Model yang bisa dikembangkan salah satunya adalah berdasarkan model Ising untuk melihat pola penyebaran Covid-19 secara lokal. Model ini biasa digunakan dalam kajian zat padat. Selain itu digunakan model diskrit sigmoid untuk melakukan prediksi jangka panjang yang bersifat global, disamping model SIR yang banyak digunakan orang," kata dia melansir laman IPB, Selasa (28/12/2021), dikutip dari Kompas.com.
Hal tersebut erat kaitannya dengan ilmu fisika yang bersandarkan pada dua perangkat.
Perangkat tersebut berupa perangkat analisis berupa matematika, kemudian perangkat pengukuran lewat berbagai instrumen.
Dari kedua perangkat tersebut, fisika menjadi salah satu disiplin sains yang memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi terhadap sebuah fenomena.
Di samping kemampuan untuk mendeskripsikannya berdasarkan hukum-hukum alam fundamental yang telah diketahui.
Prediksi yang bisa dilakukan melalui model matematis bergantung data hasil pengukuran di lapangan terkait kondisi terkini laju reproduksi dasar penyebaran (R0) yang memperlihatkan tingkat penyebaran virus dari satu individu ke individu lain, dalam jarak waktu tertentu.
Baca: Covid-19 Varian Omicron
Baca: Kronologi Temuan Kasus Pertama Transmisi Lokal Omicron, Pasien Sempat Makan di Restoran SCBD
Berdasarkan sudut pandang fisika, membatasi intensitas interaksi dan penggunaan masker memang dua cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran Covid-19, di samping melalui upaya vaksinasi.
Kedua metode tersebut secara signifikan mampu menurunkan tingkat intensitas interaksi antar orang.
Prediksi pandemi Covid-19 berakhir
Kemudian, dari pemodelan diskrit sigmoid yang dikembangkan Departemen Fisika IPB, jika laju penyebaran yang relatif kecil belakangan ini terus berlanjut dan tidak mengalami peningkatan signifikan setelah libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), maka dapat diprediksi pandemi Covid-19 segera berakhir dan berubah menjadi endemik.
Dengan catatan adanya pembatasna sosial serta penggunaan masker tetap dilakukan hingga kondisi endemik tercapai.
Kondisi tersebut juga dapat tercapai apabila varian baru Omicron dapat ditangani dengan baik.
"Sejarah menunjukkan bahwa "Spanish Flu Pandemic" di awal abad 20 lalu, saat penduduk bumi masih relatif sedikit, berlangsung sekitar 2-5 tahun dengan ditandai beberapa kali gelombang puncak pandemi," kata dia.
Namun, meski jumlah penduduk bumi saat ini telah bertambah dibanding awal abad 20 lalu, kemajuan sains dan ketersediaan teknologi informasi menjadi faktor yang dapat mempercepat berakhirnya pandemi.
Apabila melihat kecenderungan belakangan ini, mengurangi interaksi yang bersifat kerumunan massa adalah kunci utama peralihan pandemi menjadi endemik.
Di sisi lain, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bertingkat yang dilakukan oleh pemerintah harus diakui memberikan dampak positif bagi terwujudnya perubahan dari pandemi Covid-19.
"Tentunya perubahan tersebut terjadi tanpa mengenyampingkan fakta mulai kembalinya interaksi di masyarakat merupakan salah satu keniscayaan dalam pulihnya kembali roda perekonomian," tukas dia.
(TRIBUNNEWSWIK.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR COVID-19 DI SINI