Nila Djuwita Farid Moeloek

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Prof. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K) atau dikenal dengan Nila Moeloek adalah seorang politikus dan dokter Indonesia.

Ia adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang tergabung dalam Kabinet Kerja era Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Ia menjabat sebagai menteri kesehatan sejak 27 Oktober 2014 hingga 20 Oktober 2019.

Ia juga seorang dokter spesialis mata dan dosen di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Nila Moeloek kahir di Jakarta pada 11 April 1949. (1)

Baca: Yusak Redjauw

Nila Moeloek adalah putri dari pasangan perantau Minangkabau.

Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kemudian dia melanjutkan pendidikan spesialis mata, dan mengikuti program subspesialis di International Fellowship di Orbita Center, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang.

Setelah itu melanjutkan pendidikannya di Onkologi Mata dan Program Doktor Pascasarjana di FKUI. (2)

Nila Moeloek merupakan istri dari dr. Farid Anfasa Moeloek, Menteri Kesehatan pada Kabinet Reformasi Pembangunan di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie.

Nila dan Farid dikaruniai 3 anak, yakni Muh. Reiza, Puti Alifah, dan Puti Annisa. (1)

Baca: Radjiman Wedyodiningrat

Nila menjadi salah satu staf ahli divisi tumor mata di RSCM Kirana Jakarta.

Selain menjadi dokter di RS Cipto Mangunkusumo, ia juga pernah menjadi Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (2004-2009), Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata (Perdami), dan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk periode 2011-2016.

Selain itu, ia juga aktif mengajar pada program doktor pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nila juga dipercaya menjadi Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2009-2014.

Dia adalah duta Presiden yang bertugas menyampaikan berbagai hal terkait MDGs.

Bukan hanya kepada para pemangku kepentingan di kabupaten dan kota, namun juga nasional, regional bahkan global.

Tugasnya adalah menurunkan kasus HIV-AIDS, angka kematian ibu dan anak, kesenjangan gender, kerusakan lingkungan, serta penggalangan kemitraan global. (1)

Baca: Chrystna Bhagascara

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Anindya)