Golda Meir

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Golda Meir lahir di Kiev, Ukraina, 3 Mei 1898 dari pasangan Moshe dan Bluma Mabovitch.

Dia dan keluarganya pindah ke Milwaukee, Wisconsin, pada tahun 1906.

Keluarga Mabovitch telah meninggalkan rumah mereka sebagian untuk melarikan diri dari pogrom (serangan massa) yang dilakukan terhadap orang Yahudi di Rusia pada saat itu.

Meir kemudian ingat bahwa teror masa kecilnya terhadap kekerasan anti-Semit (anti-Yahudi) sangat mempengaruhi komitmennya di kemudian hari untuk mendirikan Israel sebagai negara Yahudi yang aman dan terjamin.

Pada tahun 1921 mereka berangkat ke Palestina. Wilayah Timur Tengah ini, yang mencakup wilayah Israel modern dan Tepi Barat, pada waktu itu berada di bawah administrasi Inggris Raya dan sebagian besar dihuni oleh orang Arab.

Setelah tiba di Palestina, keluarga Myersons bergabung dengan sebuah kibbutz (pemukiman komunal) di mana setelah beberapa pelatihan mereka ditugaskan di peternakan ayam.

Namun, suami Golda jatuh sakit, dan pasangan itu memutuskan pindah ke Tel Aviv.

Pasangan itu akhirnya pindah ke Yerusalem tempat kedua anak mereka lahir.

Di Yerusalem, Golda mendapatkan pekerjaan sebagai bendahara Kantor Pekerjaan Umum Histadruth, sebuah organisasi buruh yang mencakup pekerja kibbutz dan yang menjadi organisasi ekonomi terpenting di negara Israel.

Sejak 1928 Golda Meir menjadi sekretaris Dewan Perempuan Pekerja di Palestina dan menjabat sebagai wakilnya dalam kepemimpinan Histadruth.

Dia juga mewakili dewan di sejumlah pertemuan perburuhan internasional dan menjadi delegasi untuk organisasi saudaranya, Wanita Perintis, di Amerika Serikat.

Setelah 1929 dia terpilih sebagai delegasi untuk sebagian besar pertemuan Organisasi Zionis Dunia.

Ini adalah awal nyata dari aktivitas politik Zionisnya.

Pada tahun 1940 ia diangkat menjadi kepala departemen politik Histadruth.

Karena itu, dia berjuang melawan Buku Putih Inggris tahun 1939, yang membatasi imigrasi orang Yahudi ke Palestina.

Meir mengatur imigrasi ilegal Yahudi ke Palestina saat itu.

Ketika Administrasi Palestina (badan utama pemerintahan Inggris) memenjarakan para pemimpin Badan Yahudi, sebuah organisasi Zionis, pada Juni 1946, Meir ditunjuk sebagai penjabat kepala departemen politik Badan Yahudi.

Awalnya dipilih untuk menggantikan Moshe Shertok-Sharett yang ditangkap (1894–1965) dalam posisi ini, dia melanjutkan peran ini sampai proklamasi kemerdekaan Israel pada 14 Mei 1948.

Awal tahun 1948 dia mengunjungi Amerika Serikat untuk mengatur keadaan darurat kampanye dana untuk Palestina, dengan hasil yang sangat sukses.

Pada tanggal 14 Mei, sebagai anggota Dewan Sementara Negara Israel, di antara penandatangan Deklarasi Kemerdekaannya. (1)

Baca: Shimon Peres

Baca: Benjamin Netanyahu

Pada tahun yang sama dengan kemerdekaan Israel, Golda Meir diangkat menjadi duta besar Israel untuk Uni Soviet di Moskow.

Tetapi ketika permusuhan pecah antara negara-negara Arab dan Israel, dia kembali dan terpilih menjadi anggota Parlemen Israel.

Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion mengirim Meir dalam sebuah misi rahasia, menyamar sebagai seorang Arab, untuk memohon kepada Raja Abdullah I agar tidak ikut berperang melawan Israel.

Dia menolak dan konflik meluas hingga mencakup negara-negara Mesir, Transyordania, Irak dan Suriah melawan Israel.

Permusuhan berakhir dengan gencatan senjata yang mempertahankan kemerdekaan Israel dan meningkatkan ukurannya hingga 50 persen.

Meir menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Asuransi Nasional untuk memecahkan masalah perumahan dan ketenagakerjaan Israel dengan melaksanakan proyek pembangunan perumahan dan infrastruktur utama.

Pada tahun 1956, ia diangkat menjadi menteri luar negeri dan membantu menjalin hubungan dengan negara-negara Afrika yang sedang berkembang dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan Amerika Latin.

Setelah kematian Perdana Menteri Levi Eshkol pada tahun 1969, Golda Meir - "calon konsensus" - dipilih untuk menggantikannya.

Dalam pemilihan Oktober 1969, dia memimpin partainya menuju kemenangan.

Tak lama setelah dia menjabat, Perang Attrisi - aksi militer sporadis di sepanjang Terusan Suez yang meningkat menjadi perang skala penuh dan berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dengan Mesir.

Hingga akhirnya Perang Yom Kippur pecah di Oktober 1973, setelah tiga tahun berkutat dengan pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Mesir.

Sebagai Perdana Menteri, Golda Meir memusatkan sebagian besar energinya di bidang diplomatik, ia menggabungkan diplomasi pribadi dengan penggunaan media massa yang terampil.

Dipersenjatai dengan kemauan yang kuat, kepribadian yang hangat dan citra nenek, retorika sederhana namun sangat efektif, Golda Meir berhasil mengumpulkan bantuan keuangan dan militer dalam ukuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Golda Meir menunjukkan kepemimpinan yang kuat selama serangan mendadak Perang Yom Kippur, mengamankan pengangkutan senjata Amerika sambil berdiri teguh pada persyaratan negosiasi pelepasan pasukan dan pengembalian tawanan perang yang cepat.

Meskipun Komisi Penyelidikan Agranat telah membebaskannya dari tanggung jawab langsung atas ketidaksiapan Israel untuk perang, dan dia telah memimpin partainya menuju kemenangan dalam pemilihan Desember 1973.

Golda Meir tunduk pada apa yang dia rasakan sebagai "keinginan rakyat" dan mengundurkan diri pada pertengahan 1974.

Dia menarik diri dari kehidupan publik dan mulai menulis memoarnya, namun ia hadir di Knesset untuk menyambut Presiden Mesir Anwar Sadat dalam kunjungan bersejarahnya ke Yerusalem pada November 1977.

Golda Meir meninggal pada Desember 1978, pada usia 80 tahun. (2)

(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi)