Viral Kasus Dugaan Korupsi Dinas Damkar Depok yang Dibongkar oleh Karyawan: Tindak Tegas Pejabat

Unggah protes adanya dugaan kasus korupsi di Dinas Damkar, Sandi minta pemerintah usut tuntas pejabat yang menyalahgunakan wewenang.


zoom-inlihat foto
petugas-ungkap-dugaan-kasus-korupsi-di-dinas-damkar.jpg
Istimewa
Sandi, Petugas Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Depok, mem-posting foto berisi protes terhadap dugaan korupsi di instansinya. Pembongkar kasus korupsi dipanggil Itjen Kemendagri Kamis (15/4/2021).


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebuah foto dari seorang petugas pemadam kebakaran (damkar) mendadak viral di media sosial.

Pasalnya, pekerja bernama Sandi itu diduga mengungkapkan adanya praktik korupsi di Dinas Damkar.

Dari foto tulisan yang diunggahnya, dugaan korupsi itu langsung mendapat perhatian publik.

Sandi mengunggah dua foto berisi tulisan yang berbeda.

"Bapak Kemendagri tolong, untuk tindak tegas pejabat di dinas pemadam kebakaran Depok. Kita dituntut kerja 100 persen, tapi peralatan di lapangan pembeliannya tidak 10 persen, banyak digelapkan," tulis Sandi di poster pertama.

"Pak Presiden Jokowi tolong usut tindak pidana korupsi, Dinas Pemadam Kebakaran Depok," tulisnya di poster kedua.

Akibat keberaniannya mengungkapkan dugaan korupsi di tempat kerjanya, ia mengaku mendapat banyak serangan.

Dirinya juga mendapat surat teguran tanpa keterangan yang jelas.

petugas ungkap dugaan kasus korupsi di dinas damkar
Sandi, Petugas Dinas Damkar dan Penyelamatan Kota Depok, mem-posting foto berisi protes terhadap dugaan korupsi di instansinya. Pembongkar kasus korupsi dipanggil Itjen Kemendagri Kamis (15/4/2021).

"Saya pertanyakan, surat tegurannya itu dalam hal apa, apakah kinerja, karena saya merasa dan juga absensi saya full. Kinerja saya sesuai dengan apa yang dikomandokan. Saya selalu melaksanakan," tuturnya.

Ia berulang kali menolak menyebutkan sosok pejabat yang melayangkan intimidasi-intimidasi itu.

Menurut Sandi, intimidasi itu bahkan dilakukan secara langsung.

Pejabat di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok yang enggan Sandi beberkan identitasnya disebut berkeliling ke beberapa lokasi UPT di Depok.

"Mereka menyuruh anak-anak (para petugas pemadam kebakaran) untuk tanda tangan dan anak-anak itu dipaksa untuk tanda tangan. Di depannya ada tulisan tidak mendukung aksi saya," kata Sandi.

"Ada beberapa anak-anak yang tidak mau tanda tangan dan ada yang mau tanda tangan karena dipaksa mereka," jelasnya.

Sandi mengaku hanya menyuarakan apa yang selama ini dia rasakan. Menurut dia, sudah pernah dikeluhkan di internal namun tak berjawab.

Baca: Ketua KPK Firli Bahuri: Jumlah Koruptor yang Ditangkap KPK Tak Lebih dari 1.550

Baca: Viral Video Warga Mengamuk kepada Petugas Damkar, Tak Terima Mobil Kebakaran Datang Telat ke TKP

Dilansir dari TribunJakarta.com, Sandi membeberkan sejumlah contoh dugaan korupsi di tempatnya bekerja yang ia protes akhir-akhir ini.

Akibat protesnya itu, Sandi kini jadi sorotan.

Ia juga menyebut bahwa protes itu disusul dengan intimidasi dan ancaman pemberhentian oleh pejabat teras di dinas tersebut terhadap dirinya dan rekan-rekan sejawat.

Sandi belakangan jadi sorotan karena berani menyuarakan dugaan korupsi di instansi tempatnya bekerja.

“Kita tahu lah (sebagai) anggota lapangan, kita tahu kualitas, seperti harga selang dia bilang harganya jutaan rupiah, akan tetapi selang sekali pakai hanya beberapa tekanan saja sudah jebol,” kata Sandi.

Ia juga mengemukakan soal pengadaan sepatu pakaian dinas lapangan (PDL) yang antara mutu dengan harganya tak sebanding.

Sepatu itu hasil pengadaan pada 2018 lalu.

Dari penelusuran lewat situs resmi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pagu anggaran pengadaan dengan item bernama "Belanja Sepatu PDL Pemadam Kebakaran" itu mencapai Rp 199,75 juta, sebanyak 235 pasang. Itu berarti, harga setiap pasang sepatu itu mencapai sekitar Rp 850.000.

Petugas tengah bersiap memadamkan api di gedung DPR RI (Sumber: Kompas TV)
Petugas tengah bersiap memadamkan api di gedung DPR RI (Sumber: Kompas TV) (Kompas TV)

Sandi mempertanyakan mutu sepatu yang kini diserahkan ke kejaksaan sebagai barang bukti itu, lantaran tak seperti sepatu-sepatu PDL pada lazimnya, sepatu itu disebut tak dilengkapi besi pengaman.

"Saya lihat di online dengan gambar yang persis, kualitas yang sama, merek yang sama, itu kisaran Rp 400.000," ujarnya.

Sandi juga mengeluhkan perlengkapan yang tak tersedia di instansinya bekerja.

Gagang khusus untuk menangkap ular, misalnya, harus dibuat sendiri oleh para petugas pemadam kebakaran karena tak tersedia.

Kendaraan operasional juga jadi soal.

"Terkadang kita panggilan evakuasi naik motor pribadi," kata Sandi soal ketiadaan kendaraan operasional berupa sepeda motor.

"Untuk penyelamatan, evakuasi tawon, ular, dan sebagainya, juga kita pikir kalau kita bawa unit (mobil), itu TKP-nya gang sempit, enggak akan muat untuk mobil kita," tambah dia.

Selain pengadaan perlengkapan yang tak sesuai spesifikasi, Sandi juga mengaku tak menerima hak-hak finansial secara penuh.

Baca: Damkar Malaysia Dapat Tugas Tak Biasa, Diminta Bantu Lepas 2 Cincin yang Nyangkut di Alat Vital Pria

Baca: Kebakaran di Perkampungan Surabaya, Video Warga Angkat Mobil yang Halangi Jalan Damkar Viral

“Hak-hak kita, pernah merasakan anggota disuruh tanda tangan Rp 1,8 juta, menerima uangnya setengahnya Rp 850.000. Itu dana untuk nyemprot (desinfektan) waktu zaman awal Covid-19," kata dia.

Namun hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok, Gandara Budiana, sejak cerita Sandi viral.

Menurut penuturannya kepada wartawan, Sandi hanya ingin agar tuntutan bekerja 100 persen di lapangan sebagai pemadam kebakaran, didukung dengan perlengkapan yang juga 100 persen.

"Untuk pejabat damkar sendiri... Pak, apakah kalian merasa seperti kami, darah kami yang kami tumpahkan bekerja, perasaan kami, batin kami, tenaga kami di lapangan? Bapak tidak merasakan, tapi yang merasakan anggota di lapangan, Pak," ungkap Sandi.

"Ini saya bergerak sendiri karena saya merasa tidak kuat. Banyak desakan juga saat kami bekerja, dikomplain. Yang merasakan komplain warga itu kami di lapangan, Pak; kamiiii, Pak, kami yang merasakan, bukan Bapak."

"Mohon, Pak. Saya minta tolong jangan intimidasi lagi teman-teman saya," pungkasnya.

Baca artikel lain mengenai berita dugaan korupsi Dinas Damkar di sini.

(TribunnewsWiki.com/Restu, TribunJakarta.com)

 





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved