TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejumlah penderita Covid-19 dilaporkan mengalami gangguan penciuman parosmia.
Gangguan penciuman parosmia menjadi satu di antara gejala baru infeksi virus corona.
Parosmia dialami sejumlah penderita yang masuk kategori long covid-19 atau mereka yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh dari Covid-19 (bisa hingga lebih dari 12 pekan).
Tidak hanya itu, gejala parosmia juga dirasakan oleh sejumlah orang yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi corona.
Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai parosmia, dari pengertian hingga langkah untuk mengatatasinya:
Apa itu parosmia?
Dilansir dari Healthline, parosmia adalah gangguan penciuman yang membuat penderitanya merasakan aroma yang tidak semestinya,
Misalnya, bau roti yang dipanggang biasanya harum manis jadi terasa bau busuk atau aroma yang biasanya tidak mengganggu jadi bikin mual.
Baca: Inilah Urutan Gejala Covid-19 yang Biasanya Sering Dirasakan oleh Pasien Terinfeksi Virus Corona
Untuk kasus parosmia yang parah, penderita bisa sampai merasa sakit secara fisik saat mencium bau yang menyengat atau punya aroma kuat.
Gejala parosmia
Sebagian besar kasus parosmia terasa lebih jelas ketika seseorang baru sembuh dari infeksi.
Dilansir dari Independent, beberapa penderita long covid dan orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 merasakan bau tak sedap seperti amis ikan atau benda terbakar di tempat dengan bau normal.
Selain itu, gejala parosmia yang banyak dikeluhkan adalah bau busuk atau tak sedap terus-menerus, terutama saat ada makanan.
Terkadang, aroma yang tidak enak ini membuat penderita jadi mual sampai kehilangan selera makan.
Baca: Mengenal Covid Tongue, Gejala Baru Virus Corona: Lidah Tak Nyaman, Ada Bercak Seperti Sariawan
Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) dapat mengenali gejala parosmia dangan pemeriksaan fisik, tes bau, dan mengecek riwayat kesehatan pasien.
Penyebab parosmia
Parosmia biasanya muncul setelah saraf pendeteksi bau rusak karena infeksi atau penyakit lainnya.
Dalam kondisi normal, saraf indra penciuman bertugas memberitahu otak untuk menafsirkan suatu informasi kimiawi pembentuk bau.
Kerusakan saraf membuat otak salah mengenali bau tertentu.
Ada beberapa penyebab parosmia, antara lain:
- Infeksi virus dan bakteri, seperti virus corona
- Cedera kepala Kebiasaan merokok
- Paparan bahan kimia
- Efek samping pengobatan kanker
- Penyakit alzheimer dan parkinson
- Tumor
Cara mengatasi parosmia
Parosmia yang disebabkan faktor lingkungan, efek samping pengobatan, atau merokok umumnya bisa disembuhkan dengan mengantisipasi penyebab utamanya.
Baca: Masker Duckbill Bisa Dipakai Berulang Kali? Begini Keefektifannya Untuk Cegah Covid-19
Dalam beberapa kasus, cara mengatasi parosmia memperlukan tindakan operasi.
Dokter juga jamak merekomendasikan terapi dengan zinc, vitamin A, dan obat antibiotik untuk mempercepat penyembuhan.
Selain itu, penderita parosmia juga diarahkan untuk melatih indra penciuman seperti terapi untuk anosmia atau tak bisa mencium bau.
Cara menyembuhkan parosmia dengan terapi bau bisa dilakukan dengan mencium bau empat jenis aroma yang berbeda setiap pagi.
Dengan latihan mengenalkan beberapa bau yang berbeda tersebut, memori indra penciuman penderita kembali diasah.
Parosmia umumnya dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Lamanya pemulihan masalah kesehatan ini tergantung penyebabnya.
Baca: Virus Nipah Disinyalir Berpotensi Menimbulkan Pandemi Baru, Begini Gejala hingga Cara Pencegahannya
Untuk parosmia yang disebabkan virus atau bakteri, indra penciuman umumnya akan kembali normal dalam waktu dua sampai tiga tahun.
Tujuh gejala baru Covid-19
WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia kembali merilis gejala baru virus corona atau Covid-19.
Sebelumnya telah diketahui bahwa gejala umum yang dirasakan pasien Covid-19 adalah
1. demam,
2. batuk kering, dan
3. kelelahan.
Sementara itu, berikut adalah gejala baru Covid-19 atau virus corona seperti yang dikutip dari situs resmi WHO.
- sifat lekas marah
- kebingungan
- kesadaran berkurang (terkadang berhubungan dengan kejang)
- kegelisahan
- Depresi
- Gangguan tidur
- Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang terjadi, seperti stroke, radang otak, delirium, dan kerusakan saraf
(Tribunnewswiki/Tyo/Kompas/Mahardini Nur Afifah/Kontan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Apa itu Parosmia, Gejala Covid-19" dan Kontan.co.id dengan judul "Harus semakin waspada, WHO mencatat 7 gejala baru virus corona"