RS Polri Telah Terima 40 Sampel DNA Korban Pesawat Sriwijaya SJ 182

Sampel DNA tersebut didapat dari RS Polri sebanyak 14 sampel, 24 sampel didapat Pontianak, 1 sampel dari Jawa Timur dan 1 sampel lagi dari Sulawesi.


zoom-inlihat foto
petugas-gabungan-membawa-bagian-pesawat-sriwijaya-air-sj-182.jpg
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Petugas gabungan membawa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Petugas tim penyelam Polda Metro Jaya, menemukan sejumlah puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang akan dibawa ke KRI Rigel 933.

Selanjutnya, puing-puing tersebut akan diinvestigasi oleh tim DVI (Disaster Victim Indetification) dan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi).

Selama 30 menit pencarian, para personel gabungan akhirnya menemukan titik terang, pada Senin (11/1/2021) pagi, di Kepulauan Seribu. 

Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Metro Jaya, Kombes Edfrie R Maith, dalam program Breaking News Kompas TV pada Senin (11/1/2021) menyampaikan, pihaknya terus melakukan pencarian di bawah laut.

Tim penyelam juga berhasil menemukan beberapa bagian tubuh korban.

Sementara itu, hingga pukul 09.00 WIB tadi, Tim DVI Rumah Sakit Polri Keramat Jati Jakarta, telah menerima 16 kantong jenazah dan 40 sampel DNA .

Sampel DNA tersebut didapat dari RS Polri sebanyak 14 sampel, 24 sampel didapat dari Pontianak, 1 sampel dari Jawa Timur dan 1 sampel lagi dari Sulawesi Selatan.

Selanjutnya, penemuan tersebut akan menjadi acuan proses identifikasi korban dengan mencocokkan data antemortem dengan data postmortem.

Keluarga korban diminta untuk segera mendatangi posko antemortem dan memberikan sampel sebanyak mungkin untuk membantu mempercepat proses indentifikasi korban.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Polri, Brigjen Rusdi Hartono dalam siaran yang sama menjelaskan, tim DVI melaksanakan sejumlah kegiatan.

Pertama, proses pengumpulan data antemortem, yakni pengumpulan data fisik korban sebelum meninggal dunia.

"Nanti akan dicari data umum antara lain, nama, umur, berat badan, tinggi badan, aksesoris yang digunakan terakhir oleh korban dan data medis sebelum korban meninggal dunia," jelas Rusdi.

Data medis yang dimaksud ialah, warna kulit, warna dan jenis rambut, golongan darah dan tanda-tanda spesifik lain sebelum korban meninggal.

Kedua, mengumpulkan data postmortem, yaitu data fisik yang didapat melalui indentifikasi personal oleh tim DVI setelah korban meninggal.

"Data-data tersebut antara lain, sidik jari, golongan darah, ciri-ciri spesifik korban, konstruksi gigi geligi dan lain sebagainya," imbuh Rusdi di RS Polri Jakarta.

Apabila kedua data telah didapat, maka akan dilakukan tindakan lanjut, yaitu tim forensik dari DVI akan mencocokkan kedua data tersebut.

Status korban akan dinyatakan terindentifikasi apabila kedua data mengalami kecocokan.

Baca: Pencarian 24 Jam Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Basarnas Tegaskan Tidak Ada Waktu Istirahat

Dilansir oleh Tribunnews.com, Rusdi mengakatakan, pihaknya juga bekerjasama dengan Dukcapil guna mengidentifikasi sidik jari dari dokumen yang dimiliki korban seperti e-ktp.

"Kalo ada sidik jari mungkin dair dokumen yang ada ijazah dll itu kan pasti ada sidik jari korban. Itu digunakan oleh tim untuk mencocokkan sidik jari yang ada pada antemortem, dengan sidik jari ditemukan contoh pada postmortem," katanya.

"Itu akan sangat membantu. Jadi dokumen apapun yang bisa menjelaskan korban sebelum meninggal dunia itu sangat bermanfaat bagi tim DVI," kata Rusdi.

Dia mengatakan, pihaknya akan bekerja dengan maksimal dan profesional agar dapat segera mengidentifikasi para korban.

"Yang jelas kita bekerja secara profesional, semakin cepat proses identifikasi tentu akan semakin baik," lanjutnya.

Baca: Usia Sriwijaya Air SJ 182 Seperempat Abad, Bahayakah Pesawat Tua? Ini Penjelasan Kapten Vincent

Kronologi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 Menurut Nelayan

Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu mengatakan, ketika peristiwa terjadi, ada tiga nelayan yang berada di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.

Tiga nelayan itu menceritakan kondisi perairan saat itu sedang hujan lebat, sekitar pukul 15.00-15.30 WIB, Sabtu (9/1/2021).

"Kemarin itu ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu tidak," kata Eko Wahyu di Kapal KN SAR Wisnu, Kepulauan Seribu, Senin (11/1/2021).

Para nelayan yakin apabila ada pesawat jatuh, ketika melihat air naik dan terdapat serpihan logam ke atas setinggi 15 meter.

"Nelayan itu mendengar suara dentuman keras sekali terus air naik ke atas sampai 15 meter.

Situasi pada saat itu hujan deras, dia perkirakan antara 100 sampai 150 meter jaraknya dengan lokasi," katanya.

Awalnya, ketiga nelayan itu menduga adanya tsunami.

"Dikira apa ini, bencana tsunami dan sebagainya ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada kapal (pesawat) jatuh."

Setelah itu, mereka melapor ke Kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek yang akhirnya akan ditindak lanjut.

Usai kejadian, ia mengatakan tidak ada nelayan yang berani mendekati lokasi peristiwa.

"Mereka nggak berani mendekat beralasan dikira musibah tsunami atau apa, mereka masih bertanya-tanya apa ini, makanya mereka langsung cepet kembali, langsung lapor," ujarnya.

(Tribunnewswiki/Septiarani)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved