TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei memberikan komentar atas ramainya pemberitaan tentang Pemilihan Presiden di Amerika Serikat,
Pria yang pernah menjabat sebagai Presiden Iran pada periode 1981-1989 ini menyoroti pemilu Amerika Serikat sebagai 'pertunjukan'.
Ia menyebut bahwa Pilpres AS merupakan contoh keburukan atas demokrasi liberal.
Melalui akun Twitternya, ia mengatakan ada kemerosotan politik, sipil, dan moral, terlepas dari apa pun hasilnya.
"Situasi di AS dan apa yang mereka katakan sebagai pemilu adalah pertunjukan/tontonan. Ini adalah contoh wajah buruk demokrasi liberal di AS. Terlepas dari hasilnya, satu hal yang jelas, (ada) kemerosotan politik, sipil, dan moral yang pasti dari rezim Amerika Serikat", kata Ali Khamenei.
Baca: Daftar 11 Provinsi yang Adakan Bebas Denda Pajak Kendaraan
Baca: Kemenangan Joe Biden Muncul di Halaman Depan Pemberitaan Surat Kabar di Eropa
Langkah Hati-Hati Meksiko
Saat sejumlah pemimpin dunia memberi ucapan selamat kepada kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, beberapa pemimpin negara lain justru lebih hati-hati.
Beberapa pemimpin negara ini ingin memberi ucapan saat setelah ada pengumuman resmi.
Seperti diketahui, kemenangan Biden secara lugas diberitakan sejumlah media besar AS termasuk, AP, NBC, CBS, dan CNN.
Beberapa pimpinan negara juga terlihat mengucapkan selamat kepada Joe Biden seperti PM Inggris, Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Kanada Justin Trudeau, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan PM India Narendra Modi.
Namun, itu berbeda dengan Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, atau yang dikenal sebagai Amlo.
Baca: Kemenangan Joe Biden Muncul di Halaman Depan Pemberitaan Surat Kabar di Eropa
Baca: Viral Video Mirip Gisel, Pakar Telematika Roy Suryo Buka Suara, Barang Sekitar Bisa Jadi Petunjuk
Amlo mengatakan terlalu dini memberikan ucapan selamat untuk Joe Biden.
Menurutnya, pihak Meksiko masih akan menunggu 'semua masalah hukum' atas pemilu diselesaikan terlebih dahulu.
Pernyataan ini merujuk atas tuntutan yang diajukan Trump dan tim kampanyenya atas dugaan kecurangan pemilu.
Meski Trump dan tim belum mengajukan bukti-bukti, Amlo tetap pada pendiriannya untuk tidak mengucapkan kata selamat untuk Biden.
"Kami tidak ingin ceroboh," kata Amlo kepada wartawan, dilansir TribunnewsWiki.com dari BBC, Minggu (8/11).
Baca: Akun Donald Trump Muncul Paling Atas ketika Pengguna Twitter Mencari Kata Loser
Baca: Pakar Sebut Debat Gibran-Teguh Melawan Bagyo-FX Suparjo seperti Bumi dan Langit
"Kami tidak mau asal bertindak dan kami ingin menghormati usaha dan hak orang terlebih dahulu," katanya merujuk pada Trump dan tim kampanye.
Seperti diketahui, tim kampanye Trump sedang mengajukan langkah hukum atas dugaan kecurangan pemilu.
Melansir CBS News, seorang pejabat senior tim kampanye menyebut bahwa sebelumnya sudah diprediksi bahwa pertarungan pemilu akan berlangsung lama dan berlarut-larut.
Ia mengatakan bahwa tim kampanye Trump optimis masih ada harapan agar bisa terpilih kembali sebagai presiden.
Saat ditanya apakah gugatan hukum akan berhasil, pejabat tersebut mengatakan 'apa pun bisa terjadi'.
Baca: Joe Biden Terpilih Jadi Presiden ke-46 AS, Bagaimana Perhitungan Pollingnya?
Baca: Kamala Harris Ukir Dua Sejarah: Wanita Pertama dan Wanita Kulit Berwarna Pertama Jadi Wapres AS
Pejabat tersebut menambahkan "tidak ada satu orang pun yang markas kampanye yang terkejut dengan media yang ramai-ramai memproyeksikan kemenangan Biden.".
"Mereka siap bertarung dan sedang mempersiapkan gugatan adanya penipuan pemilih", ujarnya.
Hitung Cepat: Joe Biden Diproyeksikan Menangkan Pemilu
Berdasarkan hasil hitung cepat, kandidat calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dipastikan memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).
Ia mengantongi 290 suara pemilihan sementara Trump masih tertinggal di angka 214.
Namun berbeda dari sejumlah media lain di mana Biden masih berada di angka 279.
Kemenangan Biden secara lugas diberitakan sejumlah media besar AS termasuk, BBC, Associated Press, NBC, CBS, dan CNN.
Beberapa pimpinan negara juga terlihat mengucapkan selamat kepada Joe Biden seperti PM Inggris, Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Kanada Justin Trudeau, dan masih banyak lainnya.
Sementara sejumlah media-media lokal di negara-negara lain juga menjadikan kemenangan Biden sebagai headline utama berita.
Baca: Pakar Sebut Debat Gibran-Teguh Melawan Bagyo-FX Suparjo seperti Bumi dan Langit
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 8 November: Wilhelm Conrad Rontgen Menemukan Sinar X, Bagaimana Kisahnya?
Terdapat perbedaan perhitungan di antara media-media antara angka 290 dan 279 bagi Joe Biden.
Bagaimana perhitungan pollingnya?
Sebelumnya Biden memeroleh angka 264 (proyeksi Associated Press (AP), Foxnews, dan Guardian). Angka 264 ini adalah tambahan 253 Biden sebelumnya dengan hasil di Arizona (+11).
AP telah memproyeksikan Arizona bakal dimenangkan Biden.
Oleh AP, Pada Sabtu malam, (8/11), Biden menambah perolehan angka electoral college dari Pennsylvania (+20), dan Nevada (+6).
Baca: Kamala Harris Ukir Dua Sejarah: Wanita Pertama dan Wanita Kulit Berwarna Pertama Jadi Wapres AS
Baca: Ditanya soal Gorden di Dalam Video Syur Mirip Dirinya, Gisel Hanya Tersenyum Kecut
Bagaimana dengan Georgia dan North Carolina (menurut AP)?
Di Georgia, AP mewartakan bahwa selisih Biden dan Trump masih terpaut kecil, sehingga sulit untuk memastikan siapa yang bakal unggul meski suara sudah masuk 99%. Beberapa saat lagi akan diumumkan hasil suara di Georgia.
Sementara di North Carolina, AP mewartakan bahwa Trump masih memimpin di negara bagian tersebut.
Angka 279
Sejumlah media (seperti BBC, Telegraph) ikut memberitakan kemenangan Biden, tetapi dengan angka yang berbeda, yakni 279.
Baca: Bansos Tunai Rp200.000 Dilanjutkan hingga 2021, Berikut Cara Mengecek Penerimanya
Baca: BMKG - Prakiraan Cuaca Minggu 8 November 2020: Pontianak Hujan, Awas Hujan Petir di 4 Wilayah Ini
Perhitungannya adalah: Angka electoral votes Biden sebelumnya yakni 253, ditambah Pennsylvania (+20), dan Nevada (+6).
Angka ini diluar dari perhitungan di Arizona yang oleh BBC, Biden masih memimpin, tetapi belum diproyeksikan menang.
Terlepas dari perbedaan pemberitaan media, Joe Biden dipastikan akan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46.
Sementara Kamala Harris mencetak sejarah dengan menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Wakil Presiden AS.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)