TRIBUNNEWSWIKI.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak yakin vaksinasi Covid-19 besar-besaran bisa dilakukan sebelum pertengahan tahun 2021.
Hal ini dikatakan oleh juru bicara WHO, Margaret Harris, pada Jumat, (4/9/2020), untuk menekankan pentingnya pengujian yang ketat terhadap efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19.
Dilansir dari Reuters, sejauh ini tidak ada satu pun calon vaksin yang menunjukkan "tanda kemanjuran yang jelas" pada tingkat setidaknya 50% seperti yang diminta WHO.
Rusia pada Agustus ini memberi persetujuan regulasi untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkannya, setelah dua bulan dites pada manusia.
Namun, para pakar Barat mempertanyakan keamanan dan kemanjurannya.
"Kami benar-benar tidak berharap bisa melihat vaksinasi besar-besar sebelum pertengahan tahun depan," kata Harris, dikutip dari Reuters.
"Tahap 3 ini harus lebih lama karena kita harus melihat seberapa melindungi dan juga seberapa aman vaksin itu," kata dia menambahkan.
Baca: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan di Amerika Serikat pada 1 November 2020, Dikonfirmasi CDC
Hal ini merujuk pada tahap ketika uji klinis besar-besaran yang dilakukan kepada sejumlah orang.
Harris tidak merujuk calon vaksin tertentu.
Dia mengatakan semua data dari uji coba harus dibagi dan dibandingkan.
"Banyak orang telah divaksinasi dan kita tidak tahu apakah vaksinnya bekerja ... pada tahap ini kita tidak punya tanda yang jelas apakah vaksin itu memiliki tingkat kemanjuran dan keamanan yang bermanfaat."
Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan di Amerika Serikat pada 1 November 2020
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS) atau CDC mengonfirmasi bahwa mereka meminta pejabat kesehatan masyarakat di 50 negara bagian dan beberapa kota besar untuk bersiap mendistribusikan vaksin pada 1 November 2020.
Dengan demikian, vaksin Covid-19 akan didistribusikan dua hari sebelum pemilihan presiden di AS.
Dilansir dari Voa News, (4/9/2020), kantor berita McClatchy adalah yang pertama melaporkan bahwa CDC mengirim memo empat halaman pada 27 Agustus 2020 kepada departemen kesehatan untuk menyusun rencana vaksinasi pada 1 Oktober 2020 "bertepatan dengan kemungkinan paling awal peluncuran vaksin Covid-19".
New York Times menyebut memo yang berasal dari Dr. Robert redfield, direktur CDC, itu juga dikirim kepada para pejabat kesehatan masyarakat di seluruh AS, termasuk di New York City, Chicago, Philadelphia, Houston, dan San Antonio.
Memo itu mengatakan para profesional kesehatan, pegawai fasilitas perawatan jangka panjang, dan karyawan penting lainnya, ditambah pegawai kemananan nasional, akan diprioritaskan mendapat vaksin.
Baca: Distribusi Vaksin Covid-19 Akan Jadi Tantangan di Beberapa Negara, Butuh Tempat Penyimpanan Khusus
Baca: Vaksin Covid-19 Siap Disuntikkan Gratis Tahun Depan, BPJS Kesehatan Palembang Beri Komentar
Selain itu, surat kabar tersebut menyebut CDC juga memberi prioritas kepada rakyat AS berumur 65 tahun atau yang lebih dua, orang-orang yang berasal dari etnis dan ras minoritas, pribumi Amerika, dan mereka yang dipenjara.
Dr. Redfield juga mendesak para pejabat kesehatan untuk cepat menyetujui permohonan izin dari McKesson Corp untuk menyalurkan vaksin ke berbagai tempat termasuk departemen kesehatan negara bagian dan lokal dan rumah sakit.
McKesson adalah perusahaan yang mengadakan perjanjian dengan CDC dalam pendistribusian vaksin tersebut.
Kekhawatiran
Kabar memo dari CDC bertepatan dengan ucapan Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi, yang menyebut dirinya percaya vaksin Covid-19 yang "aman dan efektif" pada akhir tahun ini.
Baca: Ambisi WHO dalam Program Vaksin Covid-19 untuk Seluruh Dunia Mulai Redup, Ini Penjelasannya
Baca: Erick Thohir Sebut 1,5 Juta Tenaga Medis Akan Diprioritaskan Mendapat Suntikan Vaksin Covid-19
Namun, dalam wawancara pekan lalu dengan Reuters, mengingatkan adanya potensi bahaya dari vaksin bila vaksin itu belum disetujui.
"Satu potensi bahaya bila vaksin diluncurkan secara prematur adalah bisa menyulitkan, jika tak mustahil, vaksin lain dalam hal mendaftarkan orang-orang dalam pengujian vaksin itu.
Para pakar kesehatan lain juga menyatakan keraguannya tentang peluncuran vaksin sebelum uji klinis selesai.
Mereka mengatakan penyaluran vaksin itu kepada masyarakat dapat menimbulkan risiko keamanan dan memperkuat sentimen anti-vaksinasi.
Pengecekan keamanan
Patricia Zettler, mantan Associate Chief Counsel di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) berkata kepada Washington Post,"Saya pikir sangat penting penting bagi kita untuk memiliki bukti kuat mengenai keamanan dan kemanjuran yang mendukung sebuah vaksin sebelum FDA memberi persetujuan."
Baca: Indonesia Akan Dapatkan 20-30 Juta Vaksin Covid-19 Akhir Tahun Ini, Hasil Kerja Sama dengan Sinovac
Baca: Vaksin Covid-19 Bisa Diberikan ke Masyarakat Mulai Januari 2021, Begini Penjelasan Presiden Jokowi
Menurut Associated Press, beberapa departemen kesehatan negara bagian mengatakan mereka kekurangan petugas, uang, dan peralatan untuk mengedukasi masyarakat tentang vaksin dan kemudian untuk menyalurkan, mengurusnya, dan membawa ratusan juta dosis,
"Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mempersiapkan progam vaksinasi ini, dan tidak akan sepenuhnya selesai pada 1 November," kata direktur muda edukasi imununisasi di Koalisi Aksi Imunisasi, sebuah organisasi edukasi dan advokasi vaksin di Minnesota kepada AP.
"Negara-negara bagian akan membutuhkan sumber daya keuangan yang lebih besar daripada yang mereka miliki sekarang," kata dia.
(Tribunnewswiki/Tyo)