Hari Ini dalam Sejarah 17 Agustus 1938: Pencipta Lagu Indonesia Raya W.R. Supratman Wafat

Wage Rudolf Supratman dikenal sebagai jurnalis, novelis, pengarang lagu-lagu kebangsaan, dan pencipta Kartu Permainan.


zoom-inlihat foto
potret-wr-supratman-dan-prangko-seniman-indonesia.jpg
Kolase Wikimedia Commons
Potret W.R. Supratman dan prangko seniman Indonesia

Wage Rudolf Supratman dikenal sebagai jurnalis, novelis, pengarang lagu-lagu kebangsaan, dan pencipta Kartu Permainan.




  • Informasi awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Supratman, wafat pada 17 Agustus 1938.

Selain itu, Wage Rudolf Supratman juga dikenal sebagai jurnalis, novelis, pengarang lagu-lagu kebangsaan lainnya, dan pencipta Kartu Permainan untuk membangun kecintaan kepada tanah air.

Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya pertama kali di depan umum pada Kongres Pemuda II tahun 1928.

Namun, Wage Rudolf Supratman terpaksa hanya menggunakan biolanya karena ada tekanan dari Belanda.

Meninggal pada usia yang relatif muda, W.R. Supratman tidak sempat menyaksikan kemerdekaan Indonesia.

Hari kematiannya bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, yakni 17 Agustus.

Dia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional dan hari kelahirannya, 19 Maret, diperingati sebagai Hari Musik Nasional.

  • Masa kecil #


Ada dua pendapat mengenai tanggal dan tempat kelahiran Wage Supratman.

Pendapat pertama, dia lahir di Jatinegara tanggal 9 Maret 1903.

Pendapat kedua, dia lahir di Purworejo tanggal 19 Maret 1903.

Umumnya, pendapat yang kedualah yang diterima.
Ayahnya adalah seorang prajurit KNIL bernama Jumeno Senen Sastrosuharjo , sedangkan ibunya bernama Siti Senen.

Dia adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara.

Sepeninggal ibunya, ayahnya menikah lagi, dan Wage Supratman pindah ke Makassar mengikuti kakak tertuanya, Rukiyem dan suaminya yang bernama W.M. van Eldik.

Dia bersekolah di ELS dan mendapat tambahan nama "Rudolf" untuk kelengkapan administrasi.

W.R. Supratman lulus tahun 1917 dan melanjutkan ke Normaal School atau sekolah guru.

  • Karier di dunia musik, pers, dan sastra #


W.R. Supratman berlajar musik dari van Eldik, kakak iparnya.

Dia piawai memainkan nomor-nomor klsik karya Chopin, Beethoven, Liszt, dan
Tschaikovsky.

Selain itu, dia bergabung dengan kelompok musik Black White Jazz Band yang dipimpin kakak iparnya.

W.R. Supratman juga tertarik dengan dunia jurnalistik.

Dia dekat dengan para wartawan dan penulis Pemberita Makassar dan Pelita
Rakyat.

Kedua koran itu terbit di Makassar dan turut membangun nasionalisme dalam dirinya.

Dia kemudian menjadi wartawan koran Kaum Muda di Bandung dan setahun setelahnya menjadi pemimpin redaksi Kaum Kita.

W.R. Supratman pindah ke Jakarta dan bertemu dengan para tokoh pergerakan.

Di sana dia tetap menjadi wartawan, kali ini untuk harian Sin Po.

Saat itu Agus Salim melalui harian Fajar Asia meminta para komponis Indonesia menciptakan lagu kebangsaan.

Hal ini untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Beberapa lagu kebangsaan yang dikarangnya sebagai berikut:

  • Indonesia Ibuku (1926),
  • Ibu Kita Kartini,
  • Di Timur Matahari (1931)
  • Bendera Kita Merah Putih (1928),
  • Bangunlah Hai Kawan (1929),
  • Mars Kepanduan Bangsa Indonesia (1930),
  • Mars Partai Indonesia Raya (1937),
  • Mars Surya Wirawan (1937),
  • Matahari Terbit (1938), dan
  • Selamat Tinggal (1938).

Selain itu, dia juga menulis beberapa karya sastra dalam bentuk novel.

Setidaknya, ada tiga novel karangannya, yakni Perawan Desa (1928), Darah Muda, dan Kaum Fanatik.

Perawan Desa diangkat dari keadaan masyarakat Indonesia yang sedang menyusun kekuatan agar bisa merdeka.

Sayangnya, kedua novelnya yang lain tidak dapat dicetak karena Belanda akan melarang peredarannya.

  • Indonesia Raya #


Indonesia Raya menjadi karya W.R. Supratman yang paling terkenal.

Setelah mendengar pidato para tokoh dalam Kongres Pemuda Indonesia Pertama (30 April-2 Mei 1926), W.R. Supratman terinspirasi menciptakan lagu kebangsaan yang akan menjadi hymne nasional.

W.R. Supratman kemudian menemui M. Tabrani dan mengatakan akan membuat lagu kebangsan berjudul Indonesia Raya.

Dia sudah membuat konsep lagu kebangsaan pada malam 1 Mei 1926.

Konsep lagu kebangsaan itu ditulis dalam not balok dan not angka dan diberi judul sementara: Indonesia.

Namun, ketika lagu itu sudah selesai digarap, dia belum mau memperdengarkannya.

Kemungkinan dia akan memperdengarkannya pada suatu peristiwa yang bersejarah.

Pada awal Oktober 1928, dia berkesempatan mengikuti dari dekat kegiatan yang dilakukan panitian Kongres Pemuda Kedua.

Dia berniat memperdengarkan lagu ciptaannya pada kongres tersebut.

W.R. Supratman ingin lagu ciptaannya itu dapat lebih dulu dipelajar oleh para pemuda dan para pandu (pramuka).

Dia membuat beberapa salinan dan memberikannya kepada beberapa orang pimpinan organisasi pemuda serta pimpinan KBI dan PAPI (Persaudaraan Antara Pandu-Pandu Indonesia) untuk dipelajari dan disebarluaskan.

Akhirnya dia berkesempatan memperdengarkan lagunya pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Dua.

Namun, dia hanya bisa menggunakan gesekan biola karena ada tekanan dari Belanda.

Dia kembali memperdengarkan Indonesia Raya secara instrumental menggunakan biola pada November 1928 di depan para pemuda dan mahasiswa.

Mereka berdiri dan bertepuk tangan dan sebagian meminta lagu itu dimainkan lagi.

Mata W.R. Supratman kemudian berkca-kaca karena tak kuasa menahan haru.

Mulai 20 Mei 1929, pada Kongres PNI yang kedua, Indonesia Raya berkumandang di seluruh Nusantara.

  • Wafat #


W.R. Supratman menikah dengan janda bernama Salamah menjelang Kongres Pemuda Kedua.

Pada Agustus 1933, dia mulai sakit-sakitan, tetapi sampai sekarang tidak ada kejelasan mengenai sakit yang dideritanya.

Namun, dia tidak menguarangi aktivitasnya dan setahun kemudian keadaannya makin memburuk.

Kesehatannya kemudian membalik pada tahun 1935.

Namun, dia harus menghadapi kenyataan bahwa Salamah pergi meninggalkannya, salah satunya karena hubungan Salamah dengan keluarga W.R. Supratman kurang baik.

W.R. Supratman juga mulai diawasi oleh polisi Belanda karena lagu yang dikarangnya.

Dia sempat ditangkap Belanda pada 7 Agustus 1938.

Namun, dia kemudian dibebaskan, tetapi beberapa hari kemudian jatuh sakit.

Pada Minggu 14 Agustus 1938, dia mengeluh karena badannya lemas.

Sehari kemudian, dia bahkan tidak bisa bangkit dari ranjang.

Dia sempat akan dibawa ke rumah sakit, tetapi dia bersikeras ingin tetap di rumah.

Pada 17 Agustus sekitar pukul 22.30, dia mengigau dan tubuhnya menjadi panas.

Menjelang pukul 24.00, dia sudah tidak sadarkan diri denyut nadinya melemah.

W.R. Supratman kemudian meninggal dan diiringi ratap tangis kakak perempuannya.

(Tribunnewswiki/Tyo)

Artikel ini disarikan dari buku W.R. Supratman: Guru Bangsa Indonesia karya Lilis Nihwan (diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tahun 2018) dan buku Wage Rudolf Supratman karya Bambang Sularto (diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1985)



Peristiwa W.R. Supratman wafat
Pada 17 Agustus 1938
   


Sumber :




BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

  • Film - Wan An (2012)

    Wan An adalah sebuah film pendek karya sutradara
© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved