TRIBUNNEWSWIKI.COM - Negara Afghanistan sepakat membebaskan 400 tahanan kelompok Taliban 'Garis Keras'.
Pembebasan kelompok inti yang pernah membuat kisruh dalam negeri ini dinyatakan dalam sebuah resolusi majelis Loya Jirga, Minggu, (9/8/2020).
Adapun tujuan pembebasan merupakan keinginan memulai awal pembicaraan damai sekaligus niatan untuk mengakhiri perang yang terjadi hampir dua dekade.
Langkah ini, sebagaimana diwartakan Reuters, Minggu, dinilai kontroversial lantaran melibatkan 'pelaku teror' ke dalam dialog perdamaian.
Dalam pertemuan majelis Loya Jirga, dijelaskan bahwa kebebasan kelompok garis keras diperlukan untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Baca: Serangan ISIS di Penjara Kota Jalalabad, Afghanistan, 21 Warga Tewas, 45 Terluka
"Untuk mengatasi masalah, memulai kembali proses perdamaian dan mengakhiri pertumpahan darah, maka Loya Jirga menyetujui pembebasan 400 Taliban," kata majelis dalam sebuah resolusi.
"Hari ini, saya akan menandatangani perintah pembebasan 400 tahanan ini," kata Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, beberapa menit setelah majelis.
Dialog Perdamaian
Sebagai informasi, pada pekan lalu, Ghani mengundang sekitar 3.200 pemimpin kelompok dan para politisi Afghanistan ke ibu kota, Kabul.
Di tengah ketatnya keamanan dan kekhawatiran pandemi Covid-19, Ghani meminta pendapat apakah para tahanan harus dibebaskan.
Musyawarah atas niatan membebaskan kelompok ini sempat memicu kemarahan di antara warga sipil dan kelompok hak asasi manusia.
Baca: Terjadi Serangan Bom Bunuh Diri di Akademi Militer di Kabul, Afghanistan, 5 Orang Tewas
Mereka mempertanyakan apakah dapat terbentuk moralitas yang baik dalam proses perdamaian.
Pertemuan ini turut disayangkan oleh keluarga korban, baik yang terbunuh dan terluka sepanjang konflik yang berlangsung selama dekade terakhir.
Sepanjang kisruh, diperkirakan lebih dari 100.000 warga sipil Afghanistan telah terbunuh.
Pada 2019, tercatat 10.000 jiwa melayang akibat serangan kelompok ini ke warga sipil.
Beberapa pekan lalu, kekisruhan terjadi di sebuah penjara di Jalalabad, Afghanistan.
Bekas Kisruh 2017
Sebagai informasi, di antara 400 tahanan yang dibebaskan, sebagian merupakan orang-orang yang terlibat dalam penyerangan ke sipil dan orang asing.
Satu contoh, adalah peristiwa pemboman truk pada 2017 di dekat Kedutaan Jerman, di Kabul.
Serangan mematikan ini merenggut 150 jiwa, dan tercatat paling besar dalam 19 tahun berkobarnya konflik.
Menurut sumber-sumber resmi, kelompok ini merupakan bagian dari jaringan militan Haqqani, yang memiliki relasi ke Taliban.
Janji Pemerintah
Dengan adanya pembebasan ini, maka pemerintah dinilai memenuhi janji membebaskan total 5.000 tahanan.
Sisa tahanan yang belum dibebaskan masih belum mendapat komentar dari pihak Taliban.
Baca: Rusia Dituding Tawarkan Hadiah pada Taliban untuk Membunuh Pasukan AS di Afghanistan
Sebuah sumber diplomat barat melaporkan pembicaraan antara pemerintah dan Taliban akan digelar di Doha, Qatar pada pekan ini.
Jalan menuju perdamaian
Keputusan pembebasan tahanan ini turut mengakhiri lima bulan alotnya dialog antara Amerika Serikat dan Taliban
Diketahui AS menyetujui adanya pembebasan tahanan Taliban sebagai syarat kembalinya pembicaraan kedua negara.
Beberapa hari terakhir, AS mendorong majelis Loya Jirga mendukung pembebasan para tahanan, meskipun langkah ini dinilai kurang mampu membuat proses perdamaian.
Pakistan, sebagai negara tetangga sempat dipandang mampu berperan menjadi mediator menuju perundingan.
"Kami harap dengan adanya langkah pembebasan tahanan seperti dalam perjanjian damai AS-Taliban, maka semoga negosiasi Intra-Afghanistan, segera dimulai," kata kantor luar negeri Pakistan dalam pernyataan.
Sebagai informasi, sebelum Loya Jirga terselenggara, organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch mencatat beberapa hal.
Diantaranya memperingatkan bahwa narapidana merupakan tahanan pelanggaran 'undang-undang terorisme' yang di dalamnya terlalu luas untuk mengatur penahanan yang tak berbatas.
Baca: Bom Bunuh Diri Taliban dalam Kampanye Presiden Afghanistan, 24 Orang Tewas
Pemilu AS bulan November 2020, menempatkan Trump sebagai calon presiden yang dinilai sangat ingin memenuhi janji kampanyenya untuk mengakhiri perang terpanjang di Amerika Serikat.
Apabila kesepakatan AS-Taliban dapat ditempuh, maka AS otomatis akan menarik ke luar pasukannya.
Penarikan ini tentu membuat pasukan AS akan berjumlah kurang dari 5000 pada akhir November 2020.
Dalam sebuah wawancara, Menhan AS, Mark Esper menyebut, jumlah pasukan AS saat ini turun dengan total sekitar 8.600 anggota.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)