Kisah Hendra, Ditolak Sekolah Karena Cacat Padahal Sudah Dinyatakan Lolos, Ini Kata Pihak Sekolah

Meski tak bisa menulis karena cacat, tetapi Hendra memiliki kemampuan membaca, berhiung, serta bersosialisasi sebagaiman anak lainnya


zoom-inlihat foto
seoklahh1.jpg
Kompas.com
Ilustrasi sekolah(KOMPAS.com/Junaedi)


TRIBUNNEWSWIKI.COM – Hendra harus merasakan kekecewaan setelah dirinya mendengar pihak sekolah ragu untuk menerima Hendra.

Pasalnya, Hendra tidak bisa menulis lantaran tangannya cacat.

Hendra asal Desa Sumberkemuning, Kecamatan Tamanan, Bondowoso terlahir sebagai anak difabel.

Meski begitu, Hendra memiliki kemampuan yang tak jauh beda dari pelajar lainnya seperti membaca, menghitung, serta bersosialisasi.

Bahkan, ketika masih di bangku SD, nilai ujiannya tidak pernah jelek.

Mendengar sekolah meminta dirinya mundur, Hendra menangis.

Padahal, dirinya sudah mencoba memakai seragam dan topi sekolah.

Impiannya seperti runtuh saat sekolah memperlakukan dirinya karena mengalami keterbatasan fisik.

Saat itu, Hendra ikut ibunya pergi ke sekolahnya di SMPN 2 Tamanan.

Dia diminta datang ke sekolah untuk menyerahkan tugas yang diberikan secara daring.

Baca: Tak Punya Smartphone, Dimas Jadi Satu-satunya Siswa yang Belajar Tatap Muka di SMP Negeri 1 Rembang

Baca: Nasib Siswa SD dan SMP Miskin yang Terkendala Fasilitas: Harus Belajar Tatap Muka Meski Zona Kuning

Sang ibu, Asyati, datang bersama Hendra menemui guru dan kepala sekolah.

Di sekolah tersebut, Asyati ditanyakan oleh pihak sekolah soal Hendra bisa bergaul dengan teman-temannya.

Asyati menjawab bahwa hendra bias bergaul seperti anak pada umumnya.

Pihak sekolah juga bertanya profesi ayah Hendra yang ternyata seorang kuli bangunan.

Pertanyaan lain yang diajukan terkait cara Hendra mengikuti ujian sekolah saat masih di bangku SD.

Adapun Asyati menjelaskan bahwa anaknya tidak bisa menulis, hanya mampu membaca.

Sedangkan ketika mengikuti ujian, anaknya hanya bisa mengisi pertanyaan dengan jawaban pilihan silang, sedangkan pertanyaan dengan narasi tidak bisa.

Pihak sekolah juga menanyakan soal nasib Hendra ke depan.

Namun, Asyati tidak bisa menjawab banyak.

Dia hanya menjelaskan kalau anaknya hanya diajari membaca, tidak menulis.

Selama ini tugas dari sekolah dikerjakan sendiri oleh Hendra, tetapi dituliskan oleh ibunya.

Pihak sekolah bertanya dan khawatir Hendra tidak bisa ikut ujian karena tidak bisa menulis.

“Kepala sekolah keluar, terus kembali lagi, 'saya mohon maaf Bu, guru di sini tidak ada yang siap untuk mengajar anak difabel',” ujar Asyati kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Selasa (4/8/2020).

Baca: Mendikbud Nadiem Makarim Harap Pembelajaran Jarak Jauh Bisa Kreatif dan Inovatif seperti Sekolah Ini

Baca: Pembelajaran Jarak Jauh Dipastikan Tak Akan Dipermanenkan, Nadiem: Tatap Muka yang Terbaik

Asyati pun bertanya alasan pihak sekolah menjawab tidak ada guru khusus bagi anak-anak seperti Hendra.

“Akhirnya saya bilang, 'berarti sampean tidak sanggup mengajar Hendra? Berarti sekolah meminta Hendra untuk mundur ya Pak? Baik kalau gitu, Hendra saya keluarkan dari sekolah ini',”papar Asyati.

Dalam keadaan pasrah itu, Asyati ditanya oleh guru lainnya hendak menyekolahkan anaknya kemana.

"Lalu surat keterangan kelulusan diminta oleh sekolah,” jelas dia.

Setelah itu, kepala sekolah SMPN 2 Tamanan keluar dari ruang itu.

Salah seorang guru meminta maaf dan tidak berniat hendak mengeluarkan Hendra.

“Ya gimana Bu, kalau tidak siap yang mau ngajar,” ucap Asyati lalu pulang ke rumahnya.

Sedangkan sang ayah, Suyadi menceritakan, pada awalnya anaknya tidak mau untuk bersekolah di SMPN 2 Tamanan lantaran kondisinya.

Hanya saja, salah satu gurunya di SDN Sumber Kemuning 2 yang pernah mengajar Hendra menganjurkan Hendra agar melanjutkan studi di SMPN 2 Tamanan.

Sebab anak tersebut memiliki kemampuan sama dengan pelajar lainnya.

Akhirnya, Hendra mendaftar dan berhasil lolos di sekolah negeri tersebut.

Dia sudah mengikuti pelajaran secara online .

Setiap Selasa, Hendra bersama sang ibu mengirimkan tugas ke sekolah.

Sayangnya, ketika tahun pelajaran sudah berlangsung pihak sekolah ragu hendak meneruskan Hendra belajar di sekolah tersebut.

Penjelasan pihak sekolah

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Tamanan Murtaji mengatakan, awalnya Hendra memang sudah diterima oleh SMPN 2 Tamanan.

Hendra Sudah mengikuti kegiatan sekolah secara online .

"Kemarin orangtuanya datang ke sekolah konsultasi," kata Murtaji.

Baca: Tahun Ajaran Baru Dimulai Besok, Ini 23 Sumber Belajar dari Rumah dari Kemendikbud untuk SD-SMA

Baca: Pembelajaran Jarak Jauh Tahun Ajaran 2020/201 Dimulai Hari Ini, Ada Banyak Tantangan

Murtaji menanyakan kondisi Hendra saat masih di SD, khususnya terkait cara Hendra ujian seperti pelajar lainnya.

Dia juga menanyakan kemampuan Hendra mengikuti proses belajar mengajar saat masih SD.

Dia berdalih pihak sekolah ingin mencari solusi terkait pembelajaran siswa tersebut.

Sebab, sekolah yang dipimpinnya tidak memiliki guru khusus untuk mengajar pelajar penyandang disabilitas.

Para guru khawatir tidak bisa mengajar anak tersebut dengan baik.

Namun, pertemuan tersebut tidak ada solusi dan sekolah ragu untuk meneruskan sekolah anak tersebut.

Akhirnya, sang ibu memutuskan untuk membawa pulang anaknya dan meminta keluar dari sekolah.

“Ibu yang minta anak itu mundur, mau di sekolah di SLB, ya saya persilahkan,” terang dia.

Minta kembali ke sekolah

Setelah ramai diperbincangkan, Muhammad Hendra yang diminta mundur secara halus dari sekolah akhirnya diminta kembali melanjutkan studi.

Dua guru datang ke rumah Hendra dan meminta maaf.

Dia datang dan mengajak orangtua Hendra agar anaknya tetap sekolah di SMPN 2 Tamanan.

“Tadi datang guru SMPN2 ditemani guru SDnya Hendra,minta maaf,” kata Suyadi, ayah dari Hendra saat ditemui Kompas.com, Selasa.

Baca: Tak Punya Smartphone, Siswa Ini Belajar Sendiri di Kelas, Kepsek : Keluarganya Lebih Butuh Beras

Baca: Lurah yang Ngamuk Siswa Titipannya Ditolak SMA Negeri 3 Tangsel, Kini Masih Jadi ASN Aktif

Kedatangan guru tersebut menjelaskan kalau hanya terjadi kesalahpahaman.

Pihak sekolah meminta agar Hendra tetap bisa melanjutkan studi di SMPN 2 Tamanan.

Setelah itu, juga datang seorang guru yang mengembalikan buku mata pelajaran.

Buku tersebut sempat diminta oleh sekolah, kemudian Asyati, ibu Hendra mengantarkannya ke sekolah pada Senin (3/8/2020).

Kendati sudah diminta sekolah, orangtua Hendra masih ragu untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 2 Tamanan.

Dia memasrahkan keinginan tersebut pada anaknya.

“Tergantung anak saya, apa masih mau sekolah disana,” tambah dia.

(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy, Kompas.com/Bagus Supriadi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Air Mata Hendra Tak Berhenti Mengalir Ditolak Sekolah karena Cacat, Buku Pelajaran Dikembalikan"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved