AS Tuding China Jadi Mata-Mata dan Curi Kekayaan Intelektual, Minta Tutup Konsulat di Houston

Dugaan mata-mata dan pelucutan kekayan intelektual oleh China membuat Amerika Serikat meminta negara tersebut menutup konsulat di Houston.


zoom-inlihat foto
konsulat-china-di-houston-amerika-serikat.jpg
AFP
Orang-orang berkerumun di area depan Konsulat China di Houston, Amerika Serikat.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tensi panas hubungan diplomatik Amerika Serikat (AS) dan China semakin meningkat.

Saling tuduh terkait Covid-19 dan perang dagang membuat hubungan dua negara besar tersebut semakin renggang.

Situasi terkini, hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing semakin memburuk,

Diketahui Washington memerintahkan Beijing untuk menutup konsulat mereka yang berada di Houston, paling lambat Jumat (24/7/2020).

Titah dari negeri Paman Sam tersebut disebut sebagai bentuk "provokasi politik" oleh Beijing.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan keputusan itu diambil karena China dituduh telah "mencuri" kekayaan intelektual.

Kemenlu China mengecam langkah tersebut di Twitter, dengan menyebutkan kedutaan mereka di Washington DC telah menerima ancaman kematian.

Baca: Ini Alasan Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac dari China Diuji Klinis Fase 3 di Indonesia

Baca: Jelang Pilpres dan Demi Perbaiki Citra Politik, Donald Trump Kini Wajibkan Masker untuk Warga AS

Sebelumnya, melalui rekaman video, beberapa individu tak dikenal tampak membakar kertas di keranjang sampah yang terletak lahan gedung konsulat China di Houston.

Ketegangan antara AS dan China sangat meningkat akhir-akhir ini.

Presiden China. Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presiden China. Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (kompasiana.com)

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump berulang kali berseteru dengan Beijing mengenai masalah perdagangan dan pandemi virus corona, serta penerapan UU Keamanan Nasional di Hong Kong.

Kemudian, pada Selasa (21/7/2020), Departemen Kehakiman AS menuduh China mensponsori para peretas yang mengincar sejumlah laboratorium yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19.

Dua warga negara China, yang dituduh memata-matai perusahaan riset AS dan dibantu agen pemerintah China, telah didakwa.

Menlu AS, Mike Pompeo mengatakan Partai Komunis China mencuri "tak hanya kekayaan intelektual Amerika, tetapi juga kekayaan intelektual Eropa yang menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan".

Baca: Dikenal Keras Kepala, Donald Trump Akhirnya Luluh: Saya Akan Pakai Masker dengan Senang Hati

Baca: Meski Terlibat Ketegangan Militer, Donald Trump Mau Bekerja Sama dengan China Demi Vaksin Covid-19

"Kami menggariskan ekspektasi bagaimana Partai Komunis China akan bersikap," kata Pompeo.

"Jika mereka tidak memenuhi [ekspektasi tersebut], kami akan mengambil tindakan untuk melindungi rakyat Amerika, melindungi keamanan kami, keamanan nasional kami, dan juga melindungi ekonomi serta pekerjaan kami," tambahnya.

Di seluruh AS, terdapat lima konsulat China dan satu kedutaan besar di Washington DC.

Belum jelas mengapa konsulat China di Houston yang diminta untuk tutup.

Dalam pernyataan terpisah, Deplu AS menuduh China melakukan "kegiatan mata-mata secara ilegal dan operasi pengaruh" yang mencampuri "politik domestik" serta "memaksa para pemimpin bisnis kami, mengancam keluarga-keluarga Amerika keturunan China yang bermukim di China, dan lainnya".

Respons China

Dalam serangkaian cuitan, juru bicara Kemenlu China, Hua Chunying, memaparkan bahwa alasan-alasan yang disampaikan AS terkait penutupan konsulat di Houston "luar biasa mengada-ada".

Dia mendesak AS mengubah "keputusan salah" tersebut, atau China akan "bertindak dengan balasan yang tegas".

"Ketika para diplomat China mengusung pemahaman antar dua belah pihak serta persahabatan, kedutaan AS di China menyerang sistem politik China di depan umum," ujarnya.

"Akibat penodaan dan kebencian yang ditiupkan pemerintah AS, kedutaan China telah menerima ancaman bom dan kematian."

Para pejabat China mengatakan AS mempunyai lebih banyak staf pada perwakilannya di China, ketimbang staf perwakilan China di AS.

Kemenlu China telah mengunggah peringatan kepada segenap mahasiswanya di AS, meminta mereka untuk "waspada" selagi "badan-badan penegak hukum AS meningkatkan interogasi secara acak, perundungan, penyitaan barang-barang pribadi, dan penahanan yang mengincar mahasiswa China di AS".

Presiden China, Xi Jinping.
Presiden China, Xi Jinping. (AFP)

Media pemerintah China, Global Times, membuat jajak pendapat konsulat AS mana yang sebaiknya ditutup sebagai balasan atas tindakan Washington.

Tanda-tanda awal ada sesuatu yang tidak biasa di konsulat China di Houston mengemuka pada Selasa (21/7/2020), ketika orang-orang di seberang konsulat melihat api di sejumlah keranjang sampah.

Tayangan rekaman video memperlihatkan beberapa orang melemparkan yang terlihat seperti kertas ke dalam keranjang sampah.

Tidak diketahui siapa mereka.

Orang-orang tersebut kemudian terlihat menuang air ke dalam keranjang sampah itu. Layanan darurat kemudian dipanggil ke gedung konsulat pada Selasa (21/7/2020) malam.

Namun, kepolisian Houston mengatakan di Twitter bahwa anggota mereka "tidak diberi akses memasuki gedung" namun mereka melihat asap. Juru bicara pemerintah China, Wang Wenbin, tidak secara langsung menanggapi api di lahan konsulat.

Dia hanya mengatakan konsulat di Houston beroperasi secara normal.

Tindakan China melalui Huawei

Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) berujung pada nasib Huawei.

Raksasa teknologi asal China itu berkali-kali dihambat oleh kebijakan Amerika Serikat, akibat sentimen Presiden Donald Trump terhadap pemerintahan China saat ini.

Tak hanya di Amerika Serikat, China kini juga menghadapi resiko hambatan serupa di benua Eropa.

Beberapa negara barat sekutu Amerika Serikat di benua biru tersebut kini mulai mewacanakan dan bahkan sudah melakukan pembatasan terkait ekspansi Huawei di negara mereka.

Sebagai respons, kini China tengah mempertimbangkan melakukan pembalasan bila Uni Eropa mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) dan Inggris melarang  Huawei Technologies dari proyek 5G di negara-negara mereka.

China disebut tengah membidik perusahaan telekomunikasi Nokia dan Ericsson bila Uni Eropa membatasi Huawei, seperti dilaporkan Wall Street Journal yang mengabarkan tentang masalah ini.

Baca: Jumlah Pasien Covid-19 Melonjak, Miami di Amerika Serikat Kini Disebut sebagai New Wuhan

Baca: Brooklyn Beckham Bertunangan dengan Aktris Amerika Nicola Peltz, Victoria Beckham Turut Unggah Foto

Ilustrasi Huawei.
Ilustrasi Huawei. (Istimewa/Kompas.com)

Mengutip pemberitaan Reuters, Inggris pekan lalu memerintahkan operator telekomunikasi untuk tidak membeli komponen 5G dari Huawei mulai akhir tahun ini dan menghapus semua peralatan yang ada yang dibuat oleh raksasa telekomunikasi China dari jaringan 5G pada tahun 2027.

Produsen alat telekomunikasi Ericsson dari Swedia dan Nokia dari Finlandia merupakan di antara penerima manfaat paling cepat atas kampanye yang dipimpin AS melawan Huawei.

Kementerian Perdagangan China saat ini sedang mencari kontrol ekspor yang akan mencegah Nokia dan Ericsson mengirim produk yang dibuatnya di China ke negara lain.

Pembalasan itu akan menjadi skenario terburuk yang akan digunakan Beijing hanya jika negara-negara Eropa menyerang pemasok China dan melarang mereka dari jaringan 5G, mengutip laporan dari Journal.

UE sejauh ini tidak merekomendasikan larangan terhadap Huawei, tetapi telah mengeluarkan apa yang disebut "kotak peralatan" standar keamanan yang harus diterapkan oleh negara-negara anggota saat menggunakan pemasok yang dianggap berisiko tinggi untuk membangun jaringan 5G.

Sementara itu, pihak dari Nokia dan Ericsson tidak hingga kini belum berkomentar terkait hal ini.

 

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Artikel ini sebagian sudah tayang di Kompas.com dengan judul Tensi Meninggi, Ini Alasan AS Perintahkan China Tutup Konsulat di Houston, Texas.





Penulis: Haris Chaebar
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved