TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) masih menjadi yang terparah di seluruh dunia.
Lebih dari 3,5 juta kasus positif tercatat di Negeri Paman Sam, dengan 139.155 kasus meninggal dunia, per Kamis (15/7/2020).
Meski demikian, Presiden AS Donald Trump bersikeras akan memulai lagi ekonomi AS.
Selain itu, Presiden Trump ngotot ingin buka sekolah di AS.
Bahkan dirinya sempat menyebut Universitas Harvard konyol.
Sebutan itu bermula dari perbedaan sikap soal pembukaan sekolah.
Bertolak belakang dengan presiden, Universitas Harvard berencana menyelenggarakan pembelajaran di semua kelas secara online pada tahun akademik mendatang.
Hal inilah yang disebut Trump kebijakan konyol, seperti diberitakan CGTN.
Baca: Diprotes Banyak Pihak, Pemerintahan Donald Trump Tak Jadi Deportasi Pelajar Asing dari AS
Bahkan pemerintah AS sempat ingin mendeportasi mahasiswa asing yang hanya kuliah online.
Mendengar kabar ini, Harvard langsung menyampaikan kritik dan keberatannya.
Melalui sidang pada Selasa (14/7/2020) Hakim Distrik AS Allison Burroughs di Massachusetts mengatakan pemerintah AS, serta Universitas Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (yang menuntut) telah mencapai penyelesaian.
Mereka sepakat akan membatalkan aturan baru dan mengembalikan kondisi ke status quo.
Sidang tersebut hanya berlangsung kurang dari empat menit.
Kebijakan AS untuk Pelajar Asing
Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat menerapkan kebijakan baru untuk pelajar internasional di negaranya.
Cabang Immigration and Customs Enforcement (ICE) dari Departemen Keamanan Dalam Negeri mengeluarkan peraturan baru untuk siswa pertukaran, Senin (6/7/2020).
Diberitakan Al Jazeera, pihak ICE mengatakan pelajar dari luar negeri tidak diizinkan masuk AS jika sekolah menerapkan pembelajaran daring.
"Departemen Luar Negeri tidak akan mengeluarkan visa kepada siswa yang terdaftar di sekolah dan/atau program yang sepenuhnya daring untuk semester musim gugur atau Pabean dan Perlindungan Perbatasan AS tidak akan mengizinkan siswa ini untuk memasuki Amerika Serikat", keterangan pihak ICE.
Baca: Merasa Hanya Jadi Alat Politik AS, Korea Utara Tolak Dialog dengan Donald Trump: Tidak Ada Negosiasi
Sementara pelajar yang sudah berada di Negeri Paman Sam, akan diminta untuk kembali ke negara asal.
"Meninggalkan negara itu atau mengambil langkah-langkah lain, seperti mentransfer ke sekolah dengan instruksi langsung untuk tetap dalam status sah menurut hukum", lanjutnya.
Bahkan pihak berwajib akan memberikan konsekuensi tertentu bagi mereka yang tidak mentaati peraturan ini.
"Jika tidak, mereka mungkin menghadapi konsekuensi imigrasi."
"Para siswa yang menghadiri sekolah mengadopsi model hybrid - yaitu, campuran kelas online dan pribadi - akan diizinkan untuk mengambil lebih dari satu kelas atau tiga jam kredit online", kata aturan itu.
Sebuah laporan ICE tahun 2020 menunjukkan ada 1,55 juta visa pelajar non-imigran aktif di bawah program Student and Exchange visitor program (SEVP) pada tahun 2018.
Sekitar 1,3 juta dari siswa tersebut terdaftar di universitas, sekitar 85.000 berada di sekolah dasar, dengan rincian 92 persen di kelas 9-12.
Trump Minta Sekolah Dibuka
Baca: Belum Selesai Pandemi Covid-19, Virus Mematikan Dijuluki ‘Bunny Ebola’ Serang Wilayah Amerika
Presiden Donald Trump meminta sekolah harus dibuka pada musim gugur, Senin (6/7/2020).
"SCHOOLS MUS T OPEN IN THE FALL!!!" tulis Trump dalam Twitter pribadinya.
Padahal, keputusan pembukaan sekolah tidak berada di bawah kekuasaannya.
Sebagian besar sekolah ebrada di bawah yuridiksi pemerintah negara bagian dan lokal.
Sementara itu, para pendidik masih mempertanyakan keputusan tersebut.
Pasalnya, siswa dan staf pengajar masih sangat berisiko terpapar Covid-19.
Belum jelas mengenai sekolah mana yang akan dibuka Trump, apakah SD, SMP, SMA, atau perguruan tinggi.
Tindakan apa yang akan ia ambil juga belum ada rinciannya.
Baca: Penerbitan Buku John Bolton Buat Donald Trump Geram, Menlu AS: Pengkhianat Perusak Amerika
Sementara banyak sekolah dan universitas di AS tetap pada keputusan mereka untuk memulai pembelajaran tatap muka pada tahun depan.
Sebagai contoh adalah Universitas Harvard.
Mahasiswa tahun pertama Universitas Harvard akan diundang ke kampus tahun ini.
Sementara sebagian besar mahasiswa sarjana lainnya akan diminta untuk belajar dari dari rumah.
Hal itu dilaporkan oleh lembaga Ivy League pada hari Senin.
Pejabat universitas memutuskan untuk mengizinkan hanya 40 persen dari mahasiswa sarjana di kampus dalam upaya untuk mengurangi kepadatan dan mencegah penyebaran COVID-19.
Semua mahasiswa baru akan diundang, bersama dengan beberapa siswa lain yang memiliki hambatan belajar dari jarak jauh.
Namun, semua kelas tetap diajarkan secara online, di mana pun siswa tinggal.
Siswa yang berada di kampus akan tinggal di kamar asrama, tetapi terus mengambil kelas mereka dari jarak jauh, kata universitas.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)