TRIBUNNEWSWIKI.COM - Ada tambahan lebih dari 59.000 kasus infeksi virus corona yang dilaporkan oleh Amerika Serikat (AS) pada Rabu (8/7/2020).
Jumlah tambahan kasus Covid-19 tersebut merupakan yang terbesar yang pernah terjadi di satu negara dalam sehari.
Dilansir dari Reuters, lonjakan tajam kasus Covid-19 di AS yang bersamaan dengan musim panas membuat suasana di negeri adidaya itu tampak lebih suram.
Bahkan, sejumlah negara bagian terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk menutup bar dan pantai-pantai populer guna mengekang kenaikan pasien Covid-19.
Dari data terbaru terlihat, hampir 10.000 kasus positif berada di Florida.
Sedangkan California dan Texas, masing-masing melaporkan lebih dari 7.000 kasus baru.
Sementara itu, Tennessee, Virginia Barat, dan Utah juga mencatatkan rekor kenaikan kasus harian baru.
Menurut analisis Reuters, dari kasus Covid-19 selama dua minggu terakhir, infeksi ini juga sudah melesat di 42 dari 50 negara, dibanding dua minggu sebelumnya.
Baca: Catat Rekor Baru Dunia, Ada Lebih dari 55 Ribu Tambahan Kasus Covid-19 di AS dalam Sehari
Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021
Hasil penghitungan AS terakhir di 59.060 pada akhir Rabu (8/7). Namun, jumlah tersebut belum final karena ada beberapa negara bagian yang belum melaporkan.
Rekor penambahan kasus virus corona di AS terjadi pada Jumat (3/7). Kala itu ada 56.818 kasus baru yang dilaporkan dalam sehari
WHO Kini Mengakui Virus Corona Bisa Menular melalui Udara
Setelah sempat menyangkal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (7/7/2020), mengakui virus corona penyebab Covid-19 bisa menular melalui perantara udara.
Sebelumnya, WHO sempat dikritik oleh ratusan ilmuwan karena dianggap meremehkan transmisi melalui udara.
Mereka mendesak agar WHO merevisi panduannya mengenai penanganan virus corona jenis baru ini.
Selama ini, WHO mengatakan virus bernama SARS-Cov-2 ini menyebar melalui percikan atau droplet yang dikeluarkan manusia dari hidung dan mulut.
"Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk Covid-19," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan Covid-19, dikutip dari Reuters.
Temuan bahwa virus ini bisa menyebar lewat udara pertama kali disampaikan melalui jurnal Clinical Infectious Diseases yang disusun oleh 239 ilmuwan dari 32 negara.
Jurnal tersebut menguraikan bagaimana partikel terkecil dari virus bisa bertahan cukup lama di udara sebelum akhirnya masuk melalui saluran pernapasan.
Atas temuan itulah sekelompok peneliti ini mendesak WHO untuk segera menerbitkan panduan baru dalam upaya mengatasi penyebaran virus yang sudah menyebar di seluruh dunia ini.
"Kami ingin mereka (WHO) mengakui bukti yang kami temukan," ungkap Jose Jimenez, ahli kimia dari University of Colorado yang ikut dalam penelitian.
Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021
Baca: Peneliti Ungkap Alasan Alat Kelamin Pria yang Terinfeksi Corona Bisa Ereksi 4 Jam Lebih Tanpa Libido
Ia menambahkan bahwa jurnal yang disampaikan ini bukan merupakan upaya untuk menyalahkan atau menjatuhkan WHO, melainkan upaya diskusi melalui pendekatan ilmiah.
Tim ilmuwan ini juga merasa bahwa temuan ini harus disampaikan secara luas oleh mereka sendiri setelah sebelumnya WHO sama sekali tidak menanggapinya.
Jimenez mengatakan pihak WHO selalu menilai bukti tentang transmisi udara ini tidak beragam secara ilmiah, dan tidak didukung oleh para ahli yang ada di bidangnya.
Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan ada bukti yang menunjukkan penularan virus corona melalui udara. Namun, hal itu masih belum pasti.
"Kemungkinan penularan melalui udara di ruang publik - terutama di kondisi spesifik seperti padat, tertutup, serta mekanisme ventilasi yang buruk sudah dijelaskan dan tidak dapat dikesampingkan," ungkapnya.
Meskipun demikian, tambahnya, perlu lebih banyak lagi bukti yang dikumpulkan untuk bisa mendukung penelitian ini.
Baca: Mengenal Senyawa Eucalytol di Kalung Aromaterapi, Diklaim Bisa Tangkal Virus Corona
Baca: Studi Terbaru Sebut Mutasi Sebabkan Virus Corona Lebih Mudah Menginfeksi Manusia
Jika penelitian ini nantinya bisa benar-benar terbukti dan disetujui oleh WHO, maka protokol kesehatan baru haru bisa segera pula diterbitkan.
Proses sosialisasi protokol baru juga harus dengan cepat dilakukan agar pencegahan bisa berjalan dengan efektif.
WHO: Sangat Kecil Kemungkinan Hewan Peliharaan Menularkan Covid-19 ke Manusia
Banyak anggota masyarakat yang khawatir akan penularan Covid-19 dari hewan peliharaan.
Pada awal terjadi wabah, sejumlah penghuni apartemen di Wuhan, China, melemparkan binatang peliharaannya dari ketinggian lantai kediaman mereka melalui jendela.
Aksi itu membuat banyak kucing yang tergeletak mati di jalanan sekitar gedung.
Mereka sempat panik dan khawatir ketika mendengar kabar ada kemungkinan penularan terjadi dari binatang peliharaan kepada manusia, jadi melempar binatang kesayangan ke luar rumah menjadi opsi yang mereka ambil.
Namun, hal itu ternyata tidak sepenuhnya benar.
Belum ada bukti kuat penularan
Kepala penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan dalam sebuah konferensi pers di Jenewa menyatakan tidak ada cukup bukti yang membenarkan binatang bisa menularkan virus corona kepada manusia.
"Beberapa jenis binatang seperti musang, kucing, dan bahkan harimau, mereka sudah ada yang menerima infeksi dari manusia ke binatang, tetapi sangat sedikit bukti yang menunjukkan infeksi dari arah sebaliknya," kata Swaminathan dikutip dari Reuters, Jumat (3/7/2020).
Disebutkan, dalam percobaan yang dilakukan musang dan kucing terbukti mampu menularkan infeksi ke hewan lain dari spesies yang sama.
Baca: Muncul Flu Babi Jenis Baru di China, Simak Cara G4 Menular dari Hewan ke Manusia
Baca: Studi Harvard: Strain Covid-19 yang Mewabah di Beijing Mungkin Berasal dari Asia Tenggara
Namun, tidak ada bukti yang membenarkan asumsi bahwa hewan ini bisa menyebarkan Covid-19 kepada manusia.
"Sangat kecil risiko penularan (Covid-19) dari binatang peliharaan sebagaimana banyak dikhawatirkan bahwa binatang peliharaan menjadi sumber infeksi," ujar Swaminathan.
Untuk itu, rekomendasi yang dikeluarkan justru lebih kepada manusia itu sendiri.
Siapa pun yang terdeteksi mengidap Covid-19 untuk membatasi kontak dengan orang lain atau binatang.
Namun, berhubung data ini masih merupakan hasil temuan awal, WHO menyebut masih akan terus mendalami isu ini dan segera memperbarui temuannya jika memang ditemukan data yang berbeda.
Dengan demikian virus telah berpindah dari hewan ke manusia, tapi belum ada bukti virus itu dapat menular antarmanusia.
"Itu kekhawatiran kami bahwa infeksi virus G4 akan beradaptasi di manusia dan meningkatkan risiko pandemi pada manusia," tulis para peneliti sebagaimana dikutip AFP.
Para penulis pun menyerukan upaya-upaya mendesak untuk memantau orang-orang yang bekerja dengan babi.
"Ini pengingat yang baik bahwa kita terus-terusan menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru dan bahwa hewan ternak, yang berkontak lebih dekat dengan manusia daripada satwa liar, juga bisa menjadi sumber virus pandemi," terang James Wood kepala departemen kedokteran hewan di Universitas Cambridge, dikutip dari AFP.
Infeksi zoonosis disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia.
(TribunnewsWiki/Tyo/Kompas/Luthfia Ayu Azanella/Kontan/Anna Suci Perwitasari)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "WHO akhirnya mengakui klaim bahwa virus corona bisa menyebar lewat udara"