Demonstrasi di AS Belum Usai, Donald Trump Ancam Serius Kerahkan Militer Demi Hentikan Kerusuhan

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berniat akan memaksakan darurat militer jika para Gubernur kota tak mau menghadirkan militer atasi demonstrasi.


zoom-inlihat foto
presiden-as-donald-trump.jpg
Mandel NGAN / AFP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Amerika Serikat (AS) saat ini masih menghadapi situasi demonstrasi massal di beberapa wilayah.

Kematian warga kulit hitam, George Floyd di tangan seorang polisi kulit putih, Derek Chauvin adalah pemantik utama arus demonstrasi di Amerika Serikat tak kunjung berhenti hingga kini.

Penentangan terhadap rasisme yang terjadi di negeri Paman Sam semakin luas.

Situasi tersebut bahkan sanggup menimbulkan solidaritas internasional dengan diikuti aksi serupa di berbagai negara untuk menentang bentuk-bentuk penindasan rasial atau rasisme yang terjadi.

Atas situasi di negaranya, sembari mendeklarasikan dirinya sebagai "presiden hukum dan ketertiban", Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berjanji pada hari Senin (29/6/2020) untuk mengembalikan ketertiban di Amerika dengan menggunakan kekuatan militer jika kekerasan terus meluas.  

Melansir Reuters, pihak kepolisian tampak menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan demonstran damai di dekat Gedung Putih pada hari Senin.

Orang-orang berlarian dengan membawa barang-barang yang dijarah di sebuah toko pakaian di pusat kota Long Beach, California, Amerika Serikat pada (31/5/2020) dalam aksi protes menentang kematian George Floyd. George Floyd seorang pria kulit hitam tak bersenjata yang meninggal ketika ditangkap dan lehernya dijepit ke tanah menggunakan lutut oleh seorang petugas kepolisian Minneapolis, Minnesota.
Orang-orang berlarian dengan membawa barang-barang yang dijarah di sebuah toko pakaian di pusat kota Long Beach, California, Amerika Serikat pada (31/5/2020) dalam aksi protes menentang kematian George Floyd. George Floyd seorang pria kulit hitam tak bersenjata yang meninggal ketika ditangkap dan lehernya dijepit ke tanah menggunakan lutut oleh seorang petugas kepolisian Minneapolis, Minnesota. (AFP/Apu GOMES)

Para penegak hukum, termasuk petugas yang menunggang kuda, mengamankan demonstran di Lafayette Park, yang terletak di seberang jalan Gedung Putih ketika Trump membuat pernyataannya dari Rose Garden.

Presiden berjanji untuk mengakhiri enam malam penjarahan dan kekerasan di kota-kota besar di seluruh negara dengan segera.

Baca: Pengamat: Kim Jong Un Memprovokasi Korsel agar Korut Bisa Menarik Perhatian Amerika Serikat

Baca: Krisis Baru Amerika Serikat, Sejumlah Petugas Polisi Mengundurkan Diri Setelah Kematian George Floyd

Baca: Izinkan Perusahaan di Negaranya Kembali Berbisnis dengan Huawei, Amerika Serikat Melunak ke China?

Dia mengatakan bahwa ia akan mengerahkan militer AS jika gubernur negara bagian menolak memanggil Garda Nasional. 

"Walikota dan gubernur harus membangun kehadiran penegakan hukum yang luar biasa sampai kekerasan berhasil diatasi," kata Trump seperti yang dilansir Reuters

Dia menambahkan, "Jika sebuah kota atau negara bagian menolak untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti penduduk mereka, maka saya akan mengerahkan militer Amerika Serikat dan dengan cepat menyelesaikan masalah bagi mereka."

Ketika tindakan polisi terhadap para pengunjuk rasa memberinya jalan yang aman, Trump berjalan dari Gedung Putih ke Gereja Episkopal St. John di dekatnya bersama dengan pejabat lain termasuk Jaksa Agung AS William Barr. Trump berpose untuk foto sambil memegang Alkitab.

Presiden AS Donald Trump berbicara tentang COVID-19, yang dikenal sebagai coronavirus, setelah menandatangani Proklamasi untuk menghormati Hari Perawat Nasional di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, DC, 6 Mei 2020.
Presiden AS Donald Trump berbicara tentang COVID-19, yang dikenal sebagai coronavirus, setelah menandatangani Proklamasi untuk menghormati Hari Perawat Nasional di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, DC, 6 Mei 2020. (SAUL LOEB / AFP)

Pasukan keamanan yang bergerak melawan demonstran di Gedung Putih termasuk polisi militer Garda Nasional, Dinas Rahasia, polisi Departemen Keamanan Dalam Negeri serta polisi Distrik Columbia.

Aksi demonstrasi brutal anti-polisi, yang telah berubah menjadi kekerasan setiap malam selama minggu lalu, meletus atas kematian George Floyd, seorang warga Amerika keturunan Afrika berusia 46 tahun yang meninggal di tangan polisi Minneapolis setelah dijepit di lutut selama hampir 9 menit oleh seorang petugas kepolisian kulit putih.

Autopsi kedua yang diperintahkan oleh keluarga Floyd dan dirilis pada hari Senin menemukan bahwa kematiannya adalah pembunuhan akibat "sesak napas mekanik," yang berarti bahwa kekuatan fisik mengganggu pasokan oksigennya.

Laporan itu mengatakan, tiga petugas kepolisian berkontribusi pada kematian Floyd.

Hasil pemeriksaan medis wilayah Hennepin kemudian juga merilis rincian temuan otopsi yang juga mengatakan kematian Floyd adalah pembunuhan yang disebabkan oleh sesak napas.

Laporan county menambahkan bahwa Floyd menderita kardiopulmoner ketika ditahan oleh polisi dan bahwa ia menderita penyakit jantung arteriosklerotik dan hipertensi, keracunan fentanil dan penggunaan metamfetamin baru-baru ini.

Derek Chauvin, perwira polisi Minneapolis berusia 44 tahun yang berlutut di Floyd, ditangkap atas tuduhan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan berencana tingkat dua.

Trump hendak ditangkap Iran

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kini memasuki babak baru.

Kedua negara memang sering tidak duduk dalam satu pendapat terkait berbagai permasalahan.

Kini Iran pun seakan membunyikan alarm perang dengan Amerika Serikat.

Hal tersebut bisa dilihat dengan terbitnya surat perintah penangkapan terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Surat penangkapan Donald Trump ini merupakan buntut pembunuhan Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Penerbitan surat penangkapan Donald Trump itu dibuat oleh Ali Alghasi-Mehr, Jaksa Agung Teheran, seperti dilaporkan kantor berita semi-resmi Fars pada Senin (29/6/2020).

Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds, sayap elite di Garda Revolusi Iran, dibunuh oleh AS ketika berada di Baghdad, Irak, Januari lalu.

Soleimani tewas bersama wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, ketika kendaraan mereka diluluhlantakkan oleh rudal.

Baca: Iran Menguji Coba Rudal Berdaya Jangkau 280 Km, Menhan Amir Hatami: Musuh-Musuh Iran Ketakutan

Baca: AS Semakin Intens Lakukan Aktivitas Militer di Laut China Selatan, Pertanda Siap Gempur Tiongkok?

Baca: Buntut Panjang Konflik di Himalaya, India Larang TikTok dan 58 Aplikasi China Lain Masuk Negaranya

Qassem Solemani.
Qassem Solemani. (AFP)

Dalam pernyataannya, Alghasi-Mehr menuding Trump dan 35 warga Iran lainnya bertanggung jawab atas kematian mayor jenderal yang dibunuh di usia 62 tahun itu.

Diwartakan CNBC, sang jaksa agung ibu kota Iran itu menjerat Presiden AS dan puluhan lainnya dengan dakwaan pembunuhan dan terorisme.

Dia mengklaim sudah meminta kepolisian internasional (Interpol) untuk menerbitkan red notices untuk mempermudah penangkapan Donald Trump

Red notices merupakan pemberitahuan tertinggi yang dikeluarkan oleh Interpol, dan dirilis terhadap individu yang dianggap target penting.

Meski begitu, presiden 74 tahun tersebut diyakini akan lolos dari upaya itu.

Interpol dipercaya tidak akan begitu saja menanggapi surat penangkapan Donald Trump.

Sebabnya dalam panduan dalam organisasi penegakan hukum internasional itu, terdapat larangan mengambil permintaan yang sifatnya politis.

Qassem Soleimani dilabeli teroris oleh Gedung Putih, dengan dia dituding bertanggung jawab atas kematian ratusan pasukan AS di Irak.

Kematian sang komandan yang digadang menjadi suksesor Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei itu menimbulkan kemarahan dari sekutu Iran.

Teheran sendiri melakukan balasan beberapa hari berselang, di mana mereka menghujani dua pangkalan AS di Irak dengan rudal.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Kontan.co.id berjudul Washington DC keos! Trump ancam akan kerahkan militer untuk hentikan kerusuhan.





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved