PM India Narendra Modi Menyebut Aktivitas Yoga sebagai 'Perisai Pelindung' dari Virus Corona

Modi juga memuji yoga sebagai cara untuk meringankan tekanan luar biasa yang dialami orang-orang karena virus corona.


zoom-inlihat foto
perdana-menteri-india-narendra-modi-909.jpg
Handout / PIB / AFP
Perdana Menteri India Narendra Modi. Modi memuji yoga sebagai "perisai pelindung" yang bisa mencegah orang terpapar virus corona.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan yoga adalah "perisai pelindung" dari virus corona penyebab Covid-19.

Hal ini dikatakan Narendra Modi melalui pesan di video YouTube menjelang Hari Yoga Dunia pada Minggu (21/6/2020).

Menurutnya, yoga dapat membangun kekebalan tubuh sehingga dapat melawan virus corona.

"Kita semua tahu bahwa sampai saat ini dunia belum dapat mengembangkan vaksin untuk Covid-19 atau coronavirus," kata Modi dalam video, dikutip dari AFP, Kamis (18/6/2020).

"Itu sebabnya, hanya kekebalan tubuh yang dapat bertindak sebagai perisai pelindung atau kami dan anggota keluarga kami. Yoga adalah teman terpercaya kami dalam membangun perisai pelindung ini," katanya.

Dia diketahui telah mendirikan sebuah pelayanan untuk mempromosikan yoga dan perawatan tradisional India lainnya ketika berkuasa pada 2014.

Perdana Menteri berusia 69 tahun itu juga yang mengusulkan Hari Yoga Dunia ke PBB dan mendapatkan persetujuan di tahun itu.

Pada peringatan Hari Yoga Dunia, orang-orang biasanya berkumpul untuk acara yoga publik, bukan hanya di India, tapi di seluruh dunia.

Tahun ini, Modi menyerukan kepada semua orang untuk memperingati hari itu di dalam ruangan.

Baca: Rajin Nge-gym dan Yoga, Andrea Dian Tak Habis Pikir Dirinya Terinfeksi Corona: Siapa pun Bisa Kena

Baca: Lakukan Yoga Ekstrem, Seorang Mahasiswa Terjatuh dari Balkon Lantai 6

Ilustrasi yoga
Ilustrasi yoga (Petrenkod)

Modi juga memuji yoga sebagai cara untuk meringankan tekanan luar biasa yang dialami orang-orang karena virus itu.

"Yoga memiliki potensi untuk memenuhi tantangan mental, fisik, dan psikologis. Ini menguji bagaimana seseorang dapat hidup di masa yang penuh tantangan," kata dia.

Pada bulan Januari, Kementerian AYUSH (Ayurveda, Yoga & Naturopathy, Unani, Siddha, Sowa Rigpa dan Homeopathy) merilis sebuah penasihat tentang bagaimana homeopati kuno dan pengobatan Ayurveda dapat membantu orang India memerangi virus corona.

Akan tetapi, para ahli terlah memperingatkan bahwa belum ada bukti ilmiah tentang pengobatan alternatif dapat menyembuhkan Covid-19.

Pemerintah nasional dan negara bagian India juga menekankan pentingnya mengenakan masker dan menjaga jarak.

Hingga saat ini, India menjadi negara dengan kasus virus corona tertinggi di Asia.

Negara itu telah melaporkan 380.532 kasus infeksi dengan 12.573 kematian.

Meski angka infeksi masih tinggi, India telah membuka penguncian nasional dengan mengizinkan kembali sejumlah aktivitas masyarakat.

Antibodi Pasien Sembuh dari Covid-19 hanya Bertahan Tiga Bulan

Studi terbaru menyebutkan bahwa pasien sembuh dari Covid-19 memiliki antibodi yang tidak bertahan lama.

Hasil studi tersebut diterbitkan di jurnal Nature Medicine, Kamis (18/6/2020) 

Sebagai informasi, antibodi merupakan protein pelindung yang dihasilkan tubuh dalam merespons infeksi.

Pada pasien Covid-19, antibodi yang terbentuk hanya bertahan dua hingga tiga bulan, terutama bagi orang tanpa gejala (OTG).

Melansir New York Times, kesimpulannya bukan berarti bahwa para pasien sembuh ini dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.

Bahkan, tingkat rendah dari antibodi masih bisa melindungi dari infeksi, seperti juga sel T dan sel B pada sistem kekebalan tubuh.

Sel T adalah sel yang berperan mematikan virus, sedangkan sel B memiliki peran untuk merekam jenis infeksi dan mengembangkan antibodi yang sesuai.

Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pasien yang berhasil sembuh dari Covid-19 tidak serta merta menjadi kebal.

Baca: Uji Coba Vaksin Corona Buatan AS ini Hasilkan Antibodi Pelindung, Berikan Secercah Harapan

Baca: Ilmuwan China Temukan Dua Antibodi yang Potensial untuk Pengobatan Covid-19

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (Freepik)

Sementara itu, antibodi terhadap virus corona lain, termasuk yang menyebabkan SARS dan MERS, diperkirakan bertahan sekitar satu tahun.

Para ilmuwan berharap antibodi terhadap virus corona baru ini juga bisa bertahan setidaknya dalam waktu yang sama.

OTG memiliki tingkat antibodi lebih rendah

Dalam studi terbaru ini, para peneliti membandingkan 37 orang tanpa gejala (OTG) dengan 37 orang yang memiliki gejala di Distrik Wanzhou, China.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa OTG memiliki respons yang lebih lemah terhadap virus dibandingkan mereka yang memiliki gejala.

Tingkat antibodi pada 40 persen OTG turun hingga ke tingkat tidak terdeteksi, sedangkan pada orang yang memiliki gejala hanya 13 persen yang mengalami penurunan tingkat antibodi.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa penelitian ini mengambil sampel dalam jumlah kecil dan para peneliti tidak memperhitungkan perlindungan dari sel-sel kekebalan yang bisa melawan atau mengembangkan antibodi baru untuk merespon serangan virus.

“Sebagian besar orang pada umumnya tidak menyadari sel T, sehingga sebagian besar penelitian telah difokuskan pada tingkat antibodi,” kata Angela Rasmussen, seorang ahli virus di Universitas Columbia.

Terlepas dari sel T yang dapat membunuh virus seketika, orang yang telah terinfeksi juga dapat mengembangkan apa yang disebut sebagai sel B memori yang dapat dengan cepat meningkatkan produksi antibodi saat dibutuhkan.

"Jika mereka menemukan virus lagi, mereka (sel B) ingat dan mulai membuat antibodi dengan sangat, sangat cepat," kata Florian Krammer, seorang ahli virus di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai.

Baca: WHO Peringatkan soal Tes Antibodi Tidak Menjamin Pasien Covid-19 yang Pulih Bisa Terinfeksi Lagi

Baca: Vaksin Polio Disebut Mampu Berikan Perlindungan Sementara Terhadap Virus Corona, Ini Penjelasannya

Vaksin sangat penting Akiko Iwasaki, seorang ahli imunologi virus di Universitas Yale, menyebutkan bahwa hasil studi ini memberi gambaran tentang pentingnya mengembangkan vaksin yang kuat, karena antibodi yang terbentuk secara alami ternyata tidak optimal dan tidak bertahan lama.

“Laporan-laporan ini menyoroti perlunya mengembangkan vaksin yang kuat, karena kekebalan yang berkembang secara alami selama infeksi tidak optimal dan berumur pendek pada kebanyakan orang,” kata Iwasaki.

"Kita tidak bisa mengandalkan infeksi alami dan pembentukan antibodi secara alami untuk mencapai herd immunity," tambahnya.

(TribunnewsWiki/Tyo/Ahmad Naufal Dzulfaroh)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat PM India Promosikan Yoga untuk Perangi Virus Corona..."





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved