TRIBUNNEWSWIKI.COM - Penyebaran virus corona telah meluas ke berbagai belahan dunia.
Para ahli virus pun menuturkan telah terjadi mutasi pada virus Corona dan disebutkan terdapat beberapa tipe virus corona yang saat ini menyebabkan pandemi di dunia.
Meski begitu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio menyatakan tiga jenis virus corona di Indonesia ternyata tidak masuk kelompok besar S, G, maupun V yang ada di dunia.
Menurut Amin, Eijkman sebelumnya telah mengirim tujuh whole genome sequencing (WGS) virus corona dari Indonesia ke lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
"Nah tiga dari tujuh WGS yang dikirim Eijkman itu tidak termasuk S, G, maupun V, sehingga sementara ini dikelompokkan sebagai others," kata Amin dikutip Tribunnewswiki.com dari Kompas.com, Jumat (5/6/2020).
Perlu untuk diketahui, GISAID adalah bank data influenza di dunia yang bertugas mengumpulkan semua virus flu.
Tak hanya itu, GISAID juga melakukan penelitian terhadap virus penyebab Covid-19.
"Ada tiga virus Indonesia yang sejak awal dilaporkan tidak termasuk dalam kelompok besar yang ada di dunia ini menurut GISAID," ujar Amin.
Baca: Kabar Baik, Pemerintah Ungkap RI Mampu Produksi Vaksin Virus Corona, Ini Waktu Imunisasi Massalnya
Baca: 3 Strain Virus Corona di Indonesia Belum Terkategorisasi, Menristek: Indonesia Perlu Vaksin Khusus
Baca: Akibat Pandemi Corona, Australia Alami Resesi Pertama Kalinya dalam 3 Dekade, Bagaimana Indonesia?
Amin menyampaikan ada suatu badan juga yang melakukan analisis data genom virus di dunia, yakni NEXTSTRAIN yang juga memberikan analisis.
Tiga WGS virus Indonedia tadi, lanjutnya, bila berdasarkan NEXTSTRAIN masuk dalam kelompok 19A.
"Artinya kelompok A yang sudah ada sejak tahun 2019," papar Amin.
Ketika disinggung berapa jenis virus corona yang saat ini ada di Indonesia, Amin tidak bisa menjawab dengan pasti.
Pasalnya, saat ini baru sedikit strain atau jenis virus corona yang di-submit. "Untuk berapa jenisnya, saat ini masih sedikit yang di-submit.
Dari Eijkman baru 7 yang di submit, dari Unair baru 2, yang lainnya baru proses karena belum lengkap," jelas dia.
"Yang dari Unair, kalau enggak salah 1 di antaranya itu masuk di kelompok G," imbuhnya.
Penjelasan Epidemiolog
Dikonfirmasi terpisah, pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyatakan bahwa hal ini mengindikasikan virus corona terus bermutasi.
Kendati demikian, ia menilai seharusnya dilihat dari keseluruhan pihak yang mensubmit jenis virus, tidak hanya dari Eijkman saja.
"Jadi kita ingin melihat polanya. Apakah mutasinya di Indonesia atau di luar Indonesia, ini penting," kata Pandu.
Lebih lanjut, hal ini juga menuntut dalam pembuatan vaksin harus mengantisipasi semua jenis virus corona yang ada.