Ahli Psikologi Politik Soroti Kebijakan Indonesia Tangani Covid-19 : Hanya Perlu Dukungan Masyarakat

Hamdi Muluk, Ahli Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) menjelaskan, pemerintah Indonesia telah melaksanakan metode penanganan Covid-19


zoom-inlihat foto
hamdi-muluk.jpg
Kompas.com/KRISTIAN ERDIANTO
Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk dalam sebuah diskusi di kantor Populi Center, Jakarta Barat, Kamis (15/11/2018).


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hamdi Muluk, Ahli Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) menjelaskan, pemerintah Indonesia telah melaksanakan metode penanganan wabah virus corona yang juga diterapkan seluruh negara terdampak.

Hamdi menjalaskan, agar berjalan efektif, maka segala kebijakan tersebut harus didukung oleh masyarakat.

Ada lima metode yang diterapkan di negara terdampak Covid-19 termasuk Indonesia.

Dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari bagaimana penekanan, variasi dan intensitasnya.

Saat konferensi pers di BNPB pada Minggu( (10/5/), Hamdi mengatakan terkait metode yang perlu dukungan masyarakat.

"Pemerintah sudah melakukan kelimanya, tinggal sekarang kelima metode ini perlu dukungan perilaku masyarakat, karena kebijakan ini objek dan subjeknya orang, yang berperilakunya manusia," kata Hamdi.

Baca: Ada Tuduhan Lakukan Kecurangan Tarif Listrik saat Pandemi Corona, PLN Beri Klarifikasi

Baca: Peneliti Temukan Gejala Baru yang Tidak Ditemukan di Pasien Positif Corona Lainnya

Pertama, soal komunikasi risiko.

Hamdi menyebutkan, pemerintah harus memastikan jika komunikasi kemasyarakatan terkait virus corona sampai secara proporsional, tepat, akurat sehingga tidak ada info yang simpang siur dan keliru.

Dia mengatakan informasi yang diumumkan mengenai Covid-19, tidak boleh bias dan menakut-nakuti sehingga orang menjadi paranoid dan stress berlebihan.

Perlu digaris bawahi, tapi juga tak boleh menjelaskan jika pandemi virus corona tidak bahaya sebab membuat orang menjadi tidak peduli dan menganggapnya enteng.

"Manajemen info kata kunci karena ini akan mempengaruhi pola pikir orang, emosi, dan caranya berperilaku. Jadi seakurat mungkin jangan sampai keliru, ambigu, berkembang jadi hoaks dan rumor. Ada juga teori konspirasi, jangan sampai ditangkap masyarakat," ujar dia.

Ilustrasi mencuci tangan dengan sabun.
Ilustrasi mencuci tangan dengan sabun. (medicalnewstoday.com)

Kedua, mengenai aspek higienitas terkait protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, menjaga kebersihan pribadi, dan lingkungan harus maksimal.

Selanjutnya, penerapan ketat pada pembatasan fisik dengan istilah sociial atau physical distancing yang terdiri dari beberapa variasi.

Diawali dari lockdown sampai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang telah menjadi kebijakan di Indonesia.

Keempat, kebijakan untuk mempercepat tes massal Covid-19 seluas-luasnya guna mengetahui pemetaan wilayah masuk kategori zona merah, kuning, atau hijau.

Baca: Keluarga Lebih Pilih Jenazah Djoko Santoso Dimakamkan di San Diego Hills Dibanding TMP Kalibata

Baca: JAWABAN Belajar dari Rumah TVRI SD Kelas 1-3, Senin 11 Mei: Mengapa Wayan Harus Tanggung Jawab?

Hal ini bertujuan supaya diketahui daerah bersangkutan perlu ditutup atau tidak

Terakhir, mengenai terapi medis, seperti soal pengobatan, kelengkapan alat pelindung diri (APD), alat bantuan medis, sampai memaksimalkan rumah sakit.

Perihal tersebut perlu dilaksanakan karena vaksin Covid-19 masih belum ditemukan dan membutuhkan waktu lama.

"Supaya maksimal, kita perlu menyiapkan setiap orang mempunyai penataan diri, hati, emosi, dan pikiran semaksimal mungkin sehingga kita tangguh secara ekonomi, fisik, sosial, dan spritiual," tuutupnya.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka, Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Ahli Psikologi Politik: Penanganan Covid-19 di Indonesia Sama dengan Negara Lain, tetapi..."





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved