Susy Susanti Beber Kisah Heroik Olimpiade Barcelona 1992, Tegang, Sulit Tidur : Cuma Makan Nasi Abon

Kisah Susy Susanti Raih Emas Olimpiade Barcelona 1992, Tak Bisa Tidur dan Kehilangan Nafsu Makan.


zoom-inlihat foto
kabid-binpres-pp-pbsi-susy-susanti-saat-ditemui-awak-media.jpg
Farahdilla Puspa
Kabid Binpres PP PBSI, Susy Susanti saat ditemui awak media di PP PBSI, Selasa (16/4/2019)


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kisah Susy Susanti Raih Emas Olimpiade Barcelona 1992, Tak Bisa Tidur dan Kehilangan Nafsu Makan

Sosok Susy Susanti akan terus melekat dalam kisah sukses Indonesia di Olimpiade.

Legenda bulu tangkis yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI itu merupakan atlet Indonesia pertama yang sukses mendulang medali emas pada ajang multievent terbesar di dunia.

Susy Susanti merebut medali emas Olimpiade Barcelona 1992 setelah menaklukkan Bang Soo Hyun (Korea Selatan).

Sukses meraih capaian tersebut, Susy Susanti setuju jika meraih juara di Olimpiade tak semudah memenangkan gelar di kejuaraan lain.

Ketegangan dan tekanan yang luar biasa pasti dirasakan oleh para atlet yang membela negaranya di ajang Olimpiade.

Hal yang sama juga dirasakan Susy kala itu.

Susy Susanti mengaku sempat tak bisa tidur dan kehilangan nafsu makan pada malam sebelum laga final.

Besarnya tekanan dan beban yang dia rasakan membuat Susy ingin laga final cepat berlalu.

"Perasaan malam itu mata saya sudah dipejamkan, tapi tetap enggak bisa tidur, otaknya mikir terus," kata Susy Susanti seperti dikutip dari Kompas.com.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Susy Susanti.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Susy Susanti. (KOMPAS.com/FAISHAL RAIHAN)

"Makan pun dipaksa demi jaga kondisi, padahal enggak nafsu makan sama sekali.

Akhirnya malam itu saya cuma makan nasi pakai abon dan ikan asin, sama minum segelas susu," katanya melanjutkan.

Susy pun mengakui ketegangan itu merupakan hal biasa yang pasti dirasakan oleh semua atlet.

Hanya saja, bagaimana atlet itu sendiri yang bisa mengatasinya sehingga tidak mengganggu penampilan di lapangan.

"Mau tidur pun sampai bolak-balik, ke kamar, lalu keluar lagi.

Begitu terus sampai tengah malam.

Ketegangan ini harus diatasi, jangan sampai merugikan kita, harus bisa diatur," kata legenda berusia 49 tahun itu.

Sebelum bertanding, Susy juga meminta agar dirinya tidak diganggu.

Sebab, menurut Susy, pertemuan atlet dengan banyak orang sebelum bertadning bisa mengganggu persiapan dan konsentrasi atlet itu sendiri.

Hal itulah yang kemudian Susy tekankan kepada para pebulu tangkis Indonesia saat ini.

"Tiap atlet punya kebiasaan yang berbeda sebelum tanding.

Ada yang dengar musik, menyendiri, dan berdoa. Kalau ketemu orang, ada saja yang bilang, 'harus juara ya, harus dapat emas ya'," ucap Susy Susanti.

Susy Susanti pun mengatakan sebagai seorang atlet, tak boleh ada rasa cepat puas dalam dirinya.

Atlet harus punya target untuk bisa meraih sesuatu melebihi apa yang pernah diraih sebelumnya.

Susy pun berharap kisah perjalanan emasnya menjadi motivasi dan suntikan semangat bagi pebulu tangkis Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.

Kesiapan mental menjadi bekal utama bagi atlet di Olimpiade.

Sebab, atlet tak hanya berhadapan dengan lawan, tapi juga harus bisa mengalahkan situasi dan diri sendiri.

Perjalanan Emas Barcelona 1992

Legenda bulu tangkis yang juga Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti, mengisahkan perjalanannya meraih medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992.

Susy Susanti menjadi atlet Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade.

Pada laga final Olimpiade Barcelona 1992, Susy Susanti mengalahkan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun, dengan skor 5-11, 11-5, 11-3.

Susy mengaku sempat heran saat dirinya tak bisa keluar dari tekanan lawan pada gim pertama.

Padahal, dalam rekor pertemuan, Susy unggul jauh atas Bang Soo-hyun.

Susy Susanti mengaku berpikir keras untuk bisa mengubah permainan dan mengalahkan Bang Soo-hyun pada gim berikutnya.

Sebagai informasi, kala itu, pemain tak boleh didampingi oleh pelatih di pinggir lapangan layaknya para pemain bulu tangkis saat ini.

"Jangankan mendampingi, kalau teriak saja dari bangku penonton, bisa disuruh keluar stadion. Jadi benar-benar harus berpikir sendiri," kata Susy Susanti dikutip dari Kompas.com.

"Lalu saya coba dan akhirnya bisa ke gim ketiga. Dari sini saya mulai yakin, saya lebih unggul fisiknya, dia enggak pernah menang lawan saya kalau rubber game. Ibaratnya saya mesin diesel, makin lama, makin panas," kata Susy melanjutkan.

Setelah memastikan medali emas, Susy mengatakan seluruh bebannya selama enam tahun persiapan menuju Olimpiade akhirnya bisa dia lepaskan.

Susy menambahkan, dia tak pernah melakukan selebrasi saat memenangi pertandingan apapun.

Namun, saat dia mengakhiri gim ketiga dengan kemenangan 11-3, Susy langsung melakukan selebrasi dengan berteriak kencang.

"Saya kalau juara enggak pernah selebrasi, rasanya di Olimpiade itu pertama kalinya saya juara langsung teriak," kata mantan pebulu tangkis kelahiran 1971 itu.

"Rasanya beban saya, tanggung jawab saya, lepas semua. Bayangkan pressure-nya, semua orang yang ketemu saya sebelum Olimpiade selalu bilang, 'Susy harus juara, ya!"

Susy Susanti berpose saat media visit promo film Susi Susanti:
Susy Susanti berpose saat media visit promo film Susi Susanti: Love All di redaksi Kompas.com, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (17/10/2019).

Susy Susanti mengaku dirinya merasa terharu dan bangga saat mendengarkan lagu Indonesia Raya dan tak dapat menahan air matanya saat sang Merah Putih dikibarkan.

Bagi Susy, meraih kemenangan di ajang multievent dunia empat tahunan tersebut berbeda dengan menjadi juara di kejuaraan lainnya.

Tak hanya prestasi yang diakui dunia, Susy Susanti juga mengaku bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia.

"Kemenangan di Olimpiade itu beda dengan kejuaraan lain. Rasanya prestasi kita itu diakui dunia. Kita juga bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia," kata Susy Susanti.

Saat ini, bulu tangkis Indonesia dipastikan mengirimkan dua wakil ganda putra andalannnya yaitu Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Keduanya dipastikan akan berada di posisi dua besar hingga akhir periode kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Farahdilla Puspa)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved