Nasib Buaya Terjerat Ban di Palu, Sayembara Sepi Peminat, Panji Petualang Pun Tak Bisa Bantu

Sulitnya lepas ban di leher buaya di Palu, sayembara gagal minim peminat, hingga panggil Panji Petualang.


zoom-inlihat foto
buaya-liar-yang-lehernya-terlilit-ban-bekas.jpg
Kompas.com
Buaya liar yang lehernya terlilit ban bekas terlihat di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, pada 15 Januari 2020


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sulitnya lepas ban di leher buaya di Palu, sayembara gagal minim peminat, hingga panggil Panji Petualang.

Buaya berkalung ban yang keberedaannya mulai diketahui sejak 2016 di Palu terus menyita perhatian warga.

Sejak saat itu pula, Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah mencoba untuk menyelamatkan dan melepaskan ban dari leher buaya tersebut.

Di antaranya dengan menggunakan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng.

Namun, upaya itu tak membuahkan hasil.

Bahkan, sosok Panji petualang pernah mencoba menangkap dan melepaskan kalung ban dari buaya tersebut.

Hanya saja, upaya yang dilakukannya juga gagal dilakukan.

Pada 2020 ini, BKSDA menggelar sayembara untuk melepaskan ban di leher buaya.

"Makanya sayembara itu kami buat.

Barang siapa yang mampu mengeluarkan ban dari leher buaya itu akan mendapat hadiah yang setimpal.

Tapi tidak ada DP, cash.

Begitu keluar langsung bayar dengan mendapatkan penghargaan dari BKSDA," kata Kepala BKSDA Hasmuni Hasmar kepada wartawan, belum lama ini, dikutip dari Kompas.com.

Seekor buaya muara (Crocodylus porosus)
Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut

Hasmuni tak menyebutkan berapa dana yang disiapkan untuk sayembara itu.

Sayangnya, sayembara itu akhirnya dihentikan karena sepi peminat.

Setelah upaya sayembara gagal, BKSDA memutuskan membentuk satgas yang di dalamnya terdiri dari Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Sulawesi Tengah serta tim dari KKH Jakarta.

Satgas ini dibentuk untuk melepaskan ban yang ada di leher buaya.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi BKSDA Sulawesi Tengah Haruna sekaligus Ketua Satgas mengatakan, upaya melepaskan ban di leher buaya tidak akan menggunakan tembakan bius.

"Kami menggunakan harpun (sejenis tombak).

Cuma kendala ombak besar dan buayanya timbul tenggelam, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga menyulitkan teman-teman menggunakan alat itu," kata Haruna.

Harpun yang digunakan BKSDA dibuat lebih aman dan tidak mematikan.

Alat itu lebih aman ketimbang tembakan bius.

Bius lebih berisiko karena ketika terkena tembakan bius, buaya akan kaget dan masuk ke dalam air.

"Kalau sudah masuk ke dalam air, tim kita akan mengalami kesulitan untuk mengambil buaya berkalung ban, karena banyak juga buaya lain di sungai Palu itu.

Dan dipastikan buaya berkalung ban bisa mati," kata Rino, salah satu tim Satgas buaya berkalung ban, Jumat (7/2/2020).

Populasi

Pasca-bencana alam, BKSDA belum mendata kembali soal populasi buaya yang ada di sungai Palu.

Namun, sebelum gempa pada September 2018, tercatat buaya di sungai Palu ada 37 ekor.

Saat ini diperkirakan jumlahnya semakin bertambah.

Hingga kini, upaya penyelamatan buaya berkalung ban masih terus dilakukan.

Tim mengaku kesulitan jika posisi buaya berada di muara karena arus yang cukup kencang.

"Kita mencoba menggiring buaya ke posisi jauh dari muara.

Itu akan memudahkan kita bekerja," ujar Haruna.

Sepi Peminat, Sayembara Bebaskan Buaya Terjerat Ban Bekas Akhirnya Dibatalkan

Sayembara untuk melepaskan ban bekas di leher seekor buaya liar di Sungai Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), akhirnya dibatalkan.

Menurut Kepala BKSDA Sulteng, Hasmuni Hasmar, alasan pembatalan tersebut karena sepi peminat.

"Ia sayembaranya kita tutup," katanya, Minggu (2/2/2020), dikutip dari Kompas.com.

Hasmuni menambahkan, pihaknya akan menyiapkan tim khusus dan peralatannya untuk menyelamatkan buaya tersebut.

"Saya sudah berkonsultasi dengan Pak Direktur. Pokoknya BKSDA tidak akan menyerah.

Tim yang dibentuk peralatan telah disiapkan," jelasnya.

Seperti diketahui, seekor buaya dengan ban bekas menjerat lehernya, beberapa kali muncul di Sungai Palu.

Terakhir, buaya tersebut terlihat warga sedang berjemur di sekitar Jembaran II, Kota Palu, pada hari Rabu (15/1/2020).

Sebelumbnya, pada tahun 2016, warga juga melihat buaya terlilit ban bekas di lokasi yang sama.

Warga menduga, buaya yang muncul tersebut adalah hewan yang sama.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Kompas.com/Erna Dwi Lidiawati)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved