Pondok Pesantren Tebuireng

Pondok Pesantren Tebuireng adalah pesantren terbesar di Jombang, didirikan pada tanggal 3 Agustus 1899 (26 Rabiul Awal 1317 Hijriah) oleh KH Hasyim Asyari, tepatnya terletak di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur.


zoom-inlihat foto
pondok-pesantren-tebuireng-jombang.jpg
kompas.com
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

Pondok Pesantren Tebuireng adalah pesantren terbesar di Jombang, didirikan pada tanggal 3 Agustus 1899 (26 Rabiul Awal 1317 Hijriah) oleh KH Hasyim Asyari, tepatnya terletak di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pondok Pesantren Tebuireng adalah salah satu pesantren terbesar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Pesantren ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tanggal 3 Agustus 1899 bertepatan dengan 26 Rabiul Awal 1317 Hijriah.

Selain materi pelajaran mengenai pengetahuan agama Islam, ilmu syari’at, dan bahasa Arab, pelajaran umum juga dimasukkan ke dalam struktur kurikulum pengajaran pesantren.

Pondok Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan kontribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas, terutama dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.

Hingga kini, setiap tahun ajaran baru, jumlah santri yang mendaftar ke Pondok Pesantren Tebuireng berkisar di angka 1500-2000 santri. (1)

Baca: Gus Solah Meninggal, Kondisi Menurun Pascaoperasi, Sempat Kritis, Ritme Jantung Tak Beraturan

Baca: Salahuddin Wahid (Gus Solah)

  • Lokasi #


Pondok Pesantren Tebuireng beralamat di Jalan Irian Jaya Nomor 10, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Pondok Pesantren Tebuireng berada di sebelah tengah dari wilayah administrasi Kabupaten Jombang.

Lokasi Pondok Pesantren Tebuireng berada dekat dengan Pasar Cukir, Pabrik Gula Cukir, Polsek Diwek, dan Masjid Besar Diwek.

Lokasi Pondok Pesantren Tebuireng juga menjadi persemayaman bagi dua pahlawan nasional, yaitu KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahid Hasyim.

Selain itu, Tebuireng juga menjadi tempat persemayaman terakhir Presiden Republik Indonesia ke-4, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan adiknya H. Salahuddin Wahid (Gus Solah). (2)

  • Sejarah #


Pondok Pesantren Tebuireng lahir sebagai respon terhadap tumbuhnya kapitalisme liberal yang juga tumbuh bersamaan dengan industri gula di kawasan tersebut.

Pabrik gula membawa ekses ketidakadilan sosial, pemiskinan, dan berbagai macam kriminalitas yang sengaja dilestarikan oleh penjajah guna melemahkan mental masyarakat jajahan.

KH Hasyim Asyari yang telah mendapatkan pendidikan paripurna dari seluruh peantren terkemuka di Jawa yang kemudian berpuncak mendapatkan pendidikan agama di Tanah Suci.

KH Hasyim Asyari kemudian tergerak untuk mengatasi tantangan struktural itu, maka ia mendirikan sebuah pesantren di Desa Cukir pada tahun Rabiul Awal tahun 1899 (1317 H).

Sejak awal berdirinya, kalangan kolonial yang tinggal di sana merasa terganggu dengan kehadiran Pondok Pesantren Tebuireng, maka gangguan demi gangguan dilakukan oleh sekelompok preman dan jagoan yang dipelihara oleh Belanda.

Ketika gangguan semakin membahayakan dan menghalangi sejumlah aktivitas santri, KH Hasyim Asyari lalu mengutus seorang santri pergi ke Cirebon, Jawa Barat, untuk silaturahmi dengan Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai samsuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet.

Keempatnya merupakan sahabat karib KH Hasyim Asyari, mereka sengaja didatangkan ke Tebuireng untuk melatih pencak silat dan kanuragan selama kurang lebih 8 bulan.

Dengan bekal kanuragan dan ilmu pencak silat ini, para santri tidak khawatir lagi terhadap gangguan dari luar.

Dengan berkurangnya gangguan itu, jumlah santri yang datang semakin bertambah.

Keahlian KH Hasyim Asyari dalam bidang hadits dan tafsir menjadi daya tarik utama Pondok Pesantren Tebuireng.

Selain itu, sikap KH Hasyim Asyari yang tegas pendiriannya dalam menghadapi berbagai persoalan kolonial juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para santri untuk berguru kepadanya.

Melihat perkembangan Pondok Pesantren Tebuireng yang semakin tidak terbendung itu, pemerintah Kolonial Belanda akhirnya terpaksa mengakui pesantren ini pada tahun 1906.

Namun, KH Hasyim Asyari tetap waspada, karena ia tahu bahwa pengakuan ini tidak lebih merupakan bagian dari Politiek Etis, sebuah tipu muslihat Belanda untuk membelandakan bangsa Indonesia dan umat Islam melalui pendidikan.

Tebuireng tetap pada pendiriannya, tidak mau tunduk pada Belanda dan tidak mau menerima bantuannya, bahkan semakin intensif menyadarkan bangsanya.

Pada tahun 1913, Tebuireng dituduh sebagai sarang ekstrimis Islam hingga dihancurkan dan berbagai kitab penting dibakar oleh Belanda.

Menghadapi tantangan yang semakin berat, Tebuireng menyiapkan pejuang yang selain memiliki bekal ilmu agama tetapi juga memiliki ilmu pengetahuan umum yang baik sebagai modal perjuangan nasional. 

Walaupun KH Hasyim Asyari murni berpendidikan Salaf, tetapi ia sangat menghargai kemajuan yang terjadi di lingkungannya.

Oleh karena itu pada tahun 1919, Tebuireng menyelenggarakan pendidikan formal yang bersifat klasikal yang dinamakan Madrasah Salafiyah Syafiiyah.

Pelopor pembaruan di tebuireng ini adalah seorang Kiai Muda Muhamamad Ilayas yang sangat dipercaya oleh K Hasyim Asy’ari, sehingga berani memulai mengajarkan mata pelajaran umum yang selama ini belum dikenal di pesantren salafiyah.

Sejak saat itu Tebuireng memperkenalkan huruf latin, bersamaan dengan diterapkannya mata pelajaran bahasa Melayu, berhitung, sejarah, ilmu bumi dan sebagainya.

Tawaran baru ini sangat menarik kalangan santri yang sedang bangkit dan bergejolak saat itu.

Sehingga Tebuireng menjadi pesantren idaman di kalangan pemuda tidak hanya dari Jawa, tetapi dikenal di seluruh Nusantara.

Para santri dari Tebuireng pun banyak yang menjadi ulama besar, memimpin berbagai pesantren penting di Nusantara.

Para santri tersebut antara lain, KH Wahab Hasbullah pemimpin Pesantren Tambakberas, KH Abdul Karim pendiri pesantren Lirboyo, dan sebagainya. (3)

Baca: Surya Paloh Warning Jokowi agar Hati-hati Soal Ini: DPR Bisa Pecat Jokowi seperti Gus Dur

  • Daftar Pengurus #


Pondok Pesantren Tebuireng dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami 7 kali periode kepemimpinan.

Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng dapat digambarkan sebagai berikut:

  • KH Muhammad Hasyim Asy’ari : 1899-1947
  • KH Abdul Wahid Hasyim : 1947-1950
  • KH Abdul Karim Hasyim : 1950-1951
  • KH Achmad Baidhawi : 1951-1952
  • KH Abdul Kholik Hasyim : 1953-1965
  • KH Muhammad Yusuf Hasyim : 1965-2006
  • KH Salahuddin Wahid : 2006-sekarang

Baca: Gus Sholah Akan Dimakamkan di Samping Makam Mantan Presiden Gus Dur di Tebuireng Jombang

Baca: Awalnya Tak Dipercaya, Gus Dur Pernah Prediksi Habibie Jatuh dari Presiden, Tahu dari Karangan Bunga



Nama Pondok Pesantren Tebuireng
Lokasi Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupateng Jombang Jawa Timur.
Pendiri KH Muhammad Hasyim Asyari
Tanggal Berdiri 26 Rabiul Awal 1317H (3 Agustus 1899M)
   


Sumber :


1. tebuireng.online
2. irman-novriandi.com
3. www.nu.or.id/post/read/38786/kisah-tebuireng-dari-mbah-hasyim-hingga-gus-dur


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved