Hari Ini Dalam Sejarah, 22 Januari 1901, Wafatnya Ratu Victoria 'Grandmother of Europe'

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hari ini dalam sejarah, pada tanggal 22 Januari 1901, Ratu Victoria dari Kerajaan Inggris meninggal dunia.

Meninggalnya Ratu Victoria mengakhiri era kepemimpinan terpusat di mana sebagian besar rakyat Inggris tidak mengenal pemerintahan monarki lainnya.

Pemerintahan Ratu Victoria yang berlangsung selama 63 tahun tercatat berhasil mengembalikan martabat Kerajaan inggris sebagai sistem pemerintahan monarki besar.

Ratu Victoria menikah dengan Pangeran Albert pada tahun 1840 dan memiliki 9 orang anak.

Sebagian dari anak-anaknya menjadi pemimpin besar kerajaan seperti, Victoria (lain) yang menjadi permaisuri Jerman, dan Prince of Wales, yang kemudian menjadi King Edward VII. [1]

Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 Januari 1654: Kelahiran Kapten William Kidd, Bajak Laut Pemburu Bajak Laut

Lahir pada tahun 1819, Ratu Victoria naik tahta setelah kematian pamannya, Raja William IV, pada tahun 1837.

Ratu Victoria mempunyai perdana menteri urusan negara pertama bernama Lord Melbourne yang menjadi teman dekat dan penasihatnya.

Berkat kedekatannya ini, Lord Melbourne dapat menghalangi oposisinya dari kelompok Konservatif, Sir Robert Peel yang berusaha menggantikannya pada tahun 1839.

Namun, pada dua tahun selanjutnya, Lord Melbourne harus tergantikan oleh Sir Robert Peel dalam pemilihan di parlemen.

Victoria terpaksa menerima Peel sebagai perdana menteri yang dianggap tidak lagi campur tangan dalam perpolitikan Inggris yang demokratis. [2]

Pada tahun 1839, sepupu pertama bernama Albert, seorang pangeran Jerman, datang mengunjungi lembaga pengadilan Inggris di Windsor.

Setelah lima hari kedatangan Pangeran Albert, Victoria melamarnya.

Pangeran Albert menyetujui, keduanya menikah pada bulan Februari 1840.

Pernikahan ini membuat Pangeran Albert memiliki pengaruh yang besar dalam hidupnya.

Selain sebagai suami, Pangeran Albert juga melayani Ratu Victoria dengan menjadi sekretaris pribadinya.

Satu di antara prestasi terbesar Albert yang pernah dicapai adalah mengadakan pameran terbesar dan pertama kalinya di seluruh dunia yang diadakan di Crystal Palace, London, tahun 1851.

Albert juga dinilai berhasil mengarahkan Ratu Victoria untuk menjauh dari kalangan konservatif.

Namun demikian, seiring waktu berjalan Ratu Victoria justru menjatuhkan dukungannya terhadap Benjamin Disraeli, pemimpin Partai Konservatif. [3]

Victoria dan Albert diberitakan membangun tempat tinggal kerajaan di Orborne Hous di Isle of Wight dan di Balmoral Castle di Skotlandia.

Mereka mempunyai sembilan orang anak yang beberapa dari mereka menjadi pemimpin kerajaan, seperti; Victoria, seorang permaisuri Jerman, Prince of Wales, yang menjadi King Edward VII.

Pada tahun 1861, Albert meninggal dunia. Berita ini membuat Ratu Victoria mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga ia tidak hadir di depan umum selama tiga tahun.

Ratu Victoria tak pernah benar-benar siap kehilangan Pangeran Albert.

Sampai akhir hidupnya, ia meminta para pelayan kerajaan untuk memajang pakaian Albert dan mencucinya di hari selanjutnya, seperti itu terus-menerus. [4]

Kesedihan yang berlarut-larut tak membuat Ratu Victoria terpuruk.

Seorang pemimpin Partai Konservatif, Benjamin Disraeli diberitakan berhasil membujuknya keluar dari kesedihan pasca-ditinggalkan Albert.

Ratu Victoria terkesan dengan usaha Disraeli memperkuat dan memperluas pengaruh Kerajaan Inggris.

Selama beberapa dekade terakhir hidupnya, Ratu Victoria begitu populer di mata rakyat Inggris.

Meskipun sempat menderita karena kehilangan Albert dan tidak mau keluar ke publik dalam jangka waktu lama, popularitasnya perlahan meningkat.

Setelah Ratu Victoria meninggal, cucunya yang berjumlah 37 orang berhasil mempertahankan Kerajaan Inggris dengan menikahi sejumlah tokoh-tokoh dalam sistem monarki/kerajaan lainnya.

Para cucunya ini kemudian mengenangnya sebagai seorang, "Grandmother of Europe". [5]

--

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)