Raja Keraton Agung Sejagat Totok Santosa Sempat Rekrut 10 Ribu Orang Ikuti Organisasinya di Jogja

Raja Keraton Agung Sejagat Totok Santosa Hadiningrat diketahui pernah bentuk sebuah organisasi yang dicemaskan berujung seperti organisasi Gafatar.


zoom-inlihat foto
totok-santosa.jpg
IST via TribunJatengta-mantan-pengikut-keraton-agung-sejagat-bayar-seragam-rp-3-juta-dijanjikan-dolar-as. Editor: Miftah
6 Fakta Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Batu Besar Tiba-tiba Muncul Pukul 3 Dini Hari


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Keraton Agung Sejagat di Purworejo tengah menjadi perbincangan.

'Kerajaan' yang mengklaim sebagai induk dari seluruh negara di dunia itu dipimpin oleh Raja bernama Totok Santosa Hadiningrat. 

Meski banyak orang yang menertawakan adanya kerajaan di Purworejo ini, tapi nyatanya Totok Santosa Hadiningrat punya ratusan pengikut.

Lalu, bagaimana bisa pengikut itu percaya kepada omongan Totok, dan siapa sebenarnya Totok?

Dilansir oleh Tribun Solo yang mengutip dari Tribun Jogja tahun 2016, Totok Santosa Hadiningrat sudah pernah diwawancarai wartawan, soal organisasi yang dia buat di Jogja.

Totok Santosa Hadiningrat, atau yang kerap dipanggil Sinuhun oleh para pengikutnya, ternyata pernah menjadi pemimpin sebuah organisasi bernama Jogjakarta Development Committe (JOGJA-DEC).

Pada 2016, saat itu sedang heboh soal organisasi Gafatar, yang membuat pengikutnya rela melakukan apapun, termasuk kabur dari rumah, sampai mencuri uang orang tua untuk didonasikan kepada organisasi.

Nah, Jogja DEC sempat membuat banyak orang cemas, karena dikhawatirkan mirip degan Gafatar.

Baca: Fakta-fakta Kelompok Keraton Agung Sejagat, Klaim sebagai Juru Damai Dunia, Anggotanya Capai 450

Baca: Raja Keraton Agung Sejagat (KAS) Dipanggil Polisi dan Bupati: Itu Sikap Nguri Uri Budaya Atau Bukan

Dalam wawancara bersama wartawan Tribun Jogja, JOGJA-DEC memberikan janji yang cukup fantastis kepada masyarakat yang hendak menjadi anggotanya.

Janji itu adalah memberikan dana setiap bulannya sebanyak 100-200 dolar Amerika kepada setiap anggotanya.

"Kami akan berikan uang pada anggota yang sudah terdaftar sebesar 100-200 dollar per bulan dalam bentuk dana kemanusiaan melalui koperasi yang akan kami bentuk,"

"Namun semua program tadi akan kami mulai tahun 2017 nanti karena sekarang masih dalam proses perizinan," ujar Totok Santoso Hadiningrat, dalam konferensi pers yang diadakan di Ndalem Pujokusuman Keparakan Mergangsan, Yogyakarta, Jumat (11/3/2016) lalu.

Totok Santoso Hadiningrat pada 2016 (kiri), dan pada tahun 2020 saat heboh mendirikan Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo (kanan).
Totok Santoso Hadiningrat pada 2016 (kiri), dan pada tahun 2020 saat heboh mendirikan Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo (kanan). (montase : Tribun Jogja, Tribun Jateng)

Saat itu, Totok berperan sebagai Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara Jogja DEC.

Dana tersebut menurutnya sudah tersedia dan berasal dari lembaga keuangan tunggal dunia yang bernama Esa Monetary Fund yang berpusat di Swiss, dan diklaim memiliki uang dalam jumlah tak terbatas.

Pemilihan mata uang dolar juga diakuinya sebagai sebuah solusi agar perekonomian indonesia dan dunia tidak terpuruk yang akan menyebabkan potensi perang dunia ketiga.

"Kenapa harus dolar, karena kita ingin menghindari deflasi," ujarnya.

Dana hanya akan diberikan kepada masyarakat yang sudah terdaftar resmi sebagai anggota Jogja DEC dan memiliki NIK (Nomer Induk Kemanusiaan) yang sifatnya global.

Uang akan disalurkan melalui lembaga koperasi yang ditargetkan akan berdiri di seluruh desa di DIY.

Ketika diwawancarai itu, Totok mengklaim sudah memiliki anggota lebih dari 10 ribu orang yang telah terdaftar.

Mereka menargetkan bisa merekrut 500 ribu anggota hingga nanti menjalankan program pada tahun 2017.

Klaim dari organisasi ini pun tak jauh beda dengan Kerajaan Agung Surakarta, yang diklaim bergerak untuk kesejahteraan manusia dan hal-hal yang tak jauh dari kata-kata welas asih.

Berikut ini fakta tentang hebohnya Keraton Agung Sejagat dimana sang raja mengaku kuasai seluruh dunia. Batu besar datang pada malam dini hari.
Berikut ini fakta tentang hebohnya Keraton Agung Sejagat dimana sang raja mengaku kuasai seluruh dunia. Batu besar datang pada malam dini hari. (Tangkapan Layar Facebook Info Purworejo dan YouTube Kompas TV)

"Jogja Development Commitee bukan Gafatar ataupun Gafatar jilid dua, bukan teroris, akan tetapi Jogja Dec didirikan dengan penuh welas asih untuk memanusiakan manusia dengan menjalankan program kemanusiaan," jelas KRT Pujodiningrat yang menjabat sebagai MWA Jogja DEC Wilayah Archipelago.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Jogja Dec memiliki visi membangun masyarakat Yogyakarta menjadi masyarakat yang cerdas, terampil, sejahtera lahir dan batin.

Mereka mengaku mengusung misi menggerakkan seluruh potensi masyarakat Yogyakarta, untuk bersama-sama membangun daerahnya, termasuk membangun dirinya sendiri agar jadi manusia seutuhnya.

"Lembaga ini menitikberatkan program pembangunan untuk meningkatkan derajat hidup, dalam bentuk program kemanusiaan, Jogja Dec berasaskan Pancasila," tambahnya.

Kesaksian Korban

Seorang korban Jogja DEC, ternyata tinggal tak jauh dari lokasi Totok membangun Kerajaan Agung Sejagat.

Dia adalah Sri Utami (40). 

Sri Utami mengaku pernah menjadi anggota dan ikut dalam organisasi yang di pimpin oleh Totok Santosa tersebut.

"Sekitar tiga tahun yang lalu, awal kegiatannya seperti membantu rakyat kecil. Waktu terbentuk sudah ada bidang-bidangnya seperti pendidikan, sanitasi dan lain-lainnya," ujar Utami kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Utami menceritakan jika ketika bergabung dalam DEC Dulu sempat ada iuran kartu anggota (KTA) sebesar Rp 15 ribu.

"Selain iuran KTA suruh bayar seragam juga senilai Rp 3 juta. Seragamnya itu dulu seperti army atau militer loreng-loreng," katanya.

Totok Santosa Hadiningrat, atau Sinuhun itu sendiri menjanjikan mendatangkan Dolar Amerika Serikat ke Indonesia.

Uang tersebut untuk membiayai kegiatannya dan memberi kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Karena merasa tidak ada kegiatan yang jelas dan hanya kumpul-kumpul saja, Utami akhirnya keluar dari EDC.

"Bilangnya bergerak di bidang kemanusiaan, tetapi nyatanya belum ada yang disalurkan. Karena keberadaanya EDC itu dulu masih merintis disini," tambahnya.

Viral di media sosial kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo.
Viral di media sosial kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo. (Tangkapan Layar Youtube Kompas TV)

Kerajaan Agung Sejagat

Raja Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa Hadiningrat menyebut Keraton Agung Sejagat adalah induk dari seluruh negara di dunia saat ini.

Hal tersebut diungkapkan dalam liputan Kompas TV, Senin (13/1/2020).

Sejumlah warga mengenakan seragam seperti abdi dalam keraton.

Bahkan, mereka menyebut diri mereka sebagai bagian dari Keraton Agung Sejagat atau World Empire.

Dilansir Kompas.com, Resi Joyodiningrat mengatakan bahwa Keraton Agung Sejagat di Purworejo bukanlah sebuah aliran sesat sehingga warga tidak perlu resah.

Pria yang dianggap sebagai penasihat Kerajaan Agung Sejagat itu menjelaskan, kelompok tersebut merupakan kekaisaran dunia yang muncul karena setelah berakhirnya perjanjian 500 tahun yang lalu.

Perjanjian tersebut, menurut Joyodiningrat, dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan bangsa Portugis sebagai wakil orang Barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka pada 1518.

Dalam akhir perjanjian itu, setelah berakhirnya dominasi kekuasaan Barat mengontrol dunia, yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II, kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

(TribunnewsWiki.com/Niken Aninsi/Afitria, TribunSolo.com/Aji Bramastra)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved