Diisukan Takut dan Sembunyi Pasca AS Bunuh Qassem Soleimani, Kim Jong Un Akhirnya Muncul Ke Publik

Hiatusnya sang supreme leader Korea Utara sejak 31 Desember dan pascatewasnya Qassem Soleimani tersebut menimbulkan isu Kim Jong Un takut dengan AS.


zoom-inlihat foto
kim-jong-un-iran-as.jpg
kcna.kp
Kim Jong Un ketika mengunjungi situs pembangunan pabrik pupuk di Sunchon, Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara pada Rabu (8/1/2020). Hiatusnya sang supreme leader Korea Utara sejak 31 Desember dan pascatewasnya Qassem Soleimani tersebut menimbulkan isu Kim Jong Un takut dengan AS.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Berdasarkan rilis resmi Pentagon, serangan udara Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak pada Kamis (2/1/2020) malam telah menewaskan Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani.

Informasi tersebut segera menimbulkan ketegangan di Timur Tengah.

Terlebih Iran menyatakan memiliki 13 skenario balas dendam atas AS sebagai buntut dari tewasnya sang jenderal yang rupanya telah lama diintai untuk dibunuh tersebut.

Baca: Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh AS, PM Malaysia Mahathir Mohammad: Negara Muslim Harus Bersatu

Baca: Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh, Amerika Serikat Kirim 3000 Pasukan ke Timur Tengah

Tak hanya Timur Tengah, pihak Korea Utara tak lepas dari adanya isu ketegangan dari peristiwa tersebut.

Kim Jong Un dinyatakan menghilang dari publik sejak pemberitaan tewasnya Qassem Soleimani.

Dikutip dari DailyMail.com, pada 31 Desember 2019 lalu, Kim Jong Un sempat memberi ancaman kepada Amerika Seikat.

Yaitu akan melakukan kembali uji coba senjata nuklir miliknya jika pihak AS tidak menarik kebijakan mereka yang bersifat memusuhi Korea Utara.

Setelah kematian Soleimani, diamnya Korea Utara menimbulkan desas-desus jika negara tersebut 'terguncang' dengan aksi AS kepada Iran.

Bahkan sang supreme leader Korea Utara yang tak muncul ke publik menimbulkan isu bahwa Kim Jong Un bersembunyi lantaran takut menjadi target AS selanjutnya.

Kim Jong Un muncul ke publik

Kim Jong Un dan rombongan yang tengah mengunjungi situs pembangunan pabrik pupuk di Sunchon, Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara.
Kim Jong Un dan rombongan yang tengah mengunjungi situs pembangunan pabrik pupuk di Sunchon, Provinsi Pyongan Selatan, Korea Utara. (dailymail.co.uk)

Dikutip dari DailyMail.com pada Rabu (8/1/2020), seolah menampik isu yang beredar, orang nomor satu Korea Utara kembali terlihat.

Kim Jong Un tampak bugar dan tersenyum dalam kunjungan lapangan ke sebuah pabrik pupuk yang sedang dibangun di  Sunchon, Pyongan Selatan.

Dalam kunjungan tersebut, Kim Jong Un mengenakan long coat atau mantel kulit sepanjang lutut berwarna hitam.

Tak hanya itu, kemeja, sepatu, dan celana kain yang dikenakan Kim Jong Un juga berwarna hitam.

Supreme leader pendahulu Kim Jong Un pernah bersembunyi

Tak hanya Kim Jong Un, sang ayah yang juga pernah menjadi orang nomor satu di Korea Utara, Kim Jong Il juga pernah menghilang ketika terdapat krisis internasional.

Kim Jong Il pernah 'menghilang' selama 25 hari setelah AS melakukan invansi ke Afghanistan pada 2001 lalu.

Selain itu Kim Jong Il juga sempat lenyap selama 50 hari setelah adanya invasi Irak pada 2003.

Meskipun demikian, Kim Jong Un menolak preseden 'menghilang' dari publik yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya tersebut.

"Ketua Kim saat ini telah memiliki dan membangun hubungan pertemanan yang sangat dekat dengan Presiden Donald Trump," terang ofisial dari Seoul kepada JoongAng Daily seperti yang dikutip dari DailyMail.com.

"Entah karena dia (Kim Jong Un) merasa berbeda dengan Soleimani (tidak menjadi target serangan), atau dia memang berniat untuk memamerkan pembangunan yang berjalan di Korea Utara," lanjutnya.

Kemunculan Kim Jong Un dikatakan tidak ada kaitanya dengan hubungan bilateral antara Korea Utara dengan AS.

Baca: Kim Jong Un Kumpulkan Perawan untuk Puaskan Pejabat dan Habiskan Rp 51 miliar untuk Celana Dalam

Baca: Kim Il Sung, Presiden Korea Utara 1972-1994

Kejadian di Baghdad tidak tersentuh media Korea Utara

Dikutip dari DailyMail,com, terbunuhnya Soleimani hampir tidak tersentuh di media Korea Utara.

Lembaga penyiaran Korea Utara, KCNA hanya menyiarkan informasi seputar China dan Rusia yang mengutuk serangan AS di Baghdad.

Dalam siaran tersebut, korban dan status korban tidak turut diinformasikan.

Selain itu juga terdapat pemberitaan singkat tentang adanya demonstrasi anti perang di AS.

Terbunuhnya Qassem Soleimani

Usai serangan terhadap Jenderal Iran, Qasem Soleimani, Amerika Serikat kirimkan 3000 pasukan tambahan ke Timur Tengah
Usai serangan terhadap Jenderal Iran, Qasem Soleimani, Amerika Serikat kirimkan 3000 pasukan tambahan ke Timur Tengah (Kolase Foto (AP dan Wikimedia))

Dikutip dari Tribunnewswiki.com, Jenderal Qasem Soleimani tewas dalam serangan rudal di Bandara Baghdad, Irak.

Pihak militer Irak mengemukakan Bandara Internasional Baghdad dicecar dengan serangkaian serangan rudal pada Jumat (3/1/2020) tengah malam.

Sumber keamanan Amerika menerangkan, serangan itu menargetkan konvoi paramiliter Hashed al-Shaabi, dengan delapan orang tewas, termasuk Soleimani.

Selain Soleimani, Hashed al-Shaabi mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka, Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas, dalam serangan yang dilakukan helikopter AS.

Serangan tersebut terjadi tiga hari setelah massa pendukung Hashed menyerbut Kedutaan Besar AS di Baghdad.

Aksi massa berujung kerusuhan tersebut terjadi setelah Pentagon menggelar serangan udara yang menewaskan 25 orang anggota Hashed.

Serangan yang terjadi Minggu (29/12/2019) itu disebut Washington merupakan balasan atas serangan roket yang menewaskan kontraktor sipil Amerika.

Melalui Pentagon, Amerika Serikat mengumumkan berhasil membunuh Jenderal Qasem Soleimani sebagai bagian dari usaha melindungi Amerika dari serangan Iran di masa mendatang.

Baca: Bagaimana Donald Trump Bisa Izinkan Militer AS Bunuh Pemimpin Revolusi Iran Qasem Soleimani?

Baca: AS Konfirmasi Bunuh Jenderal Qasem Soleimani, Iran Siapkan Balas Dendam, Perang Dunia 3?

Mayor Jenderal Qasem Soleimani disebut secara aktif merencanakan serangan diplomat maupun militer AS di wilayah Timur Tengah.

"Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds bertanggung jawab atas kematian ratusan warga AS maupun koalisi, serta ribuan orang yang terluka," jelas Pentagon.

Pemerintah Amerika Serikat menyebut, perwira tinggi Iran's Revolutionary Guards itu mendalangi serangan terhadap markas mereka di Irak.

Termasuk, serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di wilayah Kirkuk pada Jumat pekan lalu (27/12/2019).

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi/Dinar Fitra Maghiszha)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved