TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tenun Ikat merupakan kain tenun tradisional asli Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kain Tenun Ikat NTT dibuat dari proses menenun oleh tangan masyarakat NTT sendiri.
Di era modern sekarang, pesona Kain Tenun Ikat NTT tak tergerus zaman lantaran masih diproduksi hingga kini.
Motif dan warnanya yang bervariasi disebut-sebut bikin 'gemas' para penggunanya.
Nama 'Tenun Ikat' sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang lungsin, biasanya telah diikat dahulu dan sudah dicelupkan ke pewarna alami.
Pewarna alami tersebut biasanya dibuat dari akar-akar pohon dan ada pula yang menggunakan dedaunan. Dan belakangan ini untuk menjawab kebutuhan pasar dan modernisasi, proses pewarna tidak saja dilakukan secara alami tapi juga dari bahan pewarna kimia.
Jika dulu Tenun Ikat NTT hanya digunakan untuk acara adat dengan cara dililitkan ke pinggang, kini Tenun Ikat NTT sudah dibuat menjadi berbagai macam produk.
Beberapa produk tenun ikat di antaranya, baju, gaun, kemeja, jaket, sepatu, tas wanita, tas ransel, juga aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, sepatu, bandana, tempat pensil, dan lainnya.
Bahkan, kini aparatur sipil negara (ASN) diwajibkan untuk mengenakan baju tenun ikat NTT seminggu dua kali. Ya,
Dalam perkembangannya, Tenun Ikat NTT selalu mampu mengikuti arus modernisasi, seperti dilaporkan Poskupangwiki.com, (23/12/2019).
Latar Belakang
Masyarakat di Negara Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang penuh budaya dan kaya akan keberagaman, salah satunya keberagaman cara berpakaian dan bahan dasar pakaian.
Kita sebut di masyarakat Jawa terdapat batik, sedangkan di masyarakat Nusa Tenggara Timur ( NTT ) terdapat kain tenun.
Kain tenun di NTT dikenal dengan nama 'Tenun Ikat NTT'.
Motif dan warna Tenun Ikat NTT sangat beragam, baik corak, maupun warna. Keberagaman corak dan warna ini sangat dipengaruhi oleh suku, etnis, bahasa dan juga kondisi daerah masing-masing.
Karenanya dari 22 Kabupaten/kota di NTT, memiliki kain tenun ikat yang beragam dalam hal motif, warna dan ukuran.
Adapun kabupaten/kota di NTT yakni Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka, Kabupaten Rote, Kabupaten Sabu, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai.
Setiap daerah memiiliki keunikan khusus motif Tenun Ikat NTT.
Motif Tenun Ikat NTT bisa saja menampilkan legenda, mitos, flora, fauna dan warna masing- daerah.
Bahkan ada kain tenun yang menggambarkan penghayatan akan karya Tuhan yang besar atau alam.
Sejarah Tenun Ikat NTT
Sebagaimana dilansir PosKupangWiki.com dari Wikipedia Indonesia, masyarakat NTT diperkirakan telah ada sejak 3500 tahun yang lalu.
Banyak ahli memperkirakan bahwa nenek moyang masyarakat NTT berasal dari ras yang beragam antara lain Astromelanesoid dan Mongoloid.
Terdapat juga beberapa penemuan fosil yang menunjukan bahwa masyarakat NTT yang berasal dari ras Negroid dan Eropoid.
Kerajaan pertama di NTT diperkirakan berkembang pada abad 3 M.
Sejak lahirnya kerajaan tersebut diperkirakan masyarakat telah mengenal adanya seni budaya yang tinggi dan diapresiasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Satu di antaranya adalah kemampuan menenun.
Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun oleh orangtua kepada anaknya, terutama wanita, meski demikian ada juga pria yang bisa menenun.
Tradisi ini dilakukan agar pelestarian tenun ikat tetap dilanjutkan.
Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif.
Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku.
Selain itu dengan bisa menenun menjadi indikator seorang wanita untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indikator ialah mempunyai ladang dan bisa bercocok tanam. Namun tak jarang ada jga pria yang bisa menenun.
Fungsi Tenun Ikat NTT
Kain adat mempunyai banyak fungsi penggunaan di masyarakat, meski tiap daerah ada penggunaan khusus di tiap suku, namun secara umum berikut adalah fungsi dari tenun ikat:
- Sebagai busana untuk penggunaan sehari-hari dan menutupi badan.
- Sebagai busana dalam tari adat dan upacara adat.
- Sebagai mahar dalam perkawinan dalam bahasa daerah disebut sebagai “belis” nikah.
- Sebagai pemberian dalam acara kematian dan sebagai wujud penghargaan.
- Sebagai penunjuk status sosial.
- Sebagai alat untuk membayar hukuman jika terjadi ketidakseimbangan.
- Sebagai alat barter/transaksi.
- Sebagai bentuk cerita mengenai mitos dan cerita-cerita yang tergambar di motif-motif nya.
- Sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang berkunjung.
Jenis-Jenis Tenun Ikat NTT
Jenis-jenis Tenun Ikat NTT terdiri dari beberapa macam yang dapat dilihat dari cara membuat, kegunaan dan persebaran. Berikut adalah penjelasannya:
Berdasarkan Cara Membuat:
Tenun Ikat: Motif diciptakan dari pengikatan benang. Di daerah lain yang diikat adalah benang pakan maka pada Tenun Ikat NTT dibuat dengan cara benang yang diikatkan.
Tenun Buna: Berasal dari Timor Tengah Utara, yaitu menenun dengan cara menggunakan benang yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke pewarna.
Tenun Lotis, Sotis atau Songket: Proses pembuatan nya mirip dengan proses pembuatan Tenun Buna.
Berdasarkan Kegunaan:
1. Selendang
2. Sarung
3. Selimut
Semuanya mempunyai persamaan umum yakni cenderung berwarna dasar gelap karena zaman dahulu masyarakat belum mengenal adanya pewarna buatan sehingga menggunakan pewarna alami dengan pilihan warna yang terbatas.
Berdasarkan Persebaran :
1. Tenun Ikat: Hampir tersebar di seluruh wilayah NTT kecuali Kab. Manggarai dan Kab. Ngada
2. Tenun Buna: Tersebar di daratan Timor antara lain di Kab. Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu. Namun paling banyak terpusat di wilayah Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis/Sotis atau Songket: Tersebar di semua wilayah Nusa Tenggara Timur, merupakan bentuk tenun yang paling umum di masyarakat NTT.
Proses Pembuatan Tenun Ikat NTT
Langkah pertama yang dilakukan sebelum menenun ialah menyiapkan benang yang hendak dipakai. Kapas dipintal dengan alat tradisional, masyarakat tidak menggunakan benang konvensional yang ada di pasaran. Kapas diambil dari pohon kapas.
Hasil dari pemintalan biasanya tidak terlalu halus dan dan berakibat hasil yang tidak simetris pada corak tenun. Meski begitu hal itu yang menyebabkan keunikan tiap tenun sebab tidak ada tenun yang identik sama. Sesudah proses memintal selesai dilanjutkan dengan pencelupan benang pada pewarna.
Meski tidak semua proses pewarnaan dilakukan ketika masih dalam bentuk benang namun pada umumnya pewarnaan dilakukan sebelum proses menenun.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila dan akar pohon “Ka’bo” untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit dan daun “Menkude”.
Setelah warna meresap dan dibiarkan mengering baru diikat pada mesin tenun tradisional yang dalam bahasa setempat disebut “Lana Her’ru”.
Tidak seperti pada tenunan yang umum dijumpai di Indonesia dimana yang diikat pada mesin tenun ialah benang pakan, namun pada tenunan Nusa Tenggara Timur yang diikat ialah benang lungsin.
Benang pakan dimasukkan secara horizontal terhadap benang lungsin yang telah diikat secara vertikal.
Namun di antara semua itu, yang paling penting ialah proses bertapa dan mencari ilham dengan cara berdoa ke leluhur agar mendapat gambaran motif dan corak yang hendak dipakai, selain itu dipercaya dengan berdoa sebelum dapat memperlancar proses menenun dan menolak bala selama proses menenun dilakukan.
Perkembangan Tenun Ikat NTT
Tradisi menenun kain NTT telah banyak ditinggalkan karena semakin sedikit generasi muda yang mau mempelajari teknik menenun dari orang tua.
Pada saat ini kegiatan menenun dengan tangan beralih dengan penenunan peralatan yang lebih modern.
Meski demikian, di daerah-daerah lainnya di NTT masih dilaukan proses menenun.
Harga Tenun Ikat NTT
Harga selembar kain tenun ikat NTT dengan ukuran sekitar 1 x 2 meter itu bervariasi mulai dari Rp 250.000 hingga jutaan, bahkan puluhan sampai ratusan juta.
Mahalnya harga kain tenun itu tergantung motif dan asal daerah, bahan dan proses pembuatnnya.
Proses Pembuatan Tenun Ikat NTT
1. Proses memintal kapas menjadi benang
Proses pembuatan kain tenun bermula dari kapas. Ibu-ibu di NTT mesti memilah kapas satu persatu lalu memintalnya menjadi benang.
Proses ini memakan waktu yang sangat lama bahkan hingga berbulan-bulan.
2. Proses pewarnaan atau proses ikat
Proses pewarnaan pun sangat lama dan menggunakan bahan pewarna alami.
Setelah kapas sudah menjadi benang maka akan berlanjut pada proses pewarnaan atau pun proses ikat. Tiap daerah berbeda-beda alur pembuatannya.
Pewarna yang digunakan dalam pembuatan tenun ikat berasal dari pewarna alami yaitu akar-akaran, daun -daunan seperti tarum, hingga kemiri, kunyit, bahkan tanah liat.
Proses pewarnaan memakan banyak waktu. Untuk menghasilkan satu warna diperlukan waktu hingga berminggu-minggu dan proses pewarnaan pun harus dilakukan secara berulang-ulang .
3. Membentuk pola pada benang dengan cara diikat
Pada proses ini ketelitian dan kreatifitas para penenun diuji. Jika diperhatikan secara seksama, proses mengikat benang mirip seperti melukis.
4. Mulai menenun
Pada proses ini benang yang semula terpisah akan menjadi satu membentuk kain.
Prosesnya sangat melelahkan karena semua peralatan yang digunakan masih tradisional.
Inilah yang menyababkan harga Tenun Ikat NTT mahal.
--
--
(POSKUPANGWIKI.COM/NOVEMYLEO)