Kebaya

Busana Kebaya merupakan busana tradisional khas masyarakat Surakarta dan Yogyakarta


zoom-inlihat foto
kebaya.jpg
Kompas.com/Rosiana Haryanti
Ine Subiyanto keluar sebagai Ratu Kebaya 1971 mengalahkan 25 finalis Kontes yang diselenggarakan Buena Ventura ini diselenggarakan di Miraca Sky Club. Pemenang lainnya Anie Setyawati, Ny.Dahliati dan Soesilawati.

Busana Kebaya merupakan busana tradisional khas masyarakat Surakarta dan Yogyakarta




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kebaya merupakan busana tradisional masyarakat Jawa, terutama Surakarta dan Yogykarta.

Busana Kebaya dalam masyarakat Jawa, dapat digunakan sehari-hari maupun ketika menghadiri perayaan tertentu.

Kebaya menjadi salah satu simbolisme, status sosial dalam masyarakat Jawa terutama Surakarta dan Yogyakarta.

Biasanya Kebaya disertai Kemben atau busana atasan, dan Stagen sebagai ikat pinggang berukuran panjang.

Kebaya perpaduan tiga unsur yang berbeda, yakni budaya Jawa, Eropa, dan Cina.

Masyarakat Jawa mengenalnya sebagai Kebaya, masyarakat Eropa mengenal sebagai Gaun dan masyarakat Cina mengenal sebagai Kebaya Mak Encim[].

Salah satu koleksi Prajudi, kebaya modern yang roknya dapat diganti dengan kain panjang atau sebaliknya blusnya dapat diganti dengan model lain yang diperagakan di Hotel Hilton.
Salah satu koleksi Prajudi, kebaya modern yang roknya dapat diganti dengan kain panjang atau sebaliknya blusnya dapat diganti dengan model lain yang diperagakan di Hotel Hilton. (Kompas.com/Rosiana Haryanti)

  • Sejarah Busana Kebaya #


Busana tradisional Jawa tidak hanya dikenakan perempuan Jawa, namun juga dikenakan oleh orang-orang Eopa dan pendatang baru di Pulau Jawa.

Kedatangan masyarakat Eropa dan Timur Asing (Cina, Arab, India) di Pulau Jawa, berlangsung setelah berakhirnya Perang Diponegoro berakhir tahun 1830.

Perempuan yang mendiami Pulau Jawa mengenakan kebaya, sedangkan laki-laku mengenakan celana batik dan jaket tanpa kerah.

Tahun 1800-1949 merupakan periode dimana busana tradisional Jawa, tidak lagi menjadi busanan kaum perempuan Jawa tetapi busana semua kelas sosial.

Tahun 1870 kedatangan perempuan Eropa di Pulau Jawa, turut mengubah gaya busana Kebaya dikala itu.

Kebaya pun akhirnya menjadi busana perempuan kulit putih, sebagai pakaian sehari-hari.

Kebaya Jawa akhirnya berevolusi, setelah dikenakan perempuan Eropa.

Busana Kebaya berevolusi mengikuti penggunaan kain yang semakin bervariasi, model jahit kebaya mengalami perubahan dan menciptakan model Kebaya pendek.

Sebelum kedatangan masyarakat Eropa ke Indonesia (Hindia Belanda), perdaban di Indonesia sudah sangat tinggi.

Sehingga dalam proses akulturasi kebudayaan, kearifan lokal masyarakat Jawa turut menentukan kebudayaan Eropa sehingga dikenal sebagai Kebudayaan Indis.

Masyarakat Eropa di Indonesia tinggal jauh dari keramaian kota, dan menikmati kehidupan mewah mereka.

Mereka tinggal di Loji atau rumah besar, dan menikmati gaya hidup Eropa namun berpakaian layaknya orang Jawa.

Busana yang dikenakan perempuan Eropa, memiliki karakteristik sama dengan perempuan Jawa.

Namun perempuan Eropa memberikan aksen Barat, berupa penggunaan kain yang lebih berkualitas.

Pemilihan kain brokat dan bahan kain renda membuat busana Kebaya Jawa, dirubah menjadi busana Gaun Eropa.

Awal abad ke-20, merupakan kemunculan Politik Etis atau Cultuur Stelsel di Indonesia.

Munculnya Politik Etis juga dirasakan langsung oleh perempuan Tionghoa, khususnya untuk mengikuti tren busana Kebaya milik perempuan Eropa.

Busana Kebaya khas Tionghoa terbuat dari kain berwarna merah menyala, dengan hiasan sulam berbentuk bunga atau binatang sebagai perlambangan busana tradisional China.

Awal abad ke-20, busana Kebaya tampil sebagai perwakilan tiga etnis perempuan yakni Jawa, Eropa, dan Tionghoa.

Abad ke-20 perempuan Eropa mulai mengalami krisis identitas, sebagai perempuan Eropa namun memiliki keinginan menyesuaikan diri dengan Kebaya.

Perempuan Eropa di perkotaan seperti Batvia, Surabaya, dan Semarang enggan berbusana Kebaya lantaran takut kehilangan jati diri sebagai orang Eropa.

Namun tidak semua perempuan Eropa, mau meninggalkan kebaya dan sarung sebagai bentuk symbol bahwa mereka juga bagian dari kebudayaan setempat.

Perempuan Eropa berkebaya di pedalaman Jawa, mengakibatkan pemerintah Belanda membuat kebijakan supaya perempuan Eropa mau mendalami dan membekali diri dengan adat setempat.

Kebijakan tersebut mendorong njonja atau perempuan Eropa, memiliki peran ganda sebagai orangtua dari anaknya dan orangtua dari pelayan Jawanya.

Njonja juga dituntut untuk dapat belajar Bahasa Melayu, dan mengenakan pakaian adat setempat.

Ine Subiyanto keluar sebagai Ratu Kebaya 1971 mengalahkan 25 finalis Kontes yang diselenggarakan Buena Ventura ini diselenggarakan di Miraca Sky Club. Pemenang lainnya Anie Setyawati, Ny.Dahliati dan Soesilawati.
Ine Subiyanto keluar sebagai Ratu Kebaya 1971 mengalahkan 25 finalis Kontes yang diselenggarakan Buena Ventura ini diselenggarakan di Miraca Sky Club. Pemenang lainnya Anie Setyawati, Ny.Dahliati dan Soesilawati. (Kompas.com/Rosiana Haryanti)

  • Filosofi Busana Kebaya #


Filosofi yang terkandung dalam busana kebaya, mengandung nilai-nilai kehidupan pemakainya.

Bentuknya yang sederhana merupakan simbol, wujud kesederhanaan dari masyarakat Indonesia.

Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang halus dan lembut.

Busana Kebaya identik dengan jarik atau kain bawahan yang melingkari tubuh.

Jarik merupakan penggambaran seorang wanita Jawa, yang memiliki pribadi yang lemah lembut dan gemulai.

Berbusana Kebaya Jawa membuat perempuan yang mengenakan, menjadi sosok wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian.

Busana Kebaya yang cenderung mengikuti alur tubuh, membuat seorang wanita harus menyesuiakan dan menjaga diri.

Stagen atau tagen sebagai pengikat busana kebaya, memiliki nilai filosofi luhur dan simbol kesabaran seorang manusia.

_____________________

Referensi:

Cristin Clauidia. 2013. "Kebaya Encim as the Phenomenon of Mimicry in East Indies Dutch Colonial’s Culture" . Arts and Design Studies .

Joko Soekiman. 200. "Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa abad 18 sampai Medio abad 20". Komunitas Bambu.

(*)

(TribunnewsWiki.com/Ibnu Rustamaji)



Nama Kebaya
Asli Surakarta dan Yogyakarta
Nama Lain 1. Kebaya (Jawa)
2. Gaun (Eropa)
3. Kebaya Mak Encim (Tionghoa)


Sumber :




Editor: haerahr
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

  • Film - Wan An (2012)

    Wan An adalah sebuah film pendek karya sutradara
© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved